Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Syair Ibarat Khabar Kiamat dan Sejarah Tuan Guru Sapat, Sastra Lisan Indragiri Hilir

Syair Ibarat Khabar Kiamat Tuan Guru Sapat, Budaya Sastra Lisan Indragiri Hilir
RiauMagz.com - Kabupaten Indragiri Hulu Riau memiliki satu lagi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) kebanggaan yang pada tahun 2020 ditetapkan sebagai WBTB Indonesia dari Riau, yakni Syair Ibarat Khabar Kiamat dalam Domain Tradisi dan Ekspresi Lisan. Syair Khabar Kiamat ditetapkan sebagai WBTB Nasional dari Provinsi Riau tepatnya dari Kabupaten Indragiri Hilir berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 1044/P/2020 Tentang Warisan Budaya Tak Benda Indonesia Tahun 2020 pada tanggal 1 Desember 2020 yang ditandatangani oleh Nadiem Anwar Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Apa itu Syair Ibarat Khabar Kiamat?

Syair Ibarat Khabar Kiamat adalah sastra lisan budaya Indragiri berupa syair yang dibuat oleh Syekh Abdurrahman Shiddiq atau Tuan Guru Sapat, beliau adalah seorang Mufti Kerajaan Indragiri yang sangat terkenal.

Syair Ibarat dan Khabar Kiamat yang dikarang oleh Syekh Abdurrahman Siddiq bin Muhammad Apif pertama kali diterbitkan oleh Mathba'ah Ahmadiah Press di Singapura tahun 1915. Buku ini kemudian ditransliterasikan oleh Suhayib Syam dan diterbitkan atas kerjasama Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir dan Yayasan Bhakti Ilmu yang memiliki tebal 110 halaman dan dicetak oleh Universitas Riau Press pada tahun 2001.

Menurut Onesearch sebagai penyedia akses pencarian katalog buku di Indonesia, tercatat bahwa buku Syair Ibarat dan Khabar Kiamat terbitan Unri Press tersebut tersedia 3 (tiga) buah di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

Sedangkan menurut catatan data World Catalogue (worldcat) sebagai penyedia akses pencarian katalog buku di seluruh dunia, buku ini telah tersebar ke berbagai perpustakaan kampus universitas di berbagai negara semisal Australian National University ANU (Canberra, Australia), Universiteitsbibliotheek Leiden University Library (Leiden, Netherlands), University of Hawaii at Manoa Hamilton Library (Honolulu), University of British Columbia Library (Canada), University of Washington Libraries (United States), UC Berkeley Libraries (United States), dan secara umum di berbagai perpustakaan kampus universitas di Amerika Serikat.

