Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

RIWAYAT TENGKU PANGERAN KESUMA DILAGA SYAID ZEN AL JUFRI

makam RIWAYAT TENGKU PANGERAN KESUMA DILAGA SYAID ZEN AL JUFRI

Disusun oleh DADANG IRHAM 20 maret 2020
BAGIAN 7

Tengku Pangeran Kesuma Dilaga adalah gelaran dari Syaid Zen Al Jufri salah seorang cucu kandung dari Sultan Alamuddin Syah dari anak perempuan beliau yang bernama Tengku Hawi/Hawa yang menikah dengan seorang turunan Arab yang bernama Syaid Syech Al Jufri. Tak ada literatur yang pasti tentang kelahiran dari Syaid Zen Al Jufri tapi diperkirakan beliau lahir di Siak sekitar tahun 1770.

Di dalam surat-surat lama dan literatur Belanda serta Eropa, beliau dikenal dengan banyak nama, beberapa diantaranya dikenal dengan nama Tengku Pangeran Sukma/Kesuma Dilaga, Syaid Zen, Tengku Pangeran Siak dan Tunku Pangeran. Konon ia juga dijuluki dengan nama Pangeran Perca, selain itu ia juga dikenal dengan nama yang lebih panjang Syaid Zen Al Jufri akan tetapi ada sumber lain yang menyebut namanya dengan panggilan Syaid Zen Balfaqih ?.

Syaid Zen Al Jufri ini memiliki garis darah campuran antara Arab Bugis dan Melayu. Darah Arab murni didapatnya dari ayahnya yang keturunan Arab berasal dari Jambi. Sedangkan darah Bugis dan Melayu dia peroleh dari ibunya Tengku Hawa/Hawi yang merupakan anak dari Sultan Alamuddin Syah yang menikahi seorang Putri Bangsawan Bugis yang bernama Daeng Tijah/Tengku Puan binti Daeng Pirani.

Syaid Zen Al Jufri menikah dengan saudara sepupunya yang bernama Tengku Ambab anak dari Syaid Usman Syahabuddin buah perkawinannya dengan Tengku Embung Badariah. Dari perkawinan ini Tengku Pangeran Kesuma Dilaga mempunyai beberapa orang anak antara lain Tengku Kecik Muda (Syaid Abdullah Tengku Long Putih), Tengku Monih/Monik, Tengku Sembuk, Tengku Bontet, Tengku Gombeh, dan Tengku Empuh.

Dalam sumber-sumber sejarah lokal banyak menyebutkan bahwa Tengku Pangeran Kesuma Dilaga merupakan seorang Panglima Angkatan Perang Kerajaan Siak yang sangat perkasa. Beliau merupakan seorang panglima di masa pemerintahan Sultan Siak yang ke 7 dan 8. Selain sebagai seorang panglima dimasa pemerintahan Sultan Syarif Ibrahim Sultan Siak yang ke 8, ia ditunjuk juga sebagai Raja Tua yang sangat berperan dalam suksesi pergantian Sultan Ibrahim kepada Sultan Ismail yang dilakukan oleh Tengku Besar Pelalawan, Tengku Syaid Hasyim I yang juga sebagai Yang Dipertuan Muda Siak. Penunjukan sebagai Raja Tua diminta oleh keluarga Kerajaan Siak, yang berfungsi menjadi Pemangku Kerajaan Siak akibat ketidakmampuan Sultan Ibrahim dalam menjalankan roda pemerintahan.

Dalam salinan tulisan E. Netscher dalam bukunya ”DE NEDERLANDERS IN JOHOR EN SIAK 1602 Tot 1865” dikutip salinannya sebagai berikut : ditahun 1244 hijratul nabi (antara 14 juli 1828-2 juli 1829) maka oleh Tengku Besar Pelalawan dibuat perjanjian dan di tanda tangani dengan dua orang Raja-raja Tua yaitu Tengku Pangeran Suma Dilaga dan Tengku Panglima Besar Siak Sri Indrapura (Tengku Muhammad). Ketiga bangsawan ini, yaitu Orang Besar kemudian menyusul anak anak Raja Siak dan diantara mereka, Kepala Daerah 4 suku Tanah Datar, Lima Puluh, Pesisir, Kampar dan orang-orang besar negri lainnya, telah mengangkat Putra Beta Tengku Sulung Bisnu Raja Ismail Cucu dari Marhum Koto Tinggi (Sultan Syaid Ali) oleh karena baginda telah memerintahkan, ”seandainya terjadi sesuatu terhadap pemerintahan putra beta Sultan Ibrahim Yang Dipertuan Besar Siak, baik oleh karena kemangkatannya atau pun karena cacatnya maka hendaklah dipilih diantara dua Tengku Sulung Bisnu dan Tengku Sulung Laut, siapa di antara mereka yang menjadi Sultan.”

