Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Perkembangan Rokok Kretek Sebagai Sesajen hingga Gaya Hidup Masyarakat

Perkembangan Rokok Kretek
Tanda terima bea cukai tembakau, 1947
Sumatran Numismatic Museum
https://commons.wikimedia.org

RiauMagz.com - Merokok menjadi salah satu kegiatan yang banyak dilakukan oleh semua orang diseluruh dunia. Berbagai jenis rokok mulai dari kretek, filter, rokok dengan rasa mentol hingga rokok elektrik dengan mudah kini ditemukan dan menjadi bagian dalam kehidupan manusia sehari-hari. Namun tahukah anda, bahwa jejak sejarah tembakau dalam rokok di nusantara sudah ada sejak masa lampau.

Sebelum ada berbagai variasi rokok seperti saat ini, dahulu masyarakat Indonesia mengenal kretek yang dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah “ke.re.tek [1] /kerẻtẻk/n bunyi daun bakar. /ke.rẻ.tẻk [2]/keretek/n rokok yang tembakaunya dicampuri serbuk cacahan cengkih. Saat menghisap akan terdengar bunyi kerẻtẻk-kerẻtẻk saat serpihan cengkeh dalam rajangan tembakau bertemu dengan api. Awal mulanya masyarakat menyebutnya keretek atau kumretek. Sejalan dengan perkembangan zaman kini lebih dikenal dengan sebutan kretek yang diambil dari suara yang ditimbulkan ketika dihisap.

Di Indonesia sendiri, masyarakat lebih memahami dengan penyebutan kretek hanya sebatas sigaret yang tidak menggunakan filter (busa). Bahkan pada 1960 sampai 1970-an, kretek lebih diidentikkan sebagai sigaret bagi kalangan bawah. Lalu bagaimanakah tembakau bisa masuk ke Indonesia?

Catatan bermula saat Columbus melakukan ekspedisi dan menemukan benua baru diakhir abad ke 15. Tanaman tembakau kemudian mulai dikenal orang-orang Eropa. Sementara persebaran dan perkembangannya sendiri melibatkan berbagai bangsa yang mempunyai minat cukup tinggi dan permintaan besar sehingga mendorong orang eropa mengusahakannya secara besar-besaran ke daerah jajahan yang cocok untuk tanaman ini.

Lantas apa yang membedakan kretek dengan sigaret lainnya. Ternyata ada pada kandungan cengkeh dan unsur-unsur herba atau rempah alamiah lain didalamnya. Jika rokok putih atau jenis rokok konvensional lain asal barat hanya mengandung tembakau, sedangkan kretek sendiri menggunakan produk hasil racikan tembakau dengan cacahan cengkeh dan tambahan saus. Racikan khas Indonesia inilah yang membuat sigaret kretek memiliki rasa serta aroma yang berbeda dengan jenis rokok lainnya.

Rokok kretek merupakan jenis rokok yang hanya ada di Indonesia sejak 1876. Kualitas setiap rokok sebuah perusahaan pastinya memiliki rasa khas yang berbeda-beda tergantung dengan komposisi racikan berbagai macam jenis tembakau untuk memperoleh cita rasa tembakau yang diinginkan serta komposisi cengkeh antara 10-50 persen.

Melihat sejarahnya, tembakau yang banyak dan dikenal serta ditanam merupakan jenis nicotiana tabacum yang berasal dari Amerika Utara dan Amerika Selatan. Tembakau ini juga dikenal sebagai jenis tumbuhan herbal yang dapat hidup mencapai ketinggian hingga 1,8 meter dengan memiliki daun besar, lebar dan runcing sekurang-kurangnya 30 cm. Pemerintah Hindia Belanda membawanya ke Indonesia dan mulai melakukan penanaman besar-besar.

Diketuai oleh Van Den Bosch pada 1830 melalui cultuurstelsel di wilyaah Semarang, Jawa Tengah. Upaya awal tersebut sayangnya mengalami kegagalan hingga tiga tahun kemudian, pemerintah Belanda di Jawa mengirim N.G De Voogt ke Cuba untuk mempelajari cara penanaman tembakau dan menerapkanya di daerah karesidean Rembang Afdeeling Tuban.

Setelah diberikan kepada swasta untuk mengolah tembakau tersebut, barulah menunjukan hasil. Peran swasta bahkan mampu membayar hutang-hutang Belanda serta membuat negara jajahannya menjadi makmur dan berkembang. Dalam catatan sejarah perluasan tanaman tembakau dilakukan ke semua wilayah Indonesia. Karena struktur geografis dan pengolahan pascapanen berbeda membuat tembakau yang dihasilkan juga memiliki kualitas yang berbeda pula. Akibatnya hanya ada beberapa daerah yang memilliki kualitas tembakau terbaik dalam kategori lokasi dan standar hasil produk, yakni Tembakau Deli yang dikenal sebagai penghasil tembakau cerutu, tembakau temanggung (penghasil srintil untuk sigaret), tembakau Vorstenlanden (Yogyakarta, Klaten, Solo) sebagai penghasil cigarette dan sigaret, tembakau besuki dikenal sebagai penghasil tembakau rajangan untuk sigaret, tembakau Madura dan tembakau Lombok Timur juga dikenal sebagai tempat pengasil tembakau untuk sigaret.

Jenis Tembakau

Didunia ada banyak jenis tembakau, namun ada tiga varietas utama yang dikenal luas. Pertama, nicotiana tabacum atau dikenal dengan tembakau Virginia, jenis ini banyak diusahakan di Hindia Belanda maupun negara eropa seperti Netherland. Kedua, nicotiana macrophylla atau tembakau Maryland, tanaman ini diduga mulanya banyak diusahakan di Hongaria dan Junani dengan ciri khas lewat bunganya yang panjang dan berwarna kemerahan. Ketiga, nicotiana rustica atau tembakau boeren yang diusahakan di Amerika selatan seperti Brasilia dan Guyana.