Karya tulis Tuan Guru Sapat atau Syekh Abdurrahman Siddiq bin Muhammad Apif baik berbahasa Arab maupun Melayu sangatlah banyak dan umumnya di terbitkan oleh Mathba'ah Ahmadiah Press di Singapura. Buku-buku ini dalam upaya dakwah beliau melalui buku dan menjadikan beliau sebagai ulama yang produktif menulis pada masa itu. Beberapa buku karya tulis Tuan Guru Sapat (sebagian dikutip dari Zulfa Jamalie, 2015 dan alif.id), yaitu :
  1. Asrar al-Shalah min 'iddat al-Kulub al-Mu'tabarat, diselesaikan pada bulan Rajab 1320 H / Oktober 1902 M. Kandungannya membicarakan mengenai sembahyang. Cetakan yang pertama Mathba'ah Haji Muhammad Sa'id bin Haji Arsyad, Kampung Silong, Jalan Arab Street, Kedai Surat No, 82 Singapura, akhir Zulhijjah 1327 H / Desember 1909 M. Cetakan selanjutnya oleh Mathba'ah Al-Ahmadiah, 82 Jalan Sultan, Singapura, 1348 Hijrah / 1929 M (cetakan ketiga). Cetakan lainnya pada tahun 1931 M.
  2. Fathul 'Alim fi Tarhib bi at-Ta'lim, diselesaikan pada tanggal 10 Syaaban 1324 H / September 1906 M. Kandungannya membicarakan akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah secara lengkap. Dicetak oleh Mathba'ah Al-Ahmadiah, 82 Jalan Sultan, Singapura, 28 Syaaban 1347 H/8 Januari 1929 M.
  3. Risalatut Tazkirah li Nafsi wa lil Qashirin Mitsli, diselesaikan pada 20 Syaaban 1324 H / 9 Oktober 1906 M. Kandungannya merupakan tazkirah dan nasihat yang dipetik daripada Majmu' karangan Syeikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari. Cetakan pertama, Tempat Cap Haji Muhammad Amin, Singapura, 1324 H / 1906 M.
  4. Risalah Amal Ma'rifah, diselesaikan di Sapat, Inderagiri, pada 8 Rabiulawal 1332 H / 4 Februari 1914 M. Kandungannya membicarakan masalah akidah menurut pandangan tasawuf. Cetakan pertama tahun 1338 H / 1920 M. Cetakan yang kedua oleh Mathba'ah Al-Ahmadiah, 50 Minto Road, Singapura, pada 30 Muharam 1344 H / 20 Agustus 1925 M.
  5. Syair Ibarat Khabar Kiamat, diselesaikan 25 Zulhijjah 1332 H / 14 November 1914 M. Kandungannya menceritakan peristiwa Hari Kiamat ditulis dalam bentuk syair. Dicetak pertama kali tahun 1915 M oleh Mathba'ah Al-Ahmadiah, 50 Minto Road, Singapura. Lalu cetakan berikutnya pada 9 Syaaban 1344 H / 22 Februari 1926. Syair Ibarat dan Khabar Kiamat juga diterbitkan oleh Unri Press pada tahun 2001 berupa transliterasi oleh Suhayib Syam dan diterbitkan atas kerjasama Pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir dan Yayasan Bhakti Ilmu.
  6. Majmu'ul Ayat wal Ahadits fi Fadhailil 'Ilmi wal 'Ulama' wal Muta'allimin wal Mustami'in, tanpa dinyatakan tarikh selesai penulisan. Kandungannya merupakan kumpulan hadis serta terjemahannya dalam bahasa Melayu. Dicetak oleh Mathba'ah Al-Ahmadiah, 82 Jalan Sultan, Singapura, 1346 H / 1927 M.
  7. Risalah Kecil Pelajaran Kanak-kanak Pada Agama Islam, diselesaikan 1 Safar 1334 H / 8 Desember 1915 M. Kandungannya merupakan pelajaran fardu ain untuk kanak-kanak. Cetakan yang ketiga oleh Mathba'ah Al-Ahmadiah, 82 Jalan Sultan, Singapura, pada tahun 1348 H / 1929 M.
  8. Risalah Aqaidul Iman, diselesaikan di Sapat, Inderagiri, pada 16 Rabiulawal 1338 H / 9 Desember 1919 M. Kandungannya membicarakan tentang akidah. Pernah dicetak tahun 1936 oleh Mathba'ah Al-Ahmadiah, Singapore. Cetakan baru oleh Toko Buku Hasanu, Jalan Hasanuddin Banjarmasin atas izin Mahmud Shiddiq, Pagatan, Kota Baru, Pulau Laut, Kalimantan Selatan, 1405 H / 1984 M. Diterbitkan daripada salinan tulisan tangan oleh Hasan Bashri Hamdani.
  9. Syajaratul al-Arsyadiyah wa ma Ulhiqa Biha, diselesaikan pada 12 Syawal 1350 H / 19 Februari 1932 M. Kandungannya membicarakan sejarah asal-usul Syeikh Muhammad Arsyad bin Abdullahal-Banjari dan keturunan-keturunannya. Cetakan pertama oleh Mathba'ah Al-Ahmadiah, 82 Jalan Sultan, Singapura, tahun 1937 M.
  10. Risalah Takmilat Qawl al Mukhtashar, diselesaikan pada 10 Safar 1351 H / 15 Juni 1932 M. Kandungannya menceritakan tanda-tanda Hari Kiamat dan mengenai kedatangan Imam Mahdi. Dicetak oleh Mathba'ah Al-Ahmadiah, 82 Jalan Sultan, Singapura, pada tahun 1937. Buku ini dicetak kombinasi dengan Syajaratul Arsyadiyah (103 halaman) oleh pengarang yang sama, dan Risalah Qaulil Mukhtashar fi 'Alamatil Mahdil Muntazhar (55 halaman) karya Syeikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari.
  11. Mauwidzhah li Nafsi wa li Amtsali minal Ikhwan, diselesaikan 5 Rajab 1355 H / 21 September 1936 M. Kandungannya merupakan kumpulan pengajaran akhlak. Cetakan yang pertama oleh Mathba'ah Al-Ahmadiah, 82 Jalan Sultan, Singapura, 1355 H / 1936 M.
    Kitab Al-Fara`idh, tahun 1919.
  12. Jadwal Sifat Dua Puluh (20), tempat dan tahun penyelesaian tidak diketahui.
  13. Beberapa Khuthbah Pakai Makna Karangan Jaddi as-Syeikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari, tanpa dinyatakan tarikh selesai penulisan. Kandungannya merupakan kumpulan khutbah yang pernah diucapkan oleh Syeikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari. Dicetak oleh Mathba'ah Al-Ahmadiah, 101 Jalan Sultan, Singapura, tanpa dinyatakan tahun cetakan.
  14. Catatan, tanpa tarikh, ditulis dalam bahasa Arab dan Melayu. Kandungannya merupakan beberapa catatan Syekh Abdurrahman Siddiq mulai lahir malam Kamis, sebelum Subuh 1288 H / Jun / Julai 1871 Masihi. Wafat hari Isnin, jam 5.40, pada 4 Sya’ban 1358 H / 18 September 1939 M, dalam usia 70 tahun. Tahun 1306 H beliau ke Mekah dan tinggal di sana hingga tahun 1312 H. Selain itu terdapat catatan kelahiran dan wafat anak-anaknya dan lain-lain.Asrar al-Shalat min ‘Iddat al-Kulub al-Mu’tabarat, tahun 1931.

