Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cara Membuat Gula Aren Boronou Rokan Hulu

gambar pohon aren enau Cara Membuat Gula Aren Boronou Rokan Hulu
Urang tukang onou tu lah jauh berkurang.
Taslim F. Datuk Mogek Intan
RiauMagz.com - Terdapat sebuah video yang berisi tentang tradisi cara membuat gula aren atau gula enau yang diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Riau. Video ini dibuat oleh Monda Gianes, Deni Afriadi dan kawan-kawan dari Tim Produksi DisbudRiau di tahun 2020 lalu. Tujuan video ini dibuat adalah dalam upaya Pendokumentasian Nilai-nilai Tradisi Budaya Melayu se-Provinsi Riau. Gulo Onou (Kabupaten Rokan Hulu) menjadi judul dari video dokumentasi tersebut dalam bahasa Masyarakat Melayu Rokan Hulu, yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah "Gula Enau".

Gulo Onou adalah penyebutan Gula Enau oleh masyarakat Melayu Rokan Hulu. Secara luas, gula enau lebih dikenal sebagai gula Aren. Gulo Onou atau Gula Enau atau Gula Aren adalah gula yang terbuat dari air nira pohon enau yang dimasak hingga mengental dan membeku ketika dikeringkan.

Proses pembuatan gulo onou ini menjadi sebuah tradisi yang oleh masyarakat melayu Rokan Hulu disebut "Beronou". Kegiatan tradisi mengambil Onou (aie onou atau air enau) dan memprosesnya menjadi gula Onou, bagi masyarakat Rokan Hulu menyimpan nilai-nilai yang dijadikan resam (adat tradisi) masyarakat setempat. Orang Melayu di Desa Tanjung Belit khususnya, masih dapat mengurai penjelasan bagaimana kearifan mereka terhadap tumbuhan Onou. Dari air Onou yang manis, diolah menjadi gulo (gula) dilakukan dengan cara yang sarat akan ilmu dan adab. Selain di Tanjung Belit, beberapa daerah lain yang memproduksi Gulo Onou di Rokan Hulu ini misalnya di Desa Rambah ataupun di Desa Kaiti IV. Masyarakat Melayu Rokan Hulu pun memiliki cerita unik tentang Pohon Onou.

Orang-orang tua di daerah Rokan Hulu Riau memiliki cerita tentang Pohon Onou ini dengan cerita Sari Oning atau Sori Nonin yang memiliki anak bernama Sari Embun. Cerita yang disampaikan secara turun temurun ini memberikan sikap kepada masyarakat Rokan Hulu terhadap Pohon Onou. Bahwa semestinya manusia menjaga Pohon Onou yang banyak memberikan manfaat kepada manusia.

Penyebutan Gula Aren di Daerah Lain

Onou atau pohon Onou adalah penyebutan masyarakat Melayu Rokan Hulu terhadap pohon Enau. Enau juga memiliki nama lain yaitu pohon Aren pada spesies Arenga pinnata atau Arenga saccharifera. Gulo berarti gula. Sehingga Gulo Onou adalah penyebutan dalam bahasa daerah setempat atas Gula Enau, selain penyebutan umum di Indonesia disebut Gula Aren.

Penyebutan nama gula ini berbeda-beda terkadang tergantung kepada penyebutan namanya pohonnya yang juga berbeda. Misalnya penyebutan gula enau dari pohon enau, gula aren dari pohon aren, ataupun gula nira dari pohon nira.

Nira yang dimasak sampai berbuih dan menjadi karamel lalu membeku disebut gula aren, gula enau, gula merah, gula nira, gula saka, gula sago, gula melaka, gula jawa, gula abang, atau penyebutan lainnya. Di Sunda disebut Kawung, orang Bali menyebutnya Hano, atau Kalotu di Sumba.

Di Kenya disebut Jaggery, Chakkara dalam bahasa Telugu, Jagara atau Jagra dari bahasa Indo-Portuguese. Mitha dalam bahasa Bhojpuri, Vellam atau Bellam dalam bahasa Proto-Dravidian. Disebut Gula Nisan oleh orang Kelantan Malaysia, Gula Apong disebut orang Serawak khususnya dari nira pohon nipah, Panutsa dalam bahasa Tagalog Filipina, Papelon dalam bahasan Venezuela, Rapadura dalam bahasa Brazil, Panela dalam bahasa Amerika Selatan secara umum, Kokuto dalam bahasa Jepang.

