Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Perahu Baganduang Kuantan - Warisan Budaya Tak Benda Riau


Perahu Baganduang
Sumber : Riaupos.co

Perahu Baganduang telah dinyatakan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Provinsi Riau tahun 2016 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Sejarah Perahu Baganduang
Festival Perahu Baganduang merupakan atraksi pertunjukan budaya yang dilakukan oleh masyarakat Kuantan Mudik, Kuantan Singingi. Perahu baganduang merupakan perahu yang digandengkan atau dirangkaikan sebanyak 3 perahu dengan menggunakan bambu dengan dihiasi ornament-ornamen tradisional yang berwarna-warni dan memiliki simbol adat setempat. Beberapa hiasan yang sering dipakai adalah daun kelapa, bendera, tanduk kerbau, padi, buah labu, cermin, lima payung, kain panjang, foto presiden dan wakil presiden, payung kuning, dan berbagai pernak-pernik lain yang digunakan untuk menghias perahu. Kegiatan ini dilaksanakan pada Hari Raya Idul Fitri dan dihadiri ribuan orang layaknya festival pacu jalur.

Sejarah tradisi perahu baganduang telah ada sejak zaman kerajaan-kerajaan terdahulu. Baru pada tahun 1996, tradisi ini dibuat ke dalam bentuk festival yang melibatkan banyak orang dan menjadi salah satu agenda wisata di hari raya. Pada zaman dahulu, masyarakat Kuantan Mudik Kenegrian Lubuk Jambi memiliki muda-mudi yang kreatif. Mereka memiliki gagasan yang luas dan bergotong royong dalam membangun desa. Salah satu kegiatan bersama yang dilakukan para muda-mudi pada saat itu adalah turun ke sawah. Mereka mendirikan kelompok-kelompok satuan kerja yang beranggotakan para orang tua dan bujang gadis. Kelompok satuan kerja tersebut dinamakan Batobo dengan alat-alat pertanian yang digunakan untuk menggarap sawah pun masih tradisional seperti kerbau, cangkul dan sebagainya. Alat-alat inilah yang nantinya muncul sebagai simbol sejarah pada perahu-perahu baganduang yang ditampilkan dalam festival.

Di dalam kelompok Batobo (Batobo juga dikenal di daerah Kampar), mulai terjalin komunikasi tersembunyi antara muda-mudi. Tak ada yang tahu jika ada yang saling suka. Di malam menjelang hari raya, si bujang pun melakukan yang dinamakan menjemput limau atau lamaran. Menjemput limau dilakukan oleh bujang dengan menaiki perahu yang telah dihias kain, lampu, hingga tukang doa. Perahu ini dinamakan perahu baganduang. Tak lupa air perasan jeruk nipis dibawa serta untuk melamar perempuan yang diinginkan. Air jeruk tersebut nantinya digunakan untuk mandi oleh si bujang di sungai setelah pulang dari acara menjemput limau. Sebagian akan diberikan kepada gadis dan juga digunakan untuk mandi setelah subuh di hari raya Idul Fitri yang pertama. Di dalam mangkok limau yang dibawa ke si gadis, biasanya akan diisi dengan minuman (teh, kopi, susu dan uang secukupnya), kain panjang dan kain baju dan sebuah cincin atau gelang.

Setelah dilakukan prosesi "Menjemput Limau", kabar diterima atau tidaknya lamaran oleh si gadis baru akan dijawab setelah beberapa hari kemudian. Jika diterima, pernikahan yang direncanakan biasanya akan dilaksanakan dua bulan kemudian, atau bertepatan dengan Hari Raya Idul Adha.

Makna Ornamen Perahu Baganduang
Hiasan yang ditampilkan pada perahu ternyata tidak asal-asalan. Semuanya memiliki makna tersendiri, berikut ini beberapa jenis ornament yang biasanya dipakai beserta filosofinya:
  1. Perahu digandeng tiga memberi makna tali nan tigo sapilin.
  2. Lantai yang dipagar merupakan arena untuk pencak silat.
  3. Beranda menyimbolkan balai adat.
  4. Tanduk melambangkan nilai keadilan.
  5. Labu-labu melambangkan nilai persatuan dan kesatuan.
  6. Cermin polos melambangkan ungkapan urang malin nan barompek yang suluahbendang dalam nagori.
  7. Lima buah payung menjadi lambang rukun islam.
  8. Padi baranggik dan dua buah merawah merupakan lambang kemakmuran.
  9. Bulan bintang merupakan lambang ketuhanan.
  10. Kain panjang yang warna warni memberi lambang masyarakat yang banyak suku.
  11. Foto presiden dan wakil presiden melambangkan dukungan masyarakat Kuansing kepada pemerintah.
  12. Payung kuning melambangkan kemakmuran.

Pertunjukan Festival Perahu Baganduang
Perahu baganduang biasanya dilaksanakan pada hari ke-4 Hari Raya Idul Fitri. Dihadiri oleh bupati, ninik mamak dan seluruh masyarakat yang tumpah ruah di tepian sungai. Selain perlombaan perahu baganduang tersebut, acara juga diiringi dengan pertunjukan seni Rarak Calempong, Panjek Pinang, seni tari daerah, kabaret dan juga kegiatan Potang Tolugh. Dalam satu perahu baganduang yang arak dengan berbagai hiasanya, biasanya akan diisi oleh 30 pasang muda-muda. Sehingga tak heran jika acara ini dijadikan sebagai ajang pertemuan jodoh para bujang gadis masyarakat setempat. Festival ini digelar setahun sekali, dan bisa dikunjungi oleh para wisatawan dari luar daerah. Tepatnya di daerah Lubuk Jambi, Kuantan Singingi, atau yang biasa dikenal dengan sebutan Kota Lemang.


[RiauMagz | Wisata Riau | Warisan Budaya Tak Benda Riau ]