Sejarah Tuan Guru Sapat Syekh Abdurrahman As-Shiddiq

Syekh Abdurrahman Shiddiq atau dikenal sebagai Tuan Guru Sapat sendiri merupakan guru agama Islam (Mufti) dari Kerajaan Indragiri yang memiliki banyak sekali murid dari berbagai daerah. Murid-muridnya berasal dari Malaysia, Kalimantan, Singapura, Jambi, Bengkulu dan Palembang.

Mufti Syekh Abdurrahman Shiddiq merupakan Mufti kelahiran Kampung Dalam Pagar, Martapura, Kalimantan Selatan. Beliau lahir pada tahun 1867 M (1284 H).

Mengenai kelahiran Tuan Guru Sapat, terjadi perbedaan penyebutan tahun. Yusuf Halidi (1984) menyebutkan tahun kelahiran 1857 M. Hal ini disanggah oleh Wan Mohd. Shagir Abdullah (1999) berdasarkan catatan keturunan Tuan Guru Sapat bahwa beliau lahir Rabi'ul Akhir, malam Kamis sebelum subuh tahun 1284 H atau Agustus 1867 M. Dalam catatan itu, telah dihapus dan dirubah menjadi 1288 H atau Juni/Juli 1871 M. Tambahan catatan anak keturunannya, beliau wafat pada hari Senin jam 5.40 tanggal 4 Sya'ban 1358 H / 18 September 1939 M dalam usia 70 tahun.

Ayahnya bernama Muhammad Afif bin Khadi H. Mahmud sedangkan Ibunya bernama Shafura. Beliau merupakan keturunan ulama besar dari daerah Kalimantan bernama Syekh Arsyad Al-Banjari.

Dalam tulisan Zulfa Jamalie (2015), disebutkan bahwa menurut jalur ibu, silsilah Tuan Guru Sapat memiliki garis keturunan sebagai berikut :
Syekh Abdurrahman Shiddiq bin Safura binti Mufti Syekh Muhammad Arsyad (Kubah Pagatan Kabupaten Tanah Bumbu) bin Mufti Syekh Muhammad As’ad binti Syarifah binti Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari.

Sedangkan menurut jalur ayah, silsilah Tuan Guru Sapat memiliki garis keturunan sebagai berikut :
Syekh Abdurrahman Siddiq bin Muhammad Afif (Datuk Landak) bin Anang Mahmud bin Jamaluddin bin Kyai Dipa Santa (Ahmad) bin Fardi bin Mufti Jamaluddin bin Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari.

