Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Alat Musik Kelintang Melayu Timur Suku Iranun di Reteh Indragiri Hilir Riau

Alat Musik Kelintang Melayu Timur Suku Iranun di Reteh Indragiri Hilir Riau
Ditulis oleh Attayaya Zam
Bersama Tim Dokumentasi Warisan Budaya Tak Benda Dinas Kebudayaan Provinsi Riau
Dipublikasikan di Riaumagz.com

RiauMagz.com - Alat musik Kelintang Suku Iranun Melayu Timur adalah alat musik pukul logam terbuat dari perunggu dari jenis alat musik Idiofon yang digunakan oleh Suku Iranun Melayu Timur di Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau, yang seperangkatnya terdiri dari 7 buah alat Kelintang dan umumnya dimainkan dengan cara dipukul menggunakan sepasang alat pukul bersama 2 alat musik gendang tabuh dan 2 alat musik gong. Dari ketujuh buah alat kelintang tersebut memiliki bunyi yang berbeda-beda sebagai ciri khas nada masing-masingnya, dan ini menjadi pembeda dengan alat musik Kelintang lainnya. Setiap kelintang dalam perangkat kelintang yang lengkap diberi nomor 1 2 3 4 5 6 7.

Alat Musik Kelintang Melayu Timur Suku Iranun di Reteh Indragiri Hilir Riau

Ricardo D. Trimillos dan Ted Solis (edtr.), dalam bukunya Performing Ethnomusicology; Teaching and Representation in World Music Ensembles, menyebutkan bahwa Kulintang merupakan ansambel gong yang terdiri dari enam sampai tujuh pemain dari orang-orang muslim di selatan Filipina.

The kulintang, a gong-chime ensemble of six to seven players from the Muslim south of the Philippines.

Alat musik ini terkadang juga disebut sebagai Alat Musik Kelintang Reteh ataupun juga Kelintang Patah Parang yang menunjukkan tempat alat itu berada. Reteh dalam penyebutan alat musik tersebut merujuk kepada Kecamatan Reteh secara umum sebelum dimekarkan menjadi Kecamatan Reteh dan Kecamatan Sungai Batang pada tahun 2006.

Seperangkat alat musik Kelintang yang terdiri dari 7 kelintang milik keluarga Arbain Maquindanao di Desa Kuala Patah Parang, Kecamatan Sungai Batang (dahulunya masuk Kecamatan Reteh), Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau, disinyalir telah berumur sekitar 250 tahun setara dengan kedatangan Suku Iranun itu sendiri di wilayah Riau dan Jambi sekitar tahun 1780-an. Alat musik tua ini pernah dimainkan dalam Festival Budaya Melayu Propinsi Riau pada 28 November 2017 lalu yang bertempat di Hutan Kota Pekanbaru. Alat ini dimainkan bersama 2 alat gendang dan 2 gong yang umurnya lebih muda.

Alat Musik Kelintang Melayu Timur Suku Iranun di Reteh Indragiri Hilir Riau

Kelintang merupakan alat musik dari jenis alat musik idiofon dimana sumber bunyinya berasal dari bahan dasarnya atau badan alat musik itu sendiri misalnya sumber suara dari logam atau kayu, yang menghasilkan nada (ragam bunyi) jika dipukul. Bunyi akan muncul jika bahan dasar atau badan alat musik itu dipukul yang akan menggetarkan (vibrasi) bahan dasar atau badan alat musik itu sendiri. Sebagian alat musik idiofon memiliki rongga seperti gong dalam berbagai ukuran dan penyebutan yang juga menghasilkan resonansi udara dalam rongganya sehingga ada suara mendengung, walaupun sebagian alat musik idiofon tidak menghasilkan dengung karena tidak memiliki rongga sehingga suara dihasilkan langsung dari getaran dari pukulan alat pemukul ke bahan ataupun badan alat musik tersebut seperti Kolintang Minahasa.

Alat musik kelintang mirip dengan gong kecil yang diletakkan mendatar pada alas keras yang berkembang seiring alat musik gong secara umum, dimana penggunaannya menyebar di wilayah Asia Tenggara dan banyak terdapat di wilayah Indonesia dengan penyebutan dan pendefinisian yang beragam misalnya bonang, kromong, engkromong, talempong, calempong, celempung, chalempung, caklempong, caklempung, kulintang, kalinong, trompong, khong wong yai, khong vong, khong toch, krewaing, phiphat, dan lain-lain. Dalam penyebutan lain berupa Guling-tangan ataupun dalam penulisan lain menjadi Gulingtangan, atau Gulintangan (Brunei Darussalam), Kulingtangan dan beragam penyebutan lain menjadi Kulintang atau pun Kelintang.

