Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Taman Makam Pahlawan Kerja - Wisata Sejarah Pekanbaru


Taman Makam Pahlawan Kerja
Satu lagi objek wisata sejarah di Kota Pekanbaru yang berada di pusat kota dan dengan mudah bisa dikunjungi adalah Taman Makam Pahlawan Kerja, atau yang sering disingkat dengan TMP Kerja. Lokasinya berada di Jalan Kaharuddin NAsution, Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru. Atau tepatnya di simpang pertigaan jalan antara Jalan Kaharuddin Nasution dan Jalan Pahlawan Kerja. Dinamakan dengan Taman Makam Pahlawan Kerja karena di sini umumnya adalah pemakaman para pahlawan Indonesia yang dipekerjakan paksa (romusha) pada zaman penjajahan Jepang. Tugu dari Taman Makam Pahlawan Kerja ditandatangani oleh Gubernur KKDH TK I Riau, R H Soebrantas Siswanto tanggal 10 November 1978.

Pada masa penjajahan Jepang, pihak Jepang ingin membangun rel kereta api dari Pekanbaru ke Muara Sijunjung, Sumatera Barat. Pada saat itu pula, Riau telah menjadi provinsi tersendiri dengan pemerintahan Gubernur Jepang Makino Susaboro. Riau memiliki pelabuhan besar di Tanjung Rhu. Jepang ingin menjadikan Pekanbaru sebagai pusat perbekalan perang yang berdekatan dengan Singapura dan Malaysia.

Pemilihan rute pembangunan kereta api dari Pekanbaru ke Muara Sijunjung dilakukan karena kawasan Sijunjung kaya dengan bahan bakar batubara pada saat itu. Sehingga dibangunlah rel kereta api sepanjang 238 km dalam kurun waktu 25 bulan. Untuk pengerjaannya, Jepang membawa para pekerja yang ditipu. Mereka diiming-imingi akan belajar perminyakan di Lirik, Indragiri Hulu, namun akhirnya mereka dipekerjakan sebagai romusha. Romusha berasal dari Riau sendiri dan luar Riau, yakni Jawa.

Dalam buku karya HM Syafei Abdullah berjudul Tragedi Pembangunan Rel Kereta Api, sepanjang pengerjaan bangunan tersebut terdapat 600 bedeng. Tiap satu bedeng dihuni 250-500 orang para pekerja romusha. Para pekerja ini dipaksa bekerja tanpa istirahat dan makanan yang terbatas. Basis romusha pada saat itu salah satunya di Taluk Kuantan. Di daerah ini para romusha sering datang dan makan dari sisa-sisa daging yang tercecer. Para romusha itu seperti mayat yang berjalan, mereka kurus dan berpenyakitan.

Banyak romusha yang meninggal karena sakit dan kelaparan, ada juga yang kudisan. Mereka yang meninggal oleh Jepang dikuburkan secara massal di satu tempat. Banyak para pekerja yang melarikan diri ke dalam hutan, namun tak jarang yang tewas karena dimakan binatang buas. Mereka yang berasal dari luar Riau umumnya tersesat dan meninggal, namun beberapa romusha Riau yang tau arah dan jalan akhirnya selamat. Pada bulan Februari tahun 1945, rel kereta api berbahan bakar batu bara tersebut selesai dibangun dan dioperasikan. Pada saat itu masinisnya bernama Yahya, orang Indonesia, dan yang naik kereta api itu adalah para serdadu Jepang. Sayangnya karena terbuat dari kayu, bantalan rel kereta api tersebut runtuh. Belum sempat Jepang memperbaikinya, penjajah ini menyerah tanpa syarat pada pihak sekutu.

Kini lokomotif kereta api tua tersebut bisa kita saksikan dipajang di kawasan Taman Makam Pahlawan Kerja (TMP) Kota Pekanbaru. Dulunya rel kereta api ada di daerah Tanjung Rhu, namun karena habis dipreteli warga, hanya lokomotif yang tersisa dan menjadi bukti sejarah kekejaman penjajah Jepang di Indonesia.

Makam-makam para romusha kerjanya pula bisa kita lihat di kawasan pemakaman TMP. Tentu hanya beberapa saja yang tersisa karena lebih banyak para pekerja romusha yang tewas di dalam hutan dan dikuburkan secara massal oleh Jepang.

Cara Mengunjungi Taman Makam Pahlawan Kerja Pekanbaru
Seperti objek wisata lainnya yang ada di pusat Kota Pekanbaru, Taman Makam Pahlawan Kerja ini juga cukup mudah ditemukan. Dengan menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan umum seperti taksi, bus transmetro Pekanbaru hingga ojek, objek wisata ini bisa ditempuh selama kurang lebih 20 menit dari arah Bandara Sutan Syarif Kasim II. Masuk di kawasan ini tidak berbayar alias gratis. Tempat ini juga sering dijadikan sebagai tempat upacara renungan hari pahlawan, kunjungan ziarah oleh pejabat pemerintah serta lokasi kegiatan-kegiatan sosial masyarakat. Terdapat kawasan halaman yang cukup luas di bagian depan komplek yang bisa dijadikan sebagai titik kumpul massa. Lokasi ini lebih menarik dikunjungi di siang hari untuk bisa menyaksikan berbagai bukti sejarah Riau di masa lalu.

[RiauMagz | Wisata Riau]