Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Dabus Seni Dari Kesultanan Indragiri - Warisan Budaya Tak Benda Riau


Dabus Indragiri Hilir
Sumber : Saharan Sepur 9 Desember 2011

Dabus menjadi salah satu Warisan Budaya Tak Benda Provinsi Riau asal Indragiri Hulu yang disahkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Tahun 2016

Dabus - (Debus) Seni Tari Bersenjata Tajam Dari Kesultanan Indragiri
Dabus atau debus merupakan sebuah pertunjukan seni tarian yang biasanya menggunakan senjata tajam, dipadukan dengan nyanyi-nyanyian dalam bahasa Arab. Debus dalam bahasa Indonesia juga dikenal sebagai Dabus di Malaysia. Tarian Dabus di Riau bisa kita temukan di daerah Indragiri (Inhu dan Inhil) serta daerah Provinsi Kepulauan Riau. Debus Kesultanan Indragiri dibawa oleh Syeh Ali Al Idrus (bangsa Arab asal Hadratul Maut). Pada masa kerajaan Indragiri tersebut, Debus menjadi sarana media penyampaian dakwah Islam oleh masyarakat Arab pada daerah Indragiri. Pada awalnya, lirik-lirik lagu yang dinyanyikan pada pertunjukan Debus, murni merupakan puja-puji kebesaran Allah dengan menggunakan bahasa Arab dan tanpa menggunakan kekuatan magis. Namun seiring dengan perkembangan waktu, tradisi Dabus ini sendiri disesuaikan dengan tradisi tempatan, baik secara bahasa maupun kreativitas yang lain.

Untuk melestarikan tradisi tersebut, saat ini Dabus telah menjadi pertunjukan yang bisa kita saksikan pada acara-acara khalayak seperti pernikahan, khitan dan acara-acara kedaerahan lainnya di Indragiri.

Pertunjukan Dabus memiliki nilai kepahlawanan. Permainan ini menuntut pelakunya untuk memiliki ketangkasan, kecerdasan, keperwiraan dan keceriaan dalam bermain. Beberapa jenis senjata tajam yang biasa digunakan pada pertunjukan ini seperti anak debus, keris, pisau, belati, kapak, batu giling dan tali.

Dabus Indragiri berkembang di Desa Rantau Mepesai di Kecamatan Rengat, dan banyak dijumpai diberbagai daerah di Indonesia misalnya di Banten yang disebut Debus, di Aceh disebut Daboh, di Ambon disebut Dabus atau di Bugis disebut Dabus. Seni ini juga dikenal di daerah Kepulauan Riau maupun Perak Malaysia.

Pertunjukan Seni Dabus Indragiri
Pertunjukan seni Debus biasanya beranggotakan kisaran 22 orang, yang terdiri dari para penari Dabus maupun pemain musik Dabus. Diantara peserta, ada satu orang yang bertindak sebagai khalifah, tugasnya adalah menjaga keselamatan para pemain dari hal-hal yang berasal dari gangguan seperti makhluk halus. Sebelum pertunjukan ditampilkan, sang khalifah meresapkan air atau merenjiskan air ke seluruh tempat pementasan, para pemain, pemusik hingga anak dabus atau peralatan yang digunakan. Tujuan meresapkan air ini untuk melindungi para pemain dari gangguan makhluk halus atau keisengan orang yang menyaksikan untuk menguji kekebalan para pemain. Khalifah juga bertindak menyadarkan para pemain yang kesurupan tak sadarkan diri akibat menikam lengannya sendiri dengan senjata tajam.

Menurut kepercayaan masyarakat setempat, ada beberapa pantang larang sebelum pertunjukan debus tersebut ditampilkan, diantaranya adalah tempat dan badan para pemain hendak lah dalam keadaan yang bersih, seluruh tim permainan tidak boleh berkata-kata kotor, senjata anak dabus yang dipakai tidak boleh dilangkahi atau pun menyentuh tanah sebelum digunakan, orang luar yang bukan pemain dabus dilarang menyentuh peralatan yang digunakan.

Tarian Dabus diyakini dibawa oleh Said Ali Al Idrus yang datang dari Hadral Maut kawasan Arab Selatan yang menyiarkan agama Islam yang diutus Raja Aden sekitar abad 17. Kerajaan Indragiri berada di Kota Lama. Warisan kesenian dalam bentuk tarian ini menggunakan besi yang ditajamkan serupa Carum dan diberi giring-giring yang menimbulkan bunyi mengikut Rebana.

Tahapan Pertunjukan Dabus
Langkah pertama pada pertunjukan ini dimulai dengan keluarnya para pemain secara berpasangan baik itu laki-laki dengan perempuan, perempuan dengan perempuan, atau laki-laki dengan laki-laki, lalu kemudian para pemain ini memberi hormat pada para penonton. Gerak tarian yang dimainkan biasanya ada tiga jenis, yakni susunan sireh, ayam tanjak dan helang sawah. Biasanya sebuah pertunjukan akan dimulai dengan gerakan susunan sireh. Gerakan dimulai dengan melangkah tiga kali, lalu duduk dan membuat gerakan menyembah. Seorang penari akan memegang anak dabus sambil menari mengikut alunan musik. Seorang penari akan keluar untuk menari, lalu setelah selesai ia akan digantikan oleh penari lainnya, demikian seterusnya hingga tarian tamat.