Selain dalam catatan Netscher, ada juga akta kerajaan yang menulis tentang suksesi pergantian Raja Siak yang melibatkan Pangeran Sukma Dilaga sebagai Raja Tua di Siak Sri Indrapura. Ada pun kutipannya tertulis sebagai berikut ”dalam tahun 1244 Hijratul Nabi (antara 14 juli 1828-2 juli 1829) maka oleh Tengku Besar Pelalawan telah disetujui dan ditandatangani dengan dua orang Raja-raja tua yaitu Tengku Pangeran Suma Dilaga dan Tengku Panglima Besar Siak Sri Indrapura (Tengku Muhammad), ketiga raja ini merupakan Raja-raja Utama bersama anak raja-raja Siak berikut Datuk Empat Suku Datuk Tanah Datar, Lima puluh, Pesisir dan Kampar dan pembesar-pembesar negri telah mengangkat Sultan, putra beta Tengku Sulung Bisnu Raja Ismail cucu dari almarhum Koto Tinggi. Almarhum beramanah apabila terjadi sesuatu hal mengenai pemerintahan putra beta Sultan Ibrahim Yang Dipertuan Besar Kerajaan Siak baik karena meninggal dunia atau kehilangan akal sehatnya, hendaklah diangkat sebagai pengganti salah seorang dari kedua pangeran Tengku Sulung Bisnu dan Tengku Sulung Laut. Semua raja-raja siak, semua orang besar, semua raja-raja di barat yaitu pertama raja Langkat, kedua Raja Asahan, ketiga Raja Deli, keempat Raja Serdang, kelima Raja Perbaungan dan Raja-raja Bilah, Panai begitu juga Datuk Empat Suku di Batu Bara serta Datuk Bandar Hamat mengangkat sebagai sultan putra saya Tengku Sulung Bisnu Raja Ismail sebagai Sultan Yang Di Pertuan Besar Sultan Siak Sri Indrapura sesuai menurut adat lembaga. Ia menjadi pemilik Kerajaan Siak termasuk sungai-sungainya, penghasilannya dan pajak-pajaknya, begitu juga hamba rakyatnya, tak seorangpun membantah perintahnya tetapi hendaklah mematuhinya”.

Tengku Pangeran Kesuma juga merupakan sosok yang sangat penting untuk meloloskan rencana Inggris menguasai Pulau Jawa. Ia menjadi salah seorang kepercayaan Raffles dan memainkan peranan penting dalam hal komunikasi dan diplomasi untuk merayu para penguasa dan raja-raja Melayu di Sumatra. Apa lagi beliau merupakan sosok yang sangat tegas, loyal, pemberani, tulus dan berintegritas. Hal ini dapat dibuktikan dalam sebuah surat Raffles kepada Lord Minto yang menyatakan bahwa Tengku Pangeran sebagai seorang “best asissten”. Perkenalan Syaid Zen Al Jufri dengan Raffles terjadi ketika Raffles mulai bertugas di Pulau Pinang. Waktu itu, Raffles bertugas sebagai asisten sekretaris antara tahun 1805-1810. Sebelas hari setelah itu, Raffles tiba di Malaka untuk menjalankan tugas barunya sebagai utusan Gubernur Jendral untuk urusan Negri Negri Melayu.

Selain itu dalam catatan bangsa Eropa, Syaid Zen ini sangat terkenal sebagai pedagang dan diplomat yang ulung dalam mendapat kepercayaan para pedagang Eropa, bersama Tengku Long Puteh. Tengku Pengeran Kesuma Dilaga pada tahun 1790an adalah dua diantara anak-anak Raja Siak yang paling perkasa serta ditakuti di perairan wilayah Siak. Meskipun ditakuti, akan tetapi mereka adalah juga merupakan pengusaha dan negoisator yang siap bekerja sama denga berbagai pedagang dari berbagai bangsa. Syaid Zen Al Jufri atau Tengku Pangeran Kesuma Dilaga wafat di Senapelan dan dikuburkan di komplek pemakaman Keluarga Diraja Kerajaan Siak yang berada di Senapelan Pekanbaru.

Catatan :

Bersambung ke bagian tulisan lainnya : mengenai 6 (enam) makam utama dalam Komplek Makam Marhum Pekan tersebut dirinci dalam tulisan berikut ini :

  1. Makam Sultan Siak IV Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah
  2. Makam Sultan Siak V Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazam Syah
  3. Makam Syaid Syarif Usman Syahabuddin
  4. Makam Sultanah Khadijah / Daeng Tijah / Tengku Puan binti Daeng Perani
  5. Makam Tengku Embung Badariah binti Tengku Alam
  6. Makam Syaid Zen Al Jufri alias Tengku Pangeran Kesuma Dilaga


RiauMagz, Sejarah Riau, Sejarah Siak, Sejarah Pekanbaru.