Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

RIWAYAT SULTAN MUHAMMAD ALI ABDUL JALIL MUAZAM SYAH

MAKAM RIWAYAT SULTAN MUHAMMAD ALI ABDUL JALIL MUAZAM SYAH

Disusun oleh DADANG IRHAM 20 maret 2020
BAGIAN 3

Sultan Muhammad Ali Abduljalil Muazam Syah atau lebih di kenal dengan nama Tengku Muhammad Ali adalah putra tertua dari Sultan Alamuddin Syah atau Raja Alam dari istri pertama beliau yang berasal dari Jambi. Tengku Muhammad Ali diperkirakan lahir di Jambi sekitar tahun 1726/1730. Sebelum menjadi Sultan Siak yang ke 5, beliau telah berkhidmat kepada bapak saudaranya (paman) yaitu Raja Buwang sebagai seorang Panglima Angkatan Perang dan beliau diangkat sebagai Panglima Besar kerajaan Siak dimasa saudara sepupunya berkuasa yaitu Sultan Ismail yang merupakan Sultan Siak yang ketiga.

Pada masa Sultan Muhammad atau Raja Buang Asmara menyerang loji Belanda di pulau guntung, Tengku Muhammad Ali ini juga merupakan seorang panglima yang turut serta dalam perperangan tersebut. Pada tahun 1753 sewaktu Raja Alam berkuasa di Buantan beliau telah dinobatkan sebagai Yang di Pertuan Muda atau Raja Muda sebagai sebuah jabatan yang memang dipersiapkan untuk menggantikan seorang raja yang tengah berkuasa apabila wafat kelak.

Pada tahun 1753 tahun yang sama beliau dinikahkan oleh ayahnya dengan Tengku Aisah alias Tengku Ambang (Embung) Besar yang merupakan putri dari Sultan Muhammad / Raja Buwang Asmara setelah perceraian Tengku Ambang dengan Daeng Matekoh. Perkawinan ini merupakan langkah yang dilakukan oleh Raja Alam dalam upaya menciptakan perdamaian antara Raja Alam dan Raja Buwang. Dalam sejarah Kerajaan Siak perkawinan antara Tengku Muhammad Ali dengan Tengku Aisah ini dikatakan tidak ada membuahkan anak sebagai penerus keturunan.

Pengangkatan Tengku Muhammad Ali diperkirakan terjadi pada bulan September 1765 ini sesuai dengan adat yang berlaku di dalam kerajaan yaitu Raja ditanam. Raja Menanam maksudnya sebelum mayat seorang Raja dikebumikan haruslah diangkat seorang penggantinya untuk menghindari kekosongan dalam pemerintahan walau pelantikannya boleh dilakukan dilain waktu.

Pada waktu berkuasa Sultan Muhammmad Ali juga melanjutkan pembangunan pasar/pekan yang di bangun oleh Raja Alam sehingga menjadi suatu Pekan perdagangan yang ramai dan maju bagi daerah Senapelan sehingga rentang waktu antara tahun 1763-1770an merupakan perpaduan antara perdagagangan dan kekuatan serta kekuasaan Kerajaan Siak. Hal ini membawa keuntungan dan kemakmuran bagi Kerajaan Siak dan raja-raja sesudahnya.

Walau sudah menaiki tahta kerajaan, Tengku Muhammad Ali tetap berusaha menjalin kerja sama yang baik dengan Raja Ismail yang merupakan sepupu beliau sekaligus iparnya. Akan tetapi pada Agustus 1779, Raja Ismail membawa angkatan perangnya menyerang Siak dan menguasai Mempura yang menyebabkan Tengku Muhammad Ali harus menyingkir ke arah hulu dari Senapelan tepatnya ke daerah Petapahan.

Tak lama setelah dinobatkan sebagai Sutan Siak untuk yang kedua kalinya, Raja Ismail kembali membujuk Tengku Muhammad Ali ke Siak dan diangkat sebagai YAM Tuan Muda menggantikan Tengku Abdulah adik dari Raja Ismail yang telah diangkat sebagai YAM Tuan Muda, pengangkatan Tengku Muhammmad Ali sebagai YAM Tuan Muda adalah atas permintaan istrinya Tengku Ambang Besar sebagai syarat untuk kembalinya Tengku Muhammad Ali agar mau kembali ke Siak dari Petapahan, ini terjadi pada bulan oktober 1779. Semua kisah ini terekam dalam hikayat Syair Perang Siak dan Tuhfat al Nafis.

