Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Profil Soeman HS (Hasibuan)

Profil Soeman HS Sjoeman HS Suman Hs (Hasibuan)

Riwayat Hidup Soeman HS
Suman Hs atau Soeman Hs atau Sjoeman atau Soeman Hasibuan paling dikenal sebagai penulis pertama cerita detektif dalam sastra Indonesia modern. Dia juga memelopori genre baru penulisan cerita pendek yang lucu. Soeman Hs adalah merupakan Sastrawan Melayu Riau yang berasal dari keluarga Tapanuli yang digolongkan sebagai sastrawan dari Angkatan Balai Pustaka. Beliau dilahirkan di Desa Batantua, Bengkalis, Riau, Indonesia, pada tanggal 4 April 1904 dari pasangan bapak Wahid atau dikenal Lebai Wahid Hasibuan, dan ibu Tarumun Pulungan, yang mana kedua orangtuanya berasal dari Desa Hutanopan, Kecamatan Barumun, Tapanuli Selatan. Soeman Hs adalah anak ketiga dari enam orang bersaudara, yaitu Raman (sulung), Riban, Abdurrachim, Hamzah dan Juma’at (bungsu). Ayahnya, Wahid Hasibuan, termasuk keturunan bangsawan yang pernah menjadi kepala adat (Kuria) dan guru ngaji (lebai).

Dalam usia tujuh tahun tepatnya pada tahun 1912, Soeman Hs memulai pelajarannya di Sekolah Melayu Gouevernement Inlandsch School (GIS) yaitu sekolah sederajat SD (Sekolah Dasar) dan menamatkannya pada 1918. Setelah itu, beliau mengikuti ujian masuk Normaal Cursus (Sekolah Calon Guru) di Medan. Dari 24 orang peserta, Soeman Hs yang menempati juara ke-4 dari 6 orang yang diterima termasuk. Beliau mendapat bantuan beasiswa dari pemerintah Belanda sebesar Rp.4 perbulan selama beliau menempuh pendidikan di Sekolah Calon Guru tersebut. Tahun 1920, ia telah menyelesaikan pendidikannya di Normaal Cursus, kemudian melanjutkan ke Normal School (sekolah guru yang sebenarnya) di Langsa, Aceh Timur dan tamat pada tahun 1923.

Soeman Hs kembali ke Batantua begitu menyelesaikan pendidikannya di Normal School Langsa. Kemudian setelah tiga bulan di Batantua, ia diangkat menjadi guru Bahasa Indonesia di HIS (Holland Inlandsch School yaitu sekolah Belanda) di Siak Sri Indrapura. Setelah 7 tahun mengabdi menjadi guru, pada tahun 1930, beliau diangkat menjadi Kepala Sekolah Melayu dan Penilik Sekolah di Pasir Pengarayan. Pada saat Menjelang Kemerderkan RI tahun 1945, beliau kemudian ditunjuk menjadi ketua KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) di Pasir Pengarayan. Pada tahun 1946 semasa masih menjabat Ketua KNIP, beliau diangkat menjadi Anggota DPR di Pekanbaru Riau. Kemudian tahun 1948, ketika Yogyakarta diduduki Belanda, ia diangkat menjadi KPG yaitu Komandan Pangkalan Gurilla Rokan Kanan.

Profil Soeman HS Sjoeman HS Suman Hs (Hasibuan)

Kepala Jawatan Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Kabupaten Kampar, Pekanbaru dijabat oleh beliau sejak tahun 1950 yang berakhir tahun 1960. Baru saja memasuki masa pensiun, tahun 1961, Soeman Hs diangkat menjadi anggota BPH (Badan Pemerintahan Harian) merangkap sebagai kepala Bagian Keuangan di Kantor Gubernur Riau oleh Gubernur Riau waktu itu, Kaharuddin Nasution. Soeman Hs masih menjabat Ketua Umum Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Daerah Riau dan Ketua Yayasan Setia Dharma sampai tahun 1998.

Ketika masih belajar di Sekolah Melayu, Soeman Hs mulai menggemari sastra. Sebagai usaha mengembangkan bakatnya dalam bidang sastra, beliau sering mengikuti pembicaraan ayahnya dengan para saudagar yang datang ke rumahnya tentang kehidupan di Singapura. Dari pembicaraan tersebut, ia kemudian banyak berkhayal dan memperoleh banyak inspirasi, serta beberapa bahan cerita. Selain itu, ia juga banyak memperoleh inspirasi dengan banyak membaca buku di perpustakaan. Dua buku yang diminati ketika itu, Siti Nurbaya karya Marah Rusli dan Teman Duduk karya M. Kasim. Kepengarangan Soeman Hs juga muncul berkat dorongan dari