Dalam catatan lain, Kyai Dipa Santa adalah keturunan Pangeran Diponegoro. Menurut catatan tersebut,  Syekh Abdurrahman Siddiq terlahir dari garis darah keturunan tokoh besar penyebar agama Islam di Indonesia yaitu Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari dan Pangeran Diponegoro.

Zulfa Jamalie (2015) juga menambahkan bahwa silsilah Syekh Abdurrahman Siddiq bertemu ke atas pada Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari baik dari garis ayah maupun ibu. Dari garis ayah, Syekh Abdurrahman Siddiq adalah turunan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari yang menikah dengan Go Hwat Nio turunan Tionghoa.

Dikutip dari Ali Azhar (2020), Syekh Abdurrahman Siddiq adalah penerus generasi ke-5 dari Al-Arif Billah Maulana Syekh H. Muhammad Arsyad bin Abdullah Al-Banjari. Yang mana kakeknya ini (Abdullah) cucu dari seorang Muballigh yang datang dari Magribi ke Filipina yang mendirikan Kerajaan Islam di Mindano (Mindanao = berasal dari kata Min-‘indana yang berarti "dari golongan kami") yang bernama Sayyid Abdullah bin Sayid Abu Bakar Al-Idrus Al-Hindy. Ali Azhar adalah penulis buku SYEKH ABDURRAHMAN SIDDIQ ; Tuan Guru Teladan Bangsa sekaligus cucu dari Syekh Abdurrahman Shiddiq. Anak dari Hj. Zainab.

Ali Azhar (2020) melanjutkan, Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari (Pengarang berbagai Kitab Sabilal Muhtadin) hidup dimasa ulama-ulama tanah air sezamannya seperti Syekh Abdusshamad Al-Falimbani, Syekh Abdul Rahman Mashri, maupun Syekh Abdul Wahab Bugis.

Tuan Guru Sapat awalnya belajar dasar-dasar agama Islam dari neneknya bernama Ummu Salamah dan adik orangtuanya yaitu Siti Saidah. Guru yang mengajarkan ilmu alat atau ilmu tata bahasa Arab kepada Tuan Guru Sapat pertama kali adalah Masri dan Zainuddin, seorang santri di Dalam Pagar, Martapura. Tuan Guru Sapat juga belajar kepada guru-guru lainnya seperti Tuan Guru Muhammad Said Wali, Tuan Guru Muhammad (Ahmad) Khatib, dan Tuan Guru Abdurrahman Muda.

Kemudian beliau pergi ke Mekkah di tahun 1306 H / 1889 M untuk belajar ilmu agama Islam kepada ulama besar disana yaitu Syekh Bakri Syaththa (pengarang kitab I’anatut al-Thalibin), Syekh Ahmad Dimyati, Syekh Sayyid Bahasyil (Babasyid), Syekh Ahmad Bafadhil, Syekh Ahmad bin Zaini Dahlan (Mufti Syafi’iyah), Syekh Nawawi bin Umar Al-Bantani (Jawa-Banten), dan Syekh Umar Sambas.

Selain itu, Tuan Guru Sapat juga belajar ilmu tasawuf, tauhid dan fikih kepada guru-guru Syekh Sayyid Bakri Shaththa’, Syekh Sayyid Bahasyil dan Syekh Nawawi bin Umar Al-Bantani.

Syekh Sayyid Bakri Shaththa’ memberi gelar As-Shiddiq di belakang nama Abdurrahman karena penguasaan beliau atas ilmu agama Islam serta akhlak beliau yang terpuji.

Tuan Guru Sapat kemudian berguru di Madinah bersama teman-temannya dari Mekkah seperti Syekh Ahmad Khatib Mingkabawi (Minangkabau), Syekh Ahmad Dimyati (Mufti Mekkah), Syekh Abdullah Zawawi, Syekh Said Al-Yamani, Syekh Abdul Qodir Mandailing, Syekh Umar As-Sumbawi, Syekh Awang kenali (Kelantan, Malaysia), Syekh Hasyim Asy’ari (Tebuireng, Jombang) pendiri Jam’iyyah Nahdlatul Ulama, Syekh Jamil Jaho (Sumatera Barat), Syekh Abdul Karim Amrullah (ayah Buya Hamka), Syekh Ali Junaidi Berau (Kalimantan Timur), dan Syekh Sulaiman Ar-Rasuli (Bukit Tinggi).