Alat Musik Kelintang Melayu Timur Suku Iranun di Reteh Indragiri Hilir Riau

Penamaan Musik dan Alat Musik Kelintang

Kata Kelintang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti buah pohon kelor Moringa pterygosperma. Penggunaan kata “Kelintang” dalam alat musik tradisional pun mirip dengan penyebutan nama alat musik yang juga mirip, walaupun ada penamaan yang mirip tetapi alat musiknya berbeda pada jenis alat musik idiofon ini. Kelintang, baik penyebutan dan alat yang sama juga, salah satunya berada di Tanjung Jabung, Provinsi Jambi yang juga dimainkan oleh Suku Iranun Tanjung Jabung, karena keberadaan Suku Iranun yang membawa alat musik tersebut berasal dari tempat yang sama yaitu Pulau Mindanao, Filipina.

Contoh penamaan yang sama atau mirip lainnya, disebutkan di bawah ini. Kelintang Perunggu Tanjung Jabung di Jambi merupakan alat musik yang sama dengan Kelintang Suku Iranun Melayu Timur Kuala Patah Parang di Riau karena berasal dari Suku Iranun daerah yang sama di Filipina Selatan. Tetapi 1 perangkat Kelintang Tanjung Jabung dimainkan dalam jumlah 5 kelintang dengan nada Do Re Mi So La (1 2 3 5 6) tanpa ada nada Fa dan Si (4 dan 7).

Kelintang Perunggu Jambi atau Kalinong adalah seperangkat alat musik pukul terbuat dari perunggu mirip bonang pada gamelan dengan bentuk lebih rendah yang berasal dari Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi. Terdiri dari 5 buah alat Kelintang berbeda bunyinya yang dipukul dengan sepasang kayu yang umumnya dimainkan sebagai hiburan ketika berladang untuk memulai musim tanam, musik penyambutan tamu, maupun upacara adat berupa upacara pengobatan, perkawinan, dan lainnya.

Kelintang atau Kolintang Talo Balak merupakan alat musik pukul yang terbuat dari kuningan berasal dari Lampung Utara di Provinsi Lampung.

Kelintang Manna adalah seperangkat alat musik pukul berbentuk batangan atau bulatan menyerupai gong kecil yang berasal dari daerah Kaur di Bengkulu Selatan. Alat musik Bengkulu bernama Kelintang Manna berupa ansambel musik tradisi, yang terdiri dari 6 unit kelintang dan satu redap ini digunakan sebagai pengiring tari Andun dalam upacara perkawinan masyarakat Serawai. Budaya berupa upacara adat yang menggunakan alat musik Kelintang Manna ini telah didaftarkan di Hak Kekayaan Intelektual pada Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual pada Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia pada kategori Ekspresi Budaya Tradisional dengan jenis Kekayaan Intelektual berupa Upacara Adat.

Kolintang Minahasa walaupun dari jenis alat musik Idiofon yang sama dengan Kelintang Reteh ataupun kelintang lainnya yang telah disebutkan diatas, tetapi berbeda dalam bentuk dan bahan. Kolintang Minahasa adalah alat musik dari batangan kayu yang disusun dan dipukul dengan sepasang tongkat. Kayu yang terbuat dari kayu Waru (Hibiscus Tiliaceus), kayu Cempaka (Elmerrillia Tsiampaca), kayu Telur (Alstonia sp), kayu Wenuang (Octomeles Sumatrana Miq), kayu bandaran, kayu kakinik, dan sejenisnya yang keras dan mempunyai konstruksi serat sejajar. Alat ini pun juga terdapat di daerah daratan Riau dengan penamaan berbeda yaitu Calempong Kayu dari Kampar Kiri, dengan jumlah bilah batangan yang berbeda pula.

Alat Musik Kelintang Melayu Timur Suku Iranun di Reteh Indragiri Hilir Riau

Sejarah Alat Musik Kelintang Perunggu Melayu Timur, Reteh Indragiri Hilir, Provinsi Riau

Suku Iranun di Indragiri Hilir merupakan suku Muslim yang berasal dari Mindanao bagian wilayah Kesultanan Sulu di bagian Selatan Filipina yang datang ke wilayah Kesultanan Lingga dan kesultanan lainnya di pesisir Sumatra sekitar tahun 1780-an. Suku Iranun secara umum, melakukan pergerakan dan perpindahan mencakup wilayah yang luas menggunakan kapal Lanong atau Joanga yang besar ke wilayah Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Bali, Jawa, terkhusus di Semenanjung Malaya dan Pesisir Sumatra.