Inilah sebagian dari nukilan Tuhfat al Nafis :
Al kisah tersebut perkataan Yang Dipertuan Raja Ismail di Tanah Putih. Maka Baginda pun akan membuat perahu kakap di dalam hutan itu, dikerahkannya segala orang-orang tanah putih itu, padahal seorang pun tiada tahu. Kemudian lama-lama tahulah orang-orang Siak, maka datanglah kepada Baginda, maka ditahan oleh Baginda, maka tiadalah berani orang-orang Siak itu datang dan tiada berani berkhabar-khabar.

Syahdan kemudian Baginda pun menerima satu tuan Syed bangsa Al Sakkaf, diperbuatnya menantu, dinikahkannya dengan putrinya bernama Tengku Kamariah. Maka tuan Syed itupun digelar Tuan Besar, maka musyawarahlah Baginda dengan Tuan Besar itu, maka ia pun bersiaplah perahu kakap duabelas buah dan perahu pejajab yang besarnya ada Empat buah. Maka apabila telah siap maka Baginda pun masuk ke Siak. Maka terkejutlah Yang Dipertuan Muhammmad Ali, maka menyuruhlah Ia ke Panglima Hasan mengatur akan kelengkapannya. Maka Panglima Hasan pun mengerjakan titah itu. Kemudian Panglima Hasan pun menyuruh mengisi meriam. Maka berperanglah keduanya dengan azamatlah bunyinya. Maka seketika berperang itu banyaklah rosak kelengkapan Panglima Hasan. Maka Panglima Hasan merapat dan Raja Ismail merapatkan juga kenaikannya. Maka lalulah berbedil-bedilan pemburasnya. Maka Raja Ismail pun menyuruh kerumunkan perahu Panglima Hasan. Maka dinaikkan oleh Panglima-Panglima Raja Ismail akan perahu Panglima Hasan itu. Maka lalulah beramuk-amuk didalam perahu Panglima Hasan itu. Maka Panglima Hasan pun mengamuklah, maka matilah ia di kerumuni oleh Panglima Panglima Tanah Putih itu.

Syahdan setelah kelengkapan Siak itu melihat Panglima Hasan itu sudah mati, maka pecahlah perangnya, undurlah Ia berterjunan naik ke darat tinggalkan perahunya. Maka Raja Ismail pun menyuruh naik orang-orangnya mengamuk dan membakar. Syahdan adapun Yang Dipertuan Muhammad Ali dilarikan orang-orang tuanya masuk Sungai Mempura.

Syahdan segala Raja-Raja Perempuan pun berjerit jeritlah. Maka istri Yang Dipertuan Muhammad Ali bernama Tengku Ambung saudara Raja Ismail pun turunlah ke jembatan itu serta Raja-Raja Perempuan mendapatkan Raja Ismail. Setelah Raja Ismail melihat kekanda adinda sekalian turun itu, maka ia mendapatkan sambil bertangis-tangisan. Maka negri Siak pun dapatlah semula dengan Raja Ismail.

Syahdan Yang Dipertuan Raja Ismail pun bertitahlah kepada kekanda adinda sekalian, “mengapa abang Muhammad Ali lari ? bukannya saya hendak membunuh dia”. Kemudian Yang Dipertuan Raja Ismail menyuruh mengambil Yang Dipertuan Muhammad Ali ke Petapahan. Maka apabila sampai suruhan itu ia berdatang sembah kepada Yang Dipertuan Muhammad Ali, sembahnya ”Paduka Yang Dipertuan Besar Raja Ismail menyilakan Tuanku ilir ke Siak juga”. Maka titah Yang Dipertuan Muhammad Ali, ”jika datang Raja Ngah atau Ambung mengambil aku kemari beranilah aku ke ilir”. Maka suruhan itu kembali mempersembahkan kepada Yang Dipertuan Raja Ismail akan perkataan Yang Dipertuan Raja Muhammad Ali. Maka Baginda pun menyuruhkan akan kekanda Baginda Tengku Ambung itu pergi mengambil suaminya Yang Dipertuan Muhammmad Ali itu. Maka datanglah Yang Dipertuan Muhammad Ali itu. Maka apabila berjumpa Yang Dipertuan Muhammad Ali itu dengan Yang Dipertuan Raja Ismail, maka sembah Tengku Ambung, ”inilah kekanda itu maka apa-apa titahlah”. Maka titah Yang Dipertuan Raja Ismail, ”jika abang Ambung hendak balik dengan abang Muhammad Ali saya balikkanlah”. Maka jawab Tengku Ambung, ”jikalau abang Muhammmad Ali itu menjadi Yang Dipertuan Muda lagi, maulah abang Ambung balik dengan dia”. Maka Yang Dipertuan Raja Ismail pun menyuruh bersumpah tiada hendak berniat khianat lagi. Maka bersumpahlah Yang Dipertuan Muhammad Ali itu. Maka dibalikkanya laki istri itu.