Tuan Guru Sapat juga berteman dengan Abdullah Fahim (ayah mantan Perdana Menteri ke-5 Malaysia; Tun Abdullah Ahmad Badawi), dan Tok Kenali. Beliau sempat mengajar (tahliah) di Masjidil Haram atas ijin dari Kerajaan Saudi Arabia saat itu hampir selama 2 tahun.

Tuan Guru Sapat pulang ke Indonesia pada tahun 1312 H / 1896 M.

Sebelum menetap di Sapat daerah Indragiri Hilir, Tuan Guru sempat merantau ke Padang (Sumatera Barat) dengan tujuan untuk menemui paman beliau bernama As’ad. Di Padang tersebut, beliau menjalankan usahanya sebagai penyepuh emas sambil berdakwah ke pelosok-pelosok daerah Sumatera Barat dengan bekal ilmu agama yang telah di dapatkannya di pesantren sejak kecil.

Lalu Tuan Guru tiba di daerah Sapat sekitar tahun 1320 H / 1902 M berdasarkan catatan Ali Azhar (2020), Indragiri Hilir. Pindahnya beliau dari Bangka Belitung ke Indragiri didasarkan pada informasi dari seorang saudagar asal Indragiri Hilir bernama Haji Arsyad, bahwa pada saat itu Indragiri Hilir (Sapat) memiliki potensi dan sangat membutuhkan seorang ulama untuk mengembangkan Islam di daerah tersebut.

Beliau pun lebih dikenal sebagai Tuan Guru Sapat, karena telah lama beliau menetap di daerah Sapat. Kemampuan Tuan Guru Sapat dalam berdakwah bil lisan, bil hal, maupun bil kitabah sangatlah terkenal. Lalu kabar tentang keberadaan dan kehandalan beliau sebagai sang ulama Sapat pun didengar oleh Sultan Indragiri. Kabar itu disampaikan oleh Panco Atan yang pernah belajar di Mekkah. Sultan lalu mengundang Tuan Guru Sapat dan memintanya untuk menjadi Mufti kerajaan. Pada saat itu dibutuhkan seorang guru yang mampu memberikan solusi atas masalah-masalah mawaris, pengadilan, pernikahan, perceraian, dan sebagainya.

Awalnya Tuan Guru menolak karena beliau enggan menerima jabatan, tetapi akhirnya karena mendesaknya kebutuhan atas keberadaan Mufti, Tuan Guru pun menerima tawaran Sultan Mahmud Syah (Sultan Indragiri ke 25) bin Sultan Isya Mudayatsyah. Maka terhitung sejak tahun 1337 H / 1919 M, Tuan Guru secara resmi menjadi Mufti Kerajaan Indragiri. Tuan Guru Sapat dalam menjalankan tugasnya sebagai Mufti Kerajaan Indragiri tidak mau menerima gaji dari kerajaan. Jabatan ini dipangku Tuan Guru Sapat hampir 20 tahun sampai tahun 1354 H / 1935 M.

Dalam menjalankan tugasnya, Tuan Guru Sapat sering berperahu menyusuri Batang Kuantan pulang pergi dari Sapat ke Istana Rengat untuk memberikan pengajian. Terkadang beberapa pembesar istana pun mengunjungi Tuan Guru Sapat di Kampung Hidayat.

Jauh sebelum Tuan Guru Sapat menjadi Mufti Kerajaan Indragiri, beliau telah ditawari untuk menjadi Mufti Batavia oleh Habib Utsman bin Yahya untuk menggantikan Habib. Demikian juga Tuan Guru Sapat ditawari untuk menjadi Mufti Kerajaan Johor Malaysia. Semuanya ditolak secara halus oleh Tuan Guru Sapat.

Tuan Guru Sapat meninggal pada 4 Sya'ban 1358 H atau pada hari Senin jam 5.40 wib 18 September 1939 dan dimakamkan di Kampung Hidayat (Kampung Parit Hidayat), Sapat, Indragiri Hilir.