Ketika pergerakan Suku Iranun ini untuk berperang di wilayah Riau, mereka membawa alat musik Kelintang yang awalnya dimainkan untuk memberi semangat berperang dengan irama yang dimainkan berjudul “Gendang Perang”. Kedatangan mereka menggunakan 40 kapal, bersama 40 datuk (pimpinan) dan 40 perangkat kelintang. Hingga saat ini disinyalir masih tersisa beberapa buah perangkat kelintang yang beredar di beberapa yaitu : Desa Kuala Patah Parang, Desa Kuala Sungai Batang, Tanjung Uban (Kepulauan Riau) yang awalnya berasal dari Reteh, maupun di Tanjung Jabung Jambi.

Menurut Arbain Maguindanao yang merupakan keturunan keenam Suku Iranun yang menetap di Kuala Patah Parang, alat musik ini ada di setiap kapal atau perahu. Nada atau irama musik yang akan dimainkan adalah “Gendang Perang” yang saat ini sudah jarang dimainkan karena sudah tidak ada perang lagi. Ketika perang telah usai, sebagian dari kelompok ini kembali pulang ke wilayah asalnya di Pulau Mindanao, di Selatan Filipina, yang menjadi bagian dari Kesultanan Sulu. Sedangkan sebagian lain menetap di Reteh dan Tanjung Jabung. Saat ini Suku Iranun telah menyebar ke berbagai daerah lainnya.

Mengenai Sejarah Suku Iranun di Indragiri Hilir Riau; Sang Penguasa Laut Timur dari Filipina Selatan, dapat dibaca di --> Sejarah Suku Iranun

Alat Musik Kelintang dan Pengiring

Musik Kelintang Suku Iranun Kuala Patah Parang dianggap lengkap terdiri dari seperangkat alat kelintang yang terdiri dari 7 kelintang, 2 buah gendang tabuh, dan 2 buah gong yang semuanya dimainkan oleh perempuan.

Penabuh gendang dan pemukul gong akan mengikut kepada Pemukul Kelintang yang menjadi pemimpin permainan alat musik ini.

Pemain Musik Kelintang dan Pakaiannya

Pemain Musik Kelintang Suku Iranun adalah seorang perempuan pemukul Kelintang yang didampingi 2 orang perempuan penabuh gendang dan 2 orang pemukul gong, yang semuanya berpakaian perempuan melayu dari jenis Baju Kurung Melayu maupun Baju Kurung Kebaya Labuh atau Baju Kebaya Panjang. Bahan pakaian ini dapat beragam sesuai keadaan, tetapi wajib berwarna kuning.

Rambut secara umum akan dibuat ikatan sanggul siput baik siput lipat maupun siput lintang serta siput cekak, tetapi jarang diikat dengan cara siput tegang. Secara umum karena pemainnya adalah perempuan muslim, ikatan rambut akan tertutup oleh kain penutup kepala dimana pakaian ini akan dilengkapi kain penutup kepala berupa selendang atau kain tudung (tudung jurai, tudung mantur maupun tudung lingkup) atau pun jilbab sebagai penutup kepala.

Di bagian bawah, pakaian ini juga dipadukan dengan kain pelekat atau pun kain lejo ataupun kain sarung maupun kain lainnya yang juga berwarna kuning yang senada dengan warna pakaiannya. Kain diusahakan dari bahan yang sama.

Fungsi Musik Kelintang Melayu Timur

Setiap irama atau nada yang dimainkan memiliki fungsi khusus yang digunakan dalam hiburan, musik penyambutan tamu, maupun irama khusus untuk upacara adat pernikahan, makan kelung, ritual pengobatan, ritual mandi asin, serta upacara adat lainnya. Di Tempasuk Kota Belud Sabah Malaysia, dan hal ini berlaku umum bagi Suku Iranun, alat musik ini dimainkan pada saat acara pernikahan, khususnya di rumah pengantin pria.

