Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Atib Ko Ambai, Wisata Religi di Kubu Kabupaten Rokan Hilir

Atib Ko Ambai, Wisata Religi di Kubu Kabupaten Rokan Hilir

RiauMagz.com - Kabupaten Rokan Hilir memiliki sebuah even wisata religius menarik yang disebut Atib Koambai. Wisata ini bisa ditemukan di daerah Kubu, masuk dalam wilayah administrasi Kecamatan Kubu dan Kecamatan Kubu Babussalam. Tradisi ini biasanya dilaksanakan setiap tahun, tepatnya di hari ke-3 lebaran. Dan uniknya lagi, peserta tradisi ini hanya dikhususkan bagi laki-laki.

Pengertian dan Sejarah Atib Koambai
Atib Koambai merupakan ritual menolak bala yang memiliki sejarah tersendiri bagi masyarakat Kubu. Atib atau Ratib dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti puji-pujian atau doa kepada Tuhan yang diucapkan berulang-ulang, berdoa dan berzikir kepada Tuhan (Allah SWT). Meratib dimaksud untuk mendoakan orang yang meninggal supaya Allah melapangkan arwah orang tersebut di alam kubur; dan menzikirkannya. Dahulunya, tradisi ini dilakukan oleh warga karena adanya wabah penyakit kolera yang belum diketahui obatnya. Masyarakat setempat menyebut kolera dengan sebutan penyakit Ta’un. Penyakit ini sangat menakutkan bagi masyarakat setempat sebab sangat mudah mewabah dan dianggap sangat membahayakan.

Atas alasan tersebut, para pemuka adat setempat pun melakukan sebuah ritual yang disebut atib koambai, yakni ritual menolak bala dari masyarakat Kubu dan Kuba. Masyarakat dan pemuka adat beratib (berdoa dan berzikir) dengan menggunakan sampan dengan tujuan membuang bala ke arah muara Sungai Kubu. Hal ini dilakukan sebab pada masa tersebut alat transportasi masyarakat masih menggunakan jalur perairan yakni sampan.

Tata Cara Pelaksanaan Atib Koambai Kubu
Atib Koambai diikuti oleh kaum laki-laki. Biasanya menggunakan pakaian putih dan dipimpin oleh seorang syaikh. Sebelum atib dimulai, para peserta berkumpul lebih di sebuah makam yakni makam Teuku Abdullah Pasai asal Aceh. Ulama ini menyebarkan Islam ke daerah Kubu pada tahun 1667 M.

Makam ini disebut dengan makam koambai (ke rambai), sebab dahulu di area makam ini terdapat pohon buah rambai. Masyarakat biasanya selalu menggantungkan sesuatu di pohon tersebut, seperti kain putih dan lainnya dengan tujuan nazar, berniat dan sebagainya. Hingga saat ini masih terus menjadi sebutan, kaombai.

Selama berada di makam, seluruh peserta berdoa dan berzikir yang dipimpin oleh syaikh. Lalu setelah itu azan dikumandangkan yang memberikan tanda bahwa atib akan segera dimulai. Azan dilakukan oleh dua orang muadzin yang saling bersahutan. Sering disebut dengan istilah azan komba (kembar). Mengapa azan dilakukan oleh dua orang? Alasannya karena perjalanan atib yang akan dilakukan ditempuh dalam jarak yang jauh, maka dibutuhkan azan komba.

Perkembangan Tradisi Atib Koambai dari Waktu ke Waktu
Tradisi atib koambai sudah mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Dahulu masyarakat menggunakan sampan perahu dayung biasa hingga memakan waktu yang lama. Setiap peserta diminta membawa dayung. Tetapi kini dilakukan menggunakan boat yang memiliki mesin.

Selain itu, dahulu tradisi ini dianggap sebagai tradisi yang benar-benar dilakukan untuk menolak bala. Peserta yang tidak ikut atib diminta pulang dan menutup rumah rapat-rapat sambil membakar atau membuat asap di luar rumah. Namun, saat ini atib koambai lebih kepada pertunjukan tradisi semata yang malah menjadi event wisata.

Dahulu kawasan tempat melakukan ritul ini dihuni banyak binatang hutan seperti kera dan sebagainya. Saat ini kawasan makam sudah ditanami pohon sawit yang luas sehingga tidak ada lagi binatang seperti pada masa dahulu. Bahkan makam yang dikunjungi tersebut sudah hampir tertutupi dengan area perkebunan kelapa sawit. Padahal usia makam tersebut sudah mencapai ratusan tahun lamanya.
Dibutuhkan upaya pembebasan lahan di kawasan makam bersejarah tersebut. Selain itu, tanaman mangrove juga perlu ditanam di area sungai untuk mengurangi abrasi agar tidak terlalu parah.

Saat ini tradisi atib koambai menjadi salah satu even wisata ini banyak dijadikan objek penelitian oleh kalangan akademisi seperti mahasiswa maupun budayawan. Termasuk juga upaya peliputan dan publikasi ke masyarakat umum tentang tradisi unik atib koambai. Salah satu harapannya adalah agar tradisi ini menjadi salah satu daya tarik wisata bagi daerah setempat. Apalagi jika dikelola dengan baik dan menarik, hari lebaran menjadi waktu yang sangat tepat untuk mempromosikan even budaya wisata religius atib koambai.

Kalau kamu ingin melihat langsung tradisi ini, jangan lupa ya lebaran kali sempatkan waktu untuk mengunjungi daerah Kubu di Rokan Hilir. Selamat berkunjung.

Jangan lupa, bahwa Rokan Hilir juga memiliki daya tarik wisata lainnya seperti Pulau Jemur, Bakar Tongkang, Pulau Tilan, Rumah Kapitan yang memiliki piano tua merk Zeitter & Winkelmann tahun 1920, dan souvenir Tanjak Melayu.

Foto : @Genpi.Rohil

Video Bakar Tongkang pict by Mike Agnesia


Video Bakar Tongkang pict by Lensa Wisata

RiauMagz, Wisata Riau, berbagai wisata di Kabupaten Rokan Hilir.