Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tradisi “Bagarakan Pengantin Sahur” Sebagai Hiburan Masyarakat Indragiri Hilir Pada Bulan Ramadhan

Tradisi “Bagarakan Pengantin Sahur” Sebagai Hiburan Masyarakat Indragiri Hilir Pada Bulan Ramadhan
Penulis: Juhana Shania Fiska
E-mail: Shaniafiska123@gmail.com
Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, Universitas Riau


RiauMagz.com - Provinsi Riau dikenal sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Seperti minyak sawit, kelapa sawit, karet dan lainnya. Namun, Riau tidak hanya kaya akan sumber daya alam tetapi juga kebudayaan dan tradisi. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.

Sementara itu, pengertian tradisi dipahami sebagai segala sesuatu yang turun temurun dalam suatu kebudayaan untuk mengatur tindakan atau pola hubungan. Tradisi atau adat juga merupakan bagian dari kebudayaan suatu masyarakat. Oleh karena itu, melestarikan tradisi atau adat menjadi penting dalam menjaga kontiniuitas, maksudnya keberlangsungan kebudayaan suatu masyarakat.

Dalam melestarikan tradisi agar keberlangsungan kebudayaan dapat terjaga dan nilai-nilai kebudayaan dapat terus diwariskan dari generasi ke generasi, Perlunya upaya-upaya untuk melestarikan tradisi sebagai identitas budaya. Diharapkan budaya dan tradisi dapat terus dilestrarikan dan menjadi bagian penting yang dapat diwariskan kepada generasi penerus.

Indragiri Hilir dengan ibu kota Tembilahan sebagai salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Riau memiliki berbagai tradisi unik, Salah satu tradisi yang menarik perhatian adalah tradisi "Bagarakan Pengantin Sahur”, yang lebih sering disebut “Pengantin Sahur” saja. Pengantin Sahur adalah kegiatan yang membangunkan warga agar tidak telat makan sahur. Tradisi ini dikemas apik dengan kejenakaan, dengan pengantin yang dirias begitu cantik dengan pakaian resepsi, layaknya pengantin sungguhan.

Tradisi ini tentunya sangat dinanti-nantikan oleh masyarakat khususnya masyarakat Pulau Palas yang setiap tahunnya mengadakan tradisi Pengantin Sahur. Keunikan dari tradisi pengantin sahur ini yaitu dari pengantinnya karena diperankan oleh laki-laki tetapi yang satunya didandani cantik seperti perempuan yang menjadi tumpuan hiburan bagi masyarakat. Adapun pemeran dari Pengantin Sahur ini ialah jenis laki-laki yang salah satunya dihiasi seperti pengantin wanita. Tradisi Pengantin Sahur bertujuan untuk memeriahkan serta menjadi hiburan bagi masyarakat selama bulan suci Ramadhan.

Laki-laki yang dirias layak perempuan karena menghargai perempuan sebab tradisi ini dilaksanakan malam hari pada sepertiga malam bulan Ramadhan, makanya perempuan dianggap kurang etis untuk keluar malam, bergadang bersama para laki-laki. Selain itu, respon masyarakat akan lebih antusias ketika melihat pengantin yang diperankan oleh para lelaki, karena disitulah keunikan dan daya tarik.

Tradisi Pengantin Sahur di Indragiri Hilir dilaksanakan setiap bulan Ramadan pada Jum’at malam, yang juga diadakan pada malam Ahad di beberapa desa lainnya. Tradisi ini diyakini telah ada sejak tahun 1960-an yang dimulai dari Desa Palas dan Desa Sungai Luar. Dimulai pada pukul 01.00 WIB hingga pukul 04.00 WIB menjelang santap sahur. Pasangan pengantin dibawa keliling kampung sebagai hiburan warga, yang baru bangun dari lelapnya tidur atau sedang menyiapkan makanan. Tradisi ini memiliki nilai budaya yang kuat, tidak hanya sebagai hiburan, namun juga menjadi ajang silaturahmi dan menambah keakraban, terutama di bulan Ramadhan.

Pelaksanaan tradisi Pengantin Sahur di Indragiri Hilir dilakukan dengan cara mengarak pengantin menggunakan gerobak yang sekaligus sebagai pelaminan, yang disertai oleh musik dan lagu Islami. Gerobak yang digunakan telah dihias dengan bunga-bunga dan lampu kerlap-kerlip sehingga tampak mewah dan menarik. Pasangan pengantin dibawa keliling kampung sebagai hiburan warga.

Dalam menjaga kontinuitas tradisi Pengantin Sahur sebagai identitas budaya, diperlukan dukungan dan partisipasi dari masyarakat lokal untuk mempertahankan dan melestarikan budaya ini. Kontinuitas tradisi Pengantin Sahur juga dapat dipertahankan melalui berbagai upaya seperti melibatkan generasi muda dalam praktik dan pembelajaran tradisi, serta mengembangkan berbagai media dan teknogi untuk mempromosikan dan mempertahankan keberadaannya. Dengan menjaga kontinuitas tradisi, maka budaya ini dapat terus hidup dan berkembang, dan menjadi bagian penting dari keanekaragaman budaya Indonesia. Tradisi Bagarakan Pengantin Sahur merupakan kegiatan yang patut dilestarikan hingga dapat masuk dalam kategori warisan budaya tak benda.

Sumber foto:
Tim Dokumentasi DisbudRiau

Sumber gubahan:
Antaranews.com
Kompasiana.com
Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Edisi 1 Januari-Juni 2018.