Berbagai daerah juga memiliki penyebutan yang berbeda khususnya atas kata "Gula Enau" pun karena perbedaan dialek atau hal lainnya. Di Pasir Pengaraian Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau disebut gula onou. Di Kampar menyebutnya gulo onau dan sebagian menyebutnya gulo onou. Di Sumbar menyebutnya gulo anau. Beberapa daerah lain menyebutnya gulanau ataupun gulo nou.

Sebagai catatan, khusus pada penyebutan gula aren, gula enau, gula jawa, gula merah dan sebagainya itu, di beberapa daerah ada yang menyamakan artinya, sebagian daerah lain membedakan artinya baik karena asal mula nira diambil dari sumber pohon yang mana, maupun perbedaan proses.

Kebutuhan Gula Aren

Perkembangan kebutuhan gula aren khususnya dengan maraknya pertumbuhan penjualan kopi baik di kedai kopi maupun di cafe-cafe penyedia kopi semakin meningkat seiring dengan meningkatnya keinginan para penikmat kopi menggunakan gula aren sebagai pemanis minuman kopi baik dari jenis kopi single origin maupun house blend coffee. Sebagian meyakini bahwa banyak manfaat gula aren untuk kesehatan, baik dari segi kalori gula aren maupun kandungan gizi lainnya.

Kata "Gula Aren" lebih dikenal bagi para penikmat kopi dari pada penyebutan gula enau, gula palem, gula palma, gula merah ataupun penyebutan lainnya. Walaupun ada pemahaman bahwa barangnya sama. Dengan penggunaan gula aren sebagai pemanis kopi maka lebih dikenal kopi gula aren daripada kopi gula enau.

Dengan teknik marketing yang lebih bagus, gula enau atau gula aren pun dikemas semenarik mungkin dan dijual dengan nama Gula Aren Sachet. Di pasaran, gula aren sachet ini adalah produk lanjutan dari gula enau yang diproses menjadi gula bubuk yang lebih dikenal sebagai Gula Semut, diluar negeri disebut Palm Sugar (powder). Harga gula aren sachet pun melambung sesuai dengan prosesnya yang membutuhkan waktu lebih lama dari pada proses dan cara pembuatan gula aren cetakan. Dari gula aren yang seharusnya dicetak tetapi diproses lebih lanjut sampai menghasilkan bubuk gula aren (gula semut) yang berkualitas dan siap dipasarkan.

Gula semut adalah gula merah atau gula aren yang dijadikan bubuk gula dan lebih diasosiasikan pada penyebutan Palm Sugar atau Palm Zuiker yang dibuat hanya dari nira pohon aren ataupun pohon kelapa. Penyebutan lainnya adalah Powdered Palm Sugar. Prosesnya lebih panjang dari pada cara pembuatan gula aren. Ketika nira telah mengental dan siap dicetak menjadi gula aren, proses dilanjutkan dengan tetap mengaduk gula aren tersebut dengan api yang telah dipadamkan sampai menjadi kristal gula aren. Kristal gula merah akan digerus terus, lalu diayak untuk memperoleh ukuran butiran bubuk gula aren yang sama besar. Kristal gula aren yang tidak lolos ayakan akan digerus lalu diayak lagi demikian seterusnya. Proses pengadukan dan penggerusan ini untuk mengurangi kadar air sehingga dapat terbentuk bubuk gula aren.

Gulo Onou dari Pohon Onou

Pohon Onou adalah penyebutan lain dari Pohon Enau ataupun Pohon Aren bagi masyarakat Rokan Hulu. Ditinjau dari ilmu botani, Pohon Aren adalah tumbuhan dalam keluarga/Famili : Arecaceae, Genus : Arenga, dan Spesies : Arenga pinnata atau juga disebut Arenga saccharifera. Penamaan Pohon Aren di Indonesia lebih mendekati kepada penamaan Pohon Arenga ini dari bahasa Latin.

Banyak nama atas pohon ini. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata "Aren" merujuk kepada kata "Enau" yang diartikan sebagai pohon jenis palem, umbut batangnya mengandung sagu yang dapat dimakan, ijuknya untuk atap rumah dan sebagainya, niranya disadap untuk membuat gula aren.

Bagaimana cara pembuatan gula enau atau gulo onou secara tradisi Masyarakat Melayu Rokan Hulu? Yuk baca sampai selesai.