Jabatan Yam Tuan Muda ini hanya disandang beliau selama dua tahun akibat sakit yang dideritanya. Jabatan sebagai Yam Tuan Muda digantikan oleh Tengku Yahya anak dari Raja Ismail yang masih kanak kanak. Setelah sembuh dari sakitnya dan tak lagi berada pada pusat kekuasaan, Tengku Muhammad Ali kembali mulai membangun basis kekuatannya di Senapelan dengan mengembangkan dan mengawasi kembali pusat perdagangan yang telah dirintis oleh Raja Alam.

Setelah wafatnya Sultan Ismail pada 31 juli 1781 dan diangkatnya Sultan Yahya yang masih kanak kanak, sangat rawan akan intrik kekuasaan istana yang haus akan kekuasaan, untuk menghindari semua ini maka Tengku Muhammad Ali di angkat sebagai Raja Tua (sebuah gelar yang lazim dalam adat kerajaan Melayu sejak dahulu untuk menghormati seorang Sultan yang turun tahta atau Raja yang lebih tua) untuk mendampingi Sultan Yahya dalam menjalankan pemerintahannya pada masa inilah terjadinya pembagian kekuasaan dalam pemerintahan kerajaan Siak antara Sultan, Yam Tuan Muda dan Raja Tua selain para mentrinya.

Pada bulan juni 1784 Tengku Muhammmad Ali menadatangani sebuah perjanjian dengan VOC untuk menyerang Selangor dimana pada tanggal 2 Agustus 1784, kekuatan gabungan ini akhirnya berhasil menaklukkan Selangor dan Tengku Muhammmad Ali diangkat sebagai pimpinan di Selangor tapi penaklukan ini tak berlangsung lama hanya sekitar satu tahun saja, pada awal Juni 1785, Selangor dapat di rebut kembali oleh Raja Selangor yang berada dipengasingan.

Dengan meningkatnya kemakmuran di Kerajaan Siak maka meningkat pula potensi konflik kepemimpinan antar keluarga kerajaan. Untuk menghindari semua ini, Tengku Muhammad Ali yang sudah tua dan uzur serta menderita sakit, sebagai Raja Tua yang di hormati, ia pergi ke Mempura untuk menemui Sultan Yahya pada akhir tahun 1790/1791. Pertemuan ini untuk merundingkan dan meredam serta mengakhiri konflik dalam keluarga kerajaan ini. Raja Muhammad Ali mengusulkan agar sistem yang telah berlaku tentang pembagian kekuasaan antara Sultan, YAM Tuan Muda dan Raja Tua harus tetap dipertahankan bila tak ingin Siak berada dalam kerosakan/perpecahan.

Tak lama sesudahnya Tengku Muhammmad Ali pun wafat di Senapelan sekitar bulan Agustus / September 1791 dan dimakamkan di kompek Pekuburan Keluarga Diraja Kerajaan Siak yang berada di Senapelan. Sesuai dengan Adat Diraja Kerajaan, beliau juga di berikan gelar kehormatan sesuai dengan jasa-jasanya. Gelar yang diberikan kepada beliau adalah MARHUM PEKAN sebagai orang yang berjasa membangun Pekan yang Bahru, yang sekarang menjadi PEKANBARU.

Catatan :

Catatan :

Bersambung ke bagian tulisan lainnya : mengenai 6 (enam) makam utama dalam Komplek Makam Marhum Pekan tersebut dirinci dalam tulisan berikut ini :

  1. Makam Sultan Siak IV Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah
  2. Makam Sultan Siak V Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazam Syah
  3. Makam Syaid Syarif Usman Syahabuddin
  4. Makam Sultanah Khadijah / Daeng Tijah / Tengku Puan binti Daeng Perani
  5. Makam Tengku Embung Badariah binti Tengku Alam
  6. Makam Syaid Zen Al Jufri alias Tengku Pangeran Kesuma Dilaga


RiauMagz, Sejarah Riau, Sejarah Siak, Sejarah Pekanbaru.