Isi Syair Ibarat Khabar Kiamat Karya Tuan Guru Sapat

Selain sebagai ulama, Tuan Guru juga seorang pengarang besar berbagai kitab termasuk karya sastra Syair Ibarat Khabar Kiamat.

Syair tersebut berisi kuat tentang pesan-pesan keislaman, pendidikan budi pekerti dan sangat kental dengan pesan-pesan dakwah. Salah satu kutipan dari syair tersebut di antaranya:

Bismillahirohmanirrohim
Terbit dari pada, hati yang salim (bersih)
Mendapat surga Jannatun Na’im
Dengan Kurnia, Robbir Rohim

Alhamdulillahirobbilalamin
Mengikuti sabda, Saiyidil Mursalin
Dapat syafaat, sekalian mu’minin
Masuk surga, Salamin Aminin

Diiringi dengan, sholat salam
Kehadirat Nabi, Saiyidil Anam
Dengan Nas (dalil), Qur’anul A’zom
Wajib mengikuti, dengan Ihtirom

Kemudian dengarkan, suatu cerita
Terbit dari pada, hati yang duka
Bukannya hamba, mengada-ada
Supaya dikenal, saudara kita

Suatu cerita, hamba khabarkan
Kepada sekalian, ahli dan ikhwan
Tandanya dunia, akhir zaman
Orang yang salah, dapat kebenaran.

Demikian pula orang yang benar, Mendapat salam perkataan tawar
Menyatakan benar mendapatkan gusar, Melainkan wajib ridho dan sabar

Tersebut perkataan awal bermula, Tatkala diri kedatangan qadha
Bukannya kami tiada ridha, Iradat terjunjung atas kepala

Hendaklah kami tak berkata, Bertambah lagi rasanya duka
Jadi mengarang sambil bercinta, Margul selaku orangnya lata

Sudah takdir dari pada Allah, Sedikit tiada dapat di ubah
Qudrat iradat yang memerintah, Menjadi alim tiada tersalah

Subhanallah hambaMu tolong, Tiada tempat bergantung
Sebenar hamba duduk di kampong, Tetapi tiada masuk terhitung

Sudah takdir Azizul Ghaffar, Fikir dan cinta sebagai daur
Hati di dalam bagaikan hancur, Sebab sedikit menaruh syukur

Ridho menjunjung kudrat Tuhanku, Akan perintah datang berlaku
Terkena bala’ rupanya aku, Coba Allah siapakah tahu

Seperti firman Allah taala, Hai hambaKu yang kena bala’
Jikalau kamu sabar dan ridho, Niscaya Kuberi engkau pahala

Sudah kehendak Rabbul’izzati, Dalam Lauh Mahfuzh tersurat janji
PadaNya aku sudah terbahagi, Dimana akan dapat menyalahi lagi

Di tilik kepada sifat yang keras, Alim tiada memberi bekas
Jika ma’rifat betul dan ikhlas, Di akhirat kelak beroleh balas

Maha Suci Tuhan tiada yang kurang, Beberapa dalil nyata di pandang
Berganti-ganti malam dan siang, menjadikan langit tiada bertiang

Maha Suci Tuhan yaitu Allah, Beberapa syukur Alhamdulillah
Menghilangkan segala kalah dan kesah, Membetulkan tawakkal kepada Allah

Maha Suci Tuhan Wahidul Qohhar, Mengampunkan dosa kanmilul ghaffar
Menghampirkan ma’ruf menjauhkan munkar, Menghilangkan marah mendatangkan sabar

Jangan memikirkan hampir dan jauh, Ajal kita tidak bertangguh
Umpama berlayar tiada bersauh, Sudah terlingkar baharulah kokoh

Angan-angan jangan terlalu panjang, Kasihkan dunia bukan kepalang
Diri kita tiadakan sayang, Di mahsyar titian halus terbentang

Beberapa wasiat Nabi Muhammad, Dari pada sangat kasihkan umat
Memeliharakan jangan kerja maksiat, Supaya gemar membuat ta’at

Ingatkan apalah dirimu, Asalkan tanah kejadianmu
Kemana gerangan pulang pergimu, Di bumi mana tempat matimu