Sementara pengantin pria Iranun sedang berpakaian pengantin, teman-temannya menunggu di rumahnya, minum kopi dan mendengarkan musik gong, guling-tangan dan kendang. Hal ini seperti yang disebutkan oleh D. Headly, dalam artikel berjudul “Some Illanun and Bajau Marriage Customs in the Kota Belud District, North Borneo” pada halaman 159 yang dipublikasi pada tahun 1951 menyebutkan :

“Whilst the groom is being dressed, his friends wait at his house, drink coffee and listen to the music of gongs, guling-tangan and drums.”
Alat Musik Kelintang Melayu Timur Suku Iranun di Reteh Indragiri Hilir Riau

Irama Alat Musik Kelintang Suku Iranun Melayu Timur Reteh

Pemain Kelintang tidak bernyanyi atau pun tidak bersenandung atau tidak mengeluarkan suara dari mulutnya. Musik kelintang tidak untuk mengiringi lagu atau nyanyian, dengan demikian musik Kelintang Suku Iranun Melayu Timur Kuala Patah Parang tidak memiliki lirik lagu.

Terdapat beberapa irama musik yang dalam hal ini lebih disebut “nada” oleh Suku Iranun, yaitu :

  1. Gendang Perang (sudah jarang dimainkan).
  2. Kedungkok (irama magis yang dimainkan khusus pada upacara pengobatan dan ritual Makan Kelung).
  3. Anduk-anduk.
  4. Anduk-anduk Selor (Andok-andok Suluk).
  5. Arak-arak.
  6. Kedidi.
  7. Kedincing / Kedingcong.
  8. Serame.
  9. Serame Due.
  10. Serame Tige.
  11. Serame Jawe.
  12. Serame Angin.
  13. Serame Silat.
  14. Cak Pumpung.
  15. Gubang / Gubang-gubang / Udang-udang.
  16. Gubang-gubang Kayoh.
  17. Kisak-kisak.
  18. Janda Ngagek Terong.
  19. Jande Metik Bunge.
  20. Tepai Begelot.
  21. Sendayung.

Sebagai alat musik Kelintang (gulintangan) Suku Iranun Melayu Timur (Iranun music) yang menjadi kesenian, kebudayaan maupun kemahiran atau kerajinan (Iranun arts, culture and crafts) yang terus diupayakan dipertahankan. Hal ini dilakukan karena sejarah panjang akan keberadaan Suku Iranun, alat musik dan kebudayaannya itu sendiri di Indonesia, khususnya di Indragiri Hilir, Provinsi, Riau, Indonesia.

Sumber foto :
Semua foto berasal dari Tim Dokumentasi Festival Budaya Melayu Riau 2017 Dinas Kebudayaan Provinsi Riau

Sumber bacaan :

  1. Kelintang Perunggu Orang Melayu Timur di Tanjung Jabung Jambi.
    https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/kelintang-perunggu-orang-melayu-timur/
  2. Hak Kekayaan Intelektual Kelintang
    http://kikomunal-indonesia.dgip.go.id/index.php/jenis/1/ekspresi-budaya-tradisional/885/kelintang
  3. D. Headly. Some Illanun and Bajau Marriage Customs in the Kota Belud District, North Borneo. Journal of the Malayan Branch of the Royal Asiatic Society Vol. 24, No. 3 (156) (October, 1951), pp. 159-160 (2 pages). Published By: Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society.
  4. Ricardo D. Trimillos dan Ted Solis (edtr.). Performing Ethnomusicology; Teaching and Representation in World Music Ensembles. University of California Press. Agustus 2004.
  5. Wawancara Arbain Maguindanao dengan Tim Dokumentasi Warisan Budaya TakBenda Dinas Kebudayaan Provinsi Riau.

 

Bahan bacaan lain ;

  1. Virgina Matheson & Barbara Watson Andaya. The Precious Gift (Tuhfat Al Nafis) Annotated translation. Oxford University Press. Kuala Lumpur. 1982. Dikutip dalam artikel oleh James Francis Warren, berjudul Savagism and Civilization: The Iranun, Globalization and the Literature of Joseph Conrad (The Iranun Age), Journal of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society, Vol 74 - 2001.
  2. Sejarah alat perkusi terutama sejarah alat musik Gong baik yang terbuat dari kayu (Khalifus) maupun terbuat dari logam dapat dibaca dalam buku Percussion Instruments and Their History oleh James Blades, yang diterbitkan oleh Westport, Conn. : Bold Strummer ; White Plains, N.Y. : Distributed by Pro/AM Music Resources pada tahun 1992.

==== 

Video Musik Kelintang Keseninan Iranon Kuala Patah Parang Inhil pada Malam Pertunjukan Masyarakat Adat dalam Festival Budaya Melayu Provinsi Riau 2017.

https://www.youtube.com/embed/IE7_wlMQCFA


RiauMagz. budaya Riau. Wisata Riau.