Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Makam Siti Laut - Wissata Kota Dumai


Mengenal Sejarah Siti Laut
Sejarah Siti Laut dimulai dari kisah yang terjadi di sebuah kerajaan kecil yang ada di kawasan Muara Takus, Kampar. Di daerah ini ada sebuah negeri kecil yang diberi nama Durian Bertakuk Raja. Dipimpin oleh seorang raja dengan para pengikutnya yang setia. Suatu ketika, sang raja membuat sebuah kapal atau lancang besar hingga memakan waktu selama tiga purnama. Saat lancang tersebut selesai dibuat, seluruh rakyat secara bersama-sama mendorong lancang tersebut ke tepian sungai, namun sama sekali lancang tersebut tak bergerak. Tak ada tanda-tanda lancang tersebut akan bergerak dari galangannya. Orang-orang memberitahukan hal itu kepada raja, hingga raja pun berpikir keras untuk mengatasi masalah tersebut. Perdana Menteri kerajaan memberi usul kepada raja untuk mengumpulkan para ahli nujum guna dimintai keterangan terkait apa yang terjadi dengan lancang besar tersebut. Lalu dikumpulkan lah para ahli nujum di istana. Mereka mengatakan kepada raja, lancang tersebut hanya bisa digerakkan jika galangannya adalah seorang perempuan hamil pada kehamilan yang pertama. Permintaan sulit yang membuat raja bingung, namun raja tetap mengumumkan hal tersebut pada seluruh rakyatnya, barang siapa yang bisa menjadi galang lancang dengan syarat yang telah ditentukan, maka raja akan memberikan lancang tersebut pada yang bersangkutan.

Selang beberapa hari setelah raja memberikan pengumuman, seorang perempuan yang merupakan anak salah seorang pemangku adat kerajaan bernama Siti Laut bermimpi aneh. Ia yang sedang hamil pertama tinggal bersama suaminya bernama Lembang Jaga. Dalam mimpinya, Siti ditemui seorang tua yang memintanya menjadi galangan lancang raja. Namun ada syaratnya, yakni harus digali lubang di bagian bawah lancang, lalu Siti berbaring di sana. Lancang digerakkan, lalu setelah itu Siti harus pergi berlayar jauh dan tidak boleh kembali lagi ke negerinya. Selama tiga hari berturut Siti bermimpi yang sama. Akhirnya ia menyampaikan hal tersebut pada suaminya, setelah bermufakat maka suaminya pun menyampaikan hal tersebut pada raja tentang kesediaan Siti menjadi galang. Segala persyaratan dipersiapkan, dan Siti bersama suaminya pun membawa perbekalan untuk pergi berlayar meninggalkan kampung halaman. Sebuah acara besar dipertontonkan seluruh rakyat negeri tersebut. Lalu Siti pun berbaring di bawah lancang yang sudah dilubangi. Ajaibnya, benar saja yang ada di dalam mimpi Siti. Kapal tersebut bergerak tanpa hambatan sama sekali. Lalu Siti dan suaminya pun berlayar pergi meninggalkan kampung halamannya.

Setelah dua hari dua malam berlayar tiada henti, Siti dan rombongan yang ada di dalam kapal berhenti di sebuah tempat yakni Teluk Binjai. Mereka menetap di sana selama tiga tahun. Namun karena banyak hal yang tak sesuai, rombongan Siti Laut akhirnya berpindah ke daerah Sungai Dumai, lebih tepatnya di kampong Lubuk Kuali (sekarang lokasi kampung Lubuk Kuali, diperkirakan antara Jalan Benteng Pangkalan Sesai dengan Masjid Baiturrahman sungai Dumai). Di Sungai Dumai inilah keluarga Siti Laut menetap. Suaminya mengembangkan kampung menjadi sebuah perkampungan yang maju. Orang-orang banyak bertanya sesuatu pada Lembang Jaga. Karena jasa-jasanya mengembangkan kampung setempat, Lembang Jaga pun diangkat menjadi raja kecik kampong Bunga Tanjung yang selanjutnya diubah menjadi Kerajaan Sri Bunga Tanjung. Sebelum wafat, Siti Laut berpesan agar ia dimakamkan di Lubuk Kuali. Lalu sang suami pun mengabulkan permintaannya. Ia memberi tanda makam tersebut dengan sebuah kayu yang akhirnya tumbuh menjadi besar, yakni Kayu Cengal.

Mengunjungi Situs Sejarah Makam Siti Laut
Makam Siti Laut menjadi salah satu situs sejarah penting yang ada di Kota Dumai. Tak heran jika situs ini masuk dalam peta wisata pemerintah Kota Dumai. Terletak di Jalan Teduh, yakni sekitar 3km dari pusat Kota Dumai di sebelah barat. Sebuah bangunan makam dengan atap berwarna merah bata dan tiang batu berwarna putih ini dikelilingi semak dan pepohonan. Sekilas nampak seperti pemakaman biasa. Namun di tempat ini banyak para pengunjung yang ingin membuktikan langsung sejarah salah satu kerajaan yang ada di Dumai. Jika Anda ingin lebih santai di lokasi wisata ini, sebaiknya berkunjung di pagi hingga petang hari. Suasana lebih nyaman untuk mengunjungi sebuah objek wisata makam. Untuk bisa sampai ke situs sejarah Makam Siti Laut, dari pusat Kota Dumai bisa ditempuh dengan kendaraan pribadi, atau angkutan umum yang sudah disewa. Tidak sulit menemukan kawasan makam tersebut karena menjadi salah satu situs sejarah yang dilindungi pemerintah setempat.


[RiauMagz | Wisata Riau]