Penyebutan Pohon Enau pun Beragam pada Berbagai Daerah

Penyebutan pohon aren ataupun pohon enau lebih umum digunakan di Indonesia. Sebagian menyebutnya Pohon Kolang-kaling karena buahnya diolah dan disebut buah kolang-kaling. Ada yang menyebut Pohon Kabung di daerah lain. Ada juga menyebutnya Pohon Kaong. Orang Aceh menyebutnya Pohon Bakjuk/Bakjok. Penyebutan Pohon Ijuk lebih banyak di pakai bagi orang daerah Gayo, sedangkan penyebutan Pohon Pangguh lebih digunakan oleh orang Alas. Orang Simalur di Pulau Simeulue menyebutnya Pohon Anau. Penyebutan itu pun mirip dengan penyebutan oleh arang Simabur di Pariangan Tanah Datar, yaitu Pohon Anau.

gambar pohon aren pohon enau
Di Sumatera Utara, nama Pohon Aren memiliki nama yang sangat banyak. Di Langkat disebut Pohon Mergat. Pohon Bagat atau Pohon Bagot atau Pohon Agotan di daerah Toba. Orang Mandailing yang terkenal dengan Mandheling Coffee menyebut pohon aren sebagai Pohon Agotan dan sebagian masyarakat Mandailing menyebutnya Pohon Bargat atau Pohon Bargot. Orang Medan menyebutnya Pohon Bargot. Demikian juga bagi orang daerah Angkola di Tapanuli Selatan menyebutnya Pohon Bargot. Sedangkan Pohon Pola merupakan penyebutan atas Pohon Aren bagi orang Pakpak, mirip dengan orang Karo yang menyebutnya Pohon Paula. Berbeda sedikit, orang Mentawai menyebutnya Pohon Poula.

Di Riau lebih banyak menyebutnya sebagai Pohon Enau, Onau maupun Onou. Waktu admin Riaumagz masih kecil, di sekitar Jalan Pattimura di Pekanbaru ada Pohon Enau. Kami menyebutnya Pohon Gatal-gatal karena getah yang keluar dari buah kolang-kaling yang akan kami ambil, jika terkena di kulit akan membuat kulit kami gatal-gatal.

Jika kami terkena getahnya yang kami sebut sebagai Racun, maka kami akan buru-buru membakar ijuk pohon enau. Abu dari bakaran ijuk tersebut akan kami oleskan pada bagian yang gatal. Itulah obat mujarab jika terkena getah pohon enau yang membuat gatal bukan kepalang tanggung.

Orang Bajak di Bengkulu menyebutnya Pohon Alaha. Sedangkan orang Nias menyebutnya Pohon Ache atau Pohon Peto. Agak mirip dengan orang Sumatera Utara, penyebutan Pohon Aren bagi orang Kerinci adalah Pohon Bagat, Pohon Bergat dan sebagian menyebutnya Pohon Hanau.

Pohon Neluluk, Pohon Aren maupun Pohon Nanggong lebih sering disebut orang Jawa dan Madura atas penyebutan Pohon Enau. Pohon Kawung digunakan bagi banyak orang Sunda. Pohon Jaka atau Pahon Hano lebih sering disebut oleh orang Bali. Orang Sumbawa menyebutnya Pohon Pola, dan orang Sumba menyebutnya Pohon Kalotu. Orang Sawu menyebutnya Pohon Moka berbeda sedikit dengan orang Flores menyebutnya sebagai Pohon Moke.

Di Bima, Pohon Enau disebut Pohon Nao, sedangkan di Timor disebut Pohon Nau, Pohon Peletuk ataupun Pohon Gemuti. Orang Sulawesi Selatan menyebutnya Pohon Inru, dan orang Maluku menyebutnya Pohon Segeru ataupun Pohon Mana atau Pohon Nawa-nawa yang mirip penyebutannya oleh orang Ambon. Sebagian juga menyebutnya Pohon Tuna, Pohon Siho, ataupun Pohon Seko.

Orang Dayak dan umumnya Kalimantan menyebutnya Pohon Hanau ataupun Pohon Enau, mirip penyebutannya dengan orang Kerinci. Pohon Onau disebut oleh orang di Toraja Sulawesi yang mirip penyebutannya di daerah Kampar - Riau.