Kualitas mutu tembakau yang dipanen tergantung pada jenis tembakau, kondisi daerah, waktu penanaman, proses panen, dan proses setelah panen. Ada 4 jenis tembakau berdasarkan proses pasca panen yaitu, air-cured adalah proses tembakau dikeringkan secara diangin-anginkan), fire-cured adalah proses tembakau dikeringkan dengan menggunakan asap, sun-cured adalah proses tembakau dikeringkan dengan dijemur di bawah sinar matahari, dan flue-cured adalah proses tembakau dikeringkan dengan cara diberi penas.

Beberapa daerah di Indonesia penghasil tembakau dengan ciri khas dan kegunaan masing-masing seperti tembakau Deli dari jenis Deli yang digunakan untuk pembungkus (wrapper) cerutu, tembakau Srintil di daerah Temanggung, Parakan dan Ngadirejo yang digunakan sebagai rajangan rokok ataupun di kunyah. Tembakau Madura dari Madura serta tembakau Besuki Voor-Oogst (VO, "sebelum panen padi") dari daerah Jember yang ditanam musim hujan dan panen awal kemarau, kedua jenis tembakau ini digunakan sebagai rajangan rokok.

Di daerah Jember ada jenis mirip tapi berbeda yaitu tembakau Besuki Na-Oogst (NO, "setelah panen padi") Jember, ditanam akhir musim hujan dan panen akhir kemarau yang digunakan sebagai filler, binder, dan wrapper (pembungkus) cerutu. Lain lagi dengan jenis tembakau Virginia-vorstenlanden di daerah Klaten, Sleman, Boyolali, Sukoharjo yang digunakan sebagai sigaret.

Kebiasaan Merokok

Memang tembakau lebih banyak diketahui sebagai bahan utama pembuatan rokok. Namun dalam perkembangannya tembakau memberikan pengaruh budaya atau kebiasaan orang-orang yang mengkomsumsinya di seluruh dunia. Misalnya saja bangsa Prancis yang bermukim di Kanada menggunakan tembakau untuk mabuk-mabukan. Sedangkan penduduk asli Brazilia menyebut tembakau sebagai uppowoc yang lebih dikenal sebagai tanaman pengobatan.

Berbeda lagi dengan penduduk asli benua Amerika yang tinggal di daerah dataran rendah Columbia dan Venezuela. Mereka memiliki kebiasaan yang dikenal dengan sebutan niopo atau iopo. Cara menikmati tembakau ialah dengan menyempilkan ke lubang hidung dan menghisapnya, ini akan menimbulkan efek memabukan dan menambah keberanian pemakainya. Bahan campuran berupa tepung manioc, biji acasia atau mimosa, kapur kulit kerang yang ditumbuk halus.

Sementara penyebaran tembakau di Indonesia diketahui bahwa orang Belanda-lah yang memperkenalkan kebiasaan merokok kepada masyarakat dengan menciptakan sigaret pribumi, yaitu rokok klobot yang terbungkus daun jagung, palem ataupun daun pisang kering. Ketika masyarakat merokok akan menimbulkan efek lebih giat bekerja dan dapat melupakan rasa penderitaan yang dialami. Oleh karena itu, kebiasaan merokok tidak dilarang oleh pemerintah Hindia Belanda.

Kebiasaan merokok juga berhasil menembus keraton/istana dalam kegiatan harian maupun disela-sela waktu memeriksa latihan perang. Tidak hanya sebagai kesenangan pribadi saja tetapi rokok juga menjadi bagian sesajen yang memegang peranan penting dalam kepercayaan tradisional masyarakat dan hidangan penting yang disajikan kepada tamu, seperti halnya buah pinang dan sirih.

Rokok menjadi salah satu bahan utama sesajin atau sesajen bersama misalnya jenang putih, jenang merah dan segelas kopi untuk menundukkan atau "merayu" agar hal gaib tidak mengganggu si penderita. Sebagian berpendapat bahwa rokok dan sesajen berguna untuk hidangan kepada hal gaib sehingga hal gaib tersebut tidak mengganggu si penderita lagi.

Di beberapa daerah di Indonesia, rokok dijadikan sebagai media menerawang hal-hal gaib. Sebagian lagi menggunakannya sebagai syarat pembayaran pengobatan atau media meminta tolong kepada si pengobat.

Rokok juga dijadikan medium pergaulan misalnya ketika tamu datang menyampaikan curhat, rokok akan menjadi pembuka bicara. Sebagian lagi menganggap bahwa dengan rokok membuka inspirasinya untuk berkarya atau bekerja, mungkin ini berhubungan dengan adiksi yang terkandung dalam selinting rokok.

Dalam sebuah perjamuan diplomatik di London, Agus Salim sang diplomatik Indonesia ditanya tamu lain mengenai apa yang dihisapnya. Agus Salim dengan cerdas menjawab bahwa barang yang dihisapnya itulah yang menyebabkan negara-negara barat menjelajah dunia.

Pernah mendengar kata "uang rokok"? Itu diartikan sebagai istilah upah atas kerja seseorang, walaupun terkadang uang yang diterima dapat melebihi harga sebungkus rokok. Mungkin Anda pernah mendengar kata "Apel Malang" dalam sebuah kasus korupsi di Indonesia. Mirip walau berbeda kasus.

Rokok bukan sekedar rokok, memiliki budaya dan sejarah yang panjang di Indonesia.

Iklan rokok jadul

RiauMagz, Wisata Riau