Keunikan dari tarian dabus ini adalah apabila tarian sudah mulai rancak. Hal ini ditandai dengan para pemain yang mulai tak sadarkan diri akibat kesurupan makhluk halus. Pemain bisa menusukkan senjata tajam yang dibawanya ke lengan. Hampir mirip dengan pertunjukan kuda kepang di pulau Jawa, tetapi pertunjukan ini menggunakan benda tajam. Ada pula pemain yang melemparkan batu giling ke paha mereka. Dalam kondisi di bawah pengaruh makhluk harus, para pemain ini tidak merasakan sakit. Khalifah yang akan membantu mengeluarkan makhluk halus dari para pemain atau menyadarkannya. Biasanya meskipun tidak cidera, sedikit rasa sakit atau pegal-pegal juga akan dirasakan oleh para pemain.


Sumber PelitaRiau.com

Pertunjukan ini juga memiliki mantra yang diucapkan misalnya :
Besi tua besi muda
Besi datang daripada Allah
Hendak makan sifat Muhammad
Takut ditimpa si kalammullah
Hullillah haillallah
Nabi Muhammad pesuruh Allah
Ingat semuanya kepada Allah
Bukannya salah permainan ini
Turun temurun semula jadi
Luar dan dalam semuanya diisi


Dalam pertunjukan Dabus ini biasanya juga ada nyanyi-nyanyian yang diambil dari Hadi (Chorus) dalam bahasa Arab, kemudian dijawab dengan ‘jawab’ yang menggunakan bahasa Melayu. Contohnya sebagai berikut:
Jawab :
He Allah he Allah hoya Allah
Hodal hema le keyai maulai
He Allah he Allah la le mahbud
Sewa Allah


Hadi :
Bishahrin rabie
Qad bawa nuruhul a'la
Faya hab baz badru
Biza kal hema yujla


Jawab :
Mura disin, Allah mura disin
Kamala izin Allah muradin
Mura diya Allah mura diya
Kamala izin Allah muradin


Berbagai senjata yang digunakan :
  1. Anak Dabus (sejenis besi yang tajam)
  2. Pisau
  3. Parang
  4. Belati
  5. Kapak
  6. Batu Giling
  7. Tali

Pakaian Pertunjukan Dabus
Pakaian yang digunakan untuk pertunjukan Debus ini terbagi tiga, meliputi pakaian khalifah, pakaian penari dan pakaian pemain musik. Ketiganya biasanya menggunakan pakaian yang berbeda. Pakaian para penari biasanya menggunakan corak-corak kepahlawanan, dengan warna hitam yang menyimbolkan kekebalan para pahlawan. Celana panjang dipadukan dengan baju teluk belanga, sehelai selempang serta tanjak yang gagah. Ini pakaian untuk penari laki-laki, sementara untuk perempuan biasanya sejenis pakaian untuk srikandi, puteri perak. Pakaian baju kurung cekak musang. Untuk para pemusik biasanya menggunakan pakaian melayu sedondon yang dilengkapi dengan songkok.

Sementara untuk pakaian khalifah, biasanya menggunakan warna hitam dengan ikat kepala. Warna hitam menjadi symbol kekebalan dalam pertunjukan. Warna-warna ini merupakan warna asal dari sebuah pertunjukan Debus di masa lampau. Seiring dengan perkembangan waktu dan fungsi Debus yang hanya sebagai pertunjukan seremoni biasanya, baik para penari, pemain musik atau khalifah sudah banyak yang menggunakan warna-warna cerah dalam sebuah pertunjukan.

Jampi-Jampi dan Tepung Tawar
Dalam sebuah pertunjukan Debus, biasanya tidak terlepas dari penggunaan jampi-jampi dan tradisi tepung tawar. Sebelum pertunjukan dimulai, air yang direnjiskan pada seluruh tempat pertunjukan, peralatan dan para pemain adalah air tepung tawar yang biasanya juga dipadukan dengan kemenyan yang sudah dibakar. Aroma kemenyan ini memberi kesan magis tradisional pada pertunjukan seni dabus. Air tawar biasanya dibuat dari campuran aneka daun-daun pilihan, beras kunyit, bertih yang direndamkan ke dalam mangkok berisi air.

Ada juga dikenal air penawar bisa. Air ini digunakan untuk memulihkan para pemain yang hilang kesadaran akibat kerasukan makhluk halus pada saat pertunjukan. Air ini dibuat dari campuran umbut pisang, daun sirih, daun setawar serta batang sirih yang dimemarkan. Baik air tepung tawar maupun air penawar bisa, sebelum digunakan biasanya telah diberi jampi-jampi lebih dulu oleh khalifah yang memimpin pertunjukan.


[RiauMagz | Wisata Riau | Warisan Budaya Tak Benda Riau ]