Orang Manado menyebutnya Pohon Seho, sedangkan kegiatan menyadap nira Pohon seho itu secara umum disebut Batipar atau Batifar. Kata-kata ini dipercaya dari Bahasa Portugis walaupun penelitian bahasa belum menemukan kata yang tepat dalam Kamus Bahasa Portugis. Kata dasar Tipar atau Tifar atau Tiffar juga dipercaya mengalami perubahan dari bahasa Belanda yaitu tijferen. Beberapa catatan peneliti Portugis maupun Belanda yang pernah datang memang mencatat kata tersebut dalam catatannya. Catatan lain menuliskan "Tifar, to tap of toddy, tijferen. Orang Batifar, tifador."

Batifar adalah kegiatan masyarakat lelaki Manado untuk menyadap Pohon Seho atau Pohon Enau untuk diambil nira dan diproses menjadi tuak atau saguer. Adat tradisi Batifar ini pernah diajukan oleh Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara sebagai Warisan Budaya Tak Benda di tahun 2016 pada domain Keterampilan dan Kemahiran Kerajinan Tradisional. Admin Riaumagz belum mendapat konfirmasi mengenai hasil keputusan dan ketetapan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI tentang hal ini.

Cara Mengumpulkan Air Nira

Nira adalah cairan atau air manis yang dikeluarkan dari tumbuhan hasil sadapan terhadap tandan jantan atau mayang enau, nyiur, dan penyebutan lainnya dari keluarga tumbuhan palma, yang hal ini dijelaskan dari Kamus Besar Bahasa Indonesia. Dalam kondisi lain, sebagian orang menyebut air tebu sebagai air nira juga. Di India disebut neera, di Jawa Barat disebut tuak manis, di Jawa disebut legen (dari pohon aren), nira dari kelapa disebut sajeng atau badeg oleh orang Jawa khususnya Banyumas.

Nira dikumpulkan dengan cara menyadap atau menderes tandan bunga mayang jantan. Tandan dipukul-pukul agak memar untuk memperlebar saluran cairan dalam tandan agar nira lebih lancar keluar.

Secara umum air Nira dapat dikumpulkan dari berbagai pohon dari keluarga palma, baik dari pohon kelapa, pohon aren, pohon siwalan atau pohon lontar atau pohon borassus, pohon nira, pohon nipah, pohon kurma, maupun pohon sagu atau pohon rumbia.

Air nira itu disebut "sap" yang keluar dari tumbuhan. Sap adalah cairan yang diangkut dalam jaringan saluran xilem atau elemen pembuluh atau trakeid atau elemen pembuluh pipa floem dari suatu tumbuhan. Sel-sel ini mengangkut air dan nutrisi ke seluruh tanaman dan disebut sebagai Jaringan Pengangkut (vascular tissue) yang dimiliki tumbuhan hijau berpembuluh (Tracheophyta). Jaringan pembuluh ini berfungsi sebagai pembuluh utama yang mengangkut zat-zat hara yang dibutuhkan dalam proses vital tumbuhan.

Ditinjau dari anatomi tumbuhan dalam ilmu botani, pada Pohon Arenga Pinata atau Pohon Onou ini, xilem (pembuluh kayu) dan floem (pembuluh tapis) tersebar di seluruh batang termasuk tandan. Di dalam xilem dan floem ini terdapat sel Parenkim air yaitu jenis parenkim yang menyimpan air sebagai bahan cadangan makanan atau zat-zat hara tumbuhan.

Sel parenkim air terdapat vakuola besar yang berisi cairan berlendir. Sel parenkim pada Pohon Onou paling banyak ada di batang yang dapat menampung sampai 200 liter cairan. Cairan dari batang yang menuju buah inilah yang diambil melalui tandan yang telah dipotong.

Cara Membuat Gula Aren si Gulo Onou di Rokan Hulu

Nira dapat diolah menjadi berbagai produk olahan lainnya. Nira yang difermentasi akan menjadi tuak nira. Nira yang difermentasi dan diolah lebih lanjut akan menjadi bir. Nira yang dimasak sampai berbuih dan belum menjadi karamel disebut sirup aren. Setelah menjadi karamel dan lebih mengental akan menjadi Gula Aren, lalu diproses lebih lanjut dan digerus akan menjadi Gula Semut.