Kehilangan harta sangat engkau ingat, Nyawamu hilang tiada kamu ingat
Sangatlah bebal kita nan umat, Melainkan memohon ampun dan rahmat

Kekurangan harta sangat kesakitan, Jual dan beli yang difikirkan
Makan pagi dikira-kirakan, Umur berkurang tiada diingatkan

Hai sekalian orang yang berakal, Tuntutlah ilmu kerjakan amal
Akhirat sungguh dikatakan kekal, Di dunia juga mencari bekal

Hawa nafsumu jangan diikuti, Dicabuli syetan membawa hanyut
Rahmat Allah itupun luput, Ke dalam neraka gemetar takut

Menuntut dunia sangatlah mabuk, Tamakkan dunia menjadi kutuk
Di dalam akhirat ke neraka masuk, di makan api hancur dan remuk

Menuntut harta supaya banyak, Disangkanya dunia tiada rusak
Di akhirat engkau dapat tempalak

Adapun akan nafsu yang jahat, Bahagian diri sudah tersurat
Jikalau jatuh pada maksiat, Hendaklah segera berbuat taubat

Hawa nafsu itu terlalu bohong, Harus yang di rasa hendak di songsong
Lautannya luas ombak menggulung, Dimanakah engkau mendapat untung

Duduk di dunia negeri yang hilang, Lupalah akan dirinya seorang
Sehari-hari umur berkurang, Tiada mencari bekalmu pulang

Di sangka kekal hidupmu awang, Di akhirat jauh engkau terbuang
Ilmu dan amal tiada di bilang, Di antara kubur siksanya datang

Dunia nan laut yang maha dalam, Banyaklah di sana rusak dan karam
Mengasihkan dunia jahil dan tamam, Di akhirat habis lebur tenggelam

Pelayaranmu itu terlalu jauh, Suatu bekal belum di taruh
Ombaknya besar angin mengguruh, di rantau Luhud tempat berlabuh

Rantau Luhud ombaknya garang, Haluannya itu mengikut pasang
Soal munkar kesana datang, Memeriksa tauhid berulang-ulang

Di dalam kubur tidur seorang, di kapit bumi malam dan siang
Menangislah ia hendak pulang, Mengerjakan taubat zikir sembahyang

Kelebihan dunia yaitu akal, Akan menuntut ilmu dan amal
Sembahyang puasa Fardlu yang afdhal, Hadist dan ayat jangan di tinggal

Ayo hai tuan kenali dirimu, Kemana perginya muda kuatmu
Butakah sudah kedua matamu, Lihatlah yang dielu dari padamu.


CATATAN :
Beberapa penulisan tahun dan garis keturunan perlu diperiksa ulang karena ada beberapa sumber tulisan yang tidak sejalan dalam penyebutan tahun dan garis keturunan.

Sumber bacaan :
warisanbudaya.kemdikbud.go.id
kemenag.go.id
opac.perpusnas.go.id
worldcat.org
onesearch.id
nu.or.id
tebuireng.online
soundyoung.blogspot.com
Zulfa Jamalie, SYEKH ABDURRAHMAN SIDDIQAL-BANJARI (Madam Dakwah Lintas Kawasan), Fakulti Dakwah dan Komunikasi, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Antasari Banjarmasin, Indonesia, 2015.
Yusuf Halidi, Ulama Besar Kalimantan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Bina Ilmu, Surabaya, 1984.
Wan Mohd. Shagir Abdullah. Penyebaran Islam dan Silsilah Ulama Sejagat Dunia Melayu. Persatuan Pengkajian Khazanah Klasik Nusantara dan Khazanah Fathaniyah. Kuala Lumpur. 1999.
Ali Azhar, SYEKH ABDURRAHMAN SIDDIQ ; Tuan Guru Teladan Bangsa, TrussMedia Grafika, Yogyakarta, 2020.

Sumber foto :
warisanbudaya.kemdikbud.go.id



RiauMagz, Budaya Sastra Lisan Indragiri Hilir salah satunya Syair Ibarat Khabar Kiamat hasil karya Tuan Guru Sapat atau Syekh Abdurrahman Shidiq Al Banjari yang makamnya banyak dikunjungi wisatawan sekaligus menjadi wisata religi di Inhil.