Cara pembuatan gula aren atau gula enau ini hampir sama di seluruh daerah di Indonesia. Dimulai dari mengumpulkan nira lalu dimasak sampai mengental. Nira yang telah mengental lalu dituang ke dalam cetakan dan dibiarkan sampai membeku lalu dibungkus. Cetakan gula aren dapat beragam bentuk dan bahan pembuatannya. Jika dibuat dari tempurung kelapa, maka bentuk gula aren akan bulat cembung mengikut kepada bentuk batok kelapa. Jika tempurung kelapa yang dipotong seperti cincin, maka gula enau akan membulat pipih. Cetakan lain dapat dibuat dari bambu sehingga hasil cetakan gula aren seperti tabung. Cetakan dapat juga dibuat dari papan kayu yang menghasilkan gula aren petak persegi.

Berbeda sedikit antara Boronou sebagai proses mengambil nira dari Pohon Onou oleh masyarakat Rokan Hulu dengan daerah lainnya. Yaitu adanya proses mengayun tandan sambil melantunkan syair tertentu dengan harapan air nira yang keluar lebih banyak.

Proses pengambilan nira dari Pohon Onou atau Boronou dimulai dengan menyiapkan bambu penampung dan sejengkal dahan pohon tertentu yang dihancurkan dan dimasukkan ke dalam bambu.

Masyarakat Melayu Rokan Hulu dalam memanfaatkan Pohon Onou tidak dilakukan dengan cara sembarangan. Ada syarat dan ketentuan yang menjadi adat tradisi masyarakat yang harus diperhatikan ketika akan memanfaat Pohon Onou tersebut.

Pohon Onou diberi tanda dengan tali aman, lalu dibersihkan rumput disekitarnya. Dipanjat dengan menggunakan batang bambu yang panjang sesuai ukuran tinggi pohon onou. Tangan Onou atau tandan buah juga diberi ikatan tali aman. Pisau pemoteh (pemutus) tandan harusnya tipis dan tajam diharapkan dengan sekali tebas, putuslah tangan Onou atau tandan tersebut sehingga tidak hancur dan merusak aliran nira.

Sebelum saat memutuskan tangan Onou, pangkal tandan dipukul-pukul agar memar sehingga air nira dapat lancar keluar.

Pada saat akan menumbai (tumbai, umbai, umbaian berarti turun atau menurunkan) atau mengambil nira, tandan buah akan diayun-ayun terlebih dahulu dengan mendendangkan syair.

Proses memukul dan mengayunkan tandan buah ini akan berakibat membukanya saluran Xilem dan Floem pada tandan mayang sebagai jaringan pengangkut makanan pada tumbuhan Pohon Onou ini seperti yang telah dijelaskan sebelumnya di atas.

Proses mengayunkan buah dan tandan Pohon Onou bagaikan cara manusia mengayunkan atau menimang atau membuai anak. Ada rasa kasih sayang karena banyak manfaat Pohon Onou ini bagi manusia.

Syair yang didendangkan misalnya :
marilah anak
mari ke amai
anak tumbuk nak rumpun pinang
...
anak si mali-mali
...
anak kutimang
hari sehari
Sori Noning dibori namu
tumbuh anak oleh menyusu
...
kubuai anak kuayun
kutimang anak
sehari hari
kutumbai anak tiok hari
...
kubuai anak kuayun
kutimang anak
sehari hari
kutumbai anak tiok hari

Tandan atau Tangan Onou yang telah dipotong akan diusap dengan daun Mali-mali dengan harapan, pengambilan nira pada hari-hari berikutnya akan memberikan hasil yang tetap atau semakin banyak dan manis.

Air nira yang menetes ditampung pada tabung bambu atau buluh yang dapat berukuran 1 ruas, 2 ruas atau sampai 7 ruas bambu.

Hari berikutnya, tabung bambu dapat diturunkan atau nira telah ditaguk (teguk) dari tangan Onou (tandan) dan diganti dengan tabung yang lain. Tabung yang berisi nira yang telah cukup untuk dimasak akan dibawa pulang untuk proses pembuatan gula onou atau gula aren.

Peralatan pembuatan gulo onou berupa kuali besi yang besar, sudu (sendok masak), dan tempat pembakaran (koran atau semacam tungku dari tanah kuning) haruslah dapat menghasilkan gulo onou yang manis dan berkualitas. Kuali berbahan alumunium atau disebut nekal/nekel kurang dapat menghasilkan gulo onou yang bagus.

Aie Onou (air enau atau air nira) dimasukkan ke dalam kuali dan dikacau atau diaduk secara tetap dan bukan sembarang diaduk. Besarnya api harus dijaga jangan sampai kebesaran ataupun kekecilan dan tidak boleh padam.

Air nira yang telah mengental atau menyaram yang ditandai di bagian pinggir kuali adanya kerak gula, barulah air nira yang mengental tersebut di-ilie (hilir/alir; proses diangkat dan dicurahkan balik ke dalam kuali berulang-ulang) dan digelimangkan (proses dituangkan dan diratakan) ke dalam cetakan.

Cetakan yang digunakan oleh pembuat gulo onou di Rokan Hulu terbuat dari susunan papan berbentuk petak-petak yang umumnya dibuat dari batang enau itu sendiri yang telah tua dan ditumbangkan untuk dibuat papan. Di daerah lain ada yang menggunakan batok tempurung kelapa atau tabung bambu.

Manfaat Pohon Enau sangatlah banyak, batangnya dapat dibuat papan atau kayu untuk rumah, daunnya untuk dibuat atap peneduh, ijuknya dapat dijadikan penyaring air ataupun penahan tebing tanah, buahnya dapat dikonsumsi pada saat bulan Ramadhan. Manfaat terbesar dari pohon enau adalah air niranya yang dapat ditumbai (dipanen) dan diproses menjadi gula enau ataupun proses lebih lanjut menjadi gula semut.

Air nira dari pohon onou dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit. Gulo Onou dapat dijadikan pemanis minuman atau makanan termasuk juga bermanfaat dalam pembuatan kueh-mueh.

Bagi orang-orang tua melayu Rokan Hulu mengajarkan kepada turunannya manfaat gulo onou sebagai obat kesehatan. Gulo onou dipotong kecil dan dicampur dengan kerak nasi digunakan sebagai obat penolak angin ataupun obat perut kembung.

Permasalahan sekarang, Pohon Onou kini tumbuh dikepung pohon sawit, padahal mereka 1 keluarga yaitu keluarga Arecaceae, tetapi berbeda dalam penilaian masyarakat ketika dihubungkan dengan masalah peningkatan ekonomi masyarakat. Rumpun Pohon Onou di Rokan Hulu sudah sangat jauh berkurang, hal ini disampaikan oleh bapak Taslim F. Datuk Mogek Intan sebagai pemuka masyarakat, budayawan dan Maestro Seni Tradisi Rokan Hulu.

Perubahan fungsi hutan menjadi perkebunan karet dan sawit menjadi permasalahan besar dari pelestarian tradisi Boronou.

"Urang tukang onou tu lah jauh berkurang." demikian dilanjutkan pak Taslim. Dalam artian, orang yang menjadi tukang enau (pengambil nira enau) telah jauh berkurang. Dahulu setiap desa memiliki sekitar 30 Tukang Onou, kini setiap desa palingan tertinggal 2-4 orang Tukang Onou.

Gula Enau sangat ditentukan oleh keberadaan tumbuhan induknya yaitu Pohon Enau itu sendiri. Jika pohonnya berkurang maka semakin sedikitlah air nira yang didapat sehingga gula enau yang dapat dibuat pun semakin berkurang pula.

Kesetiaan dan kesungguhan untuk menjaga dan merawat Pohon Onou agar senantiasa memberikan manfaat, tak lain bergantung kepada bijaknya manusia di sekelilingnya.

Proses atas cara membuat gula aren atau Gulo Onou di Rokan Hulu ini membutuhkan tangan-tangan bijak mulai dari merawat pohonnya sampai menjaga kualitas gulo onou yang dihasilkan, sehingga tradisi budaya Boronou tidak punah ditelan zaman.

Sumber :
video/foto Gulo Onou (Rokan Hulu)
Monda Gianes dkk
Dinas Kebudayaan Provinsi Riau

Foto pohon aren milik Francisco Manuel Blanco (circa 1880-1883)
public domain copyright
Flora de Filipinas Gran Edicion
1877-1883 (1837 ed. 1845 ed.)
Establecimiento tipografico de Plana y C.a.
Manila, Philipines

Video Gulo Onou (Kabupaten Rokan Hulu), Proses dan Cara Tradisional Membuat Gula Aren Boronou di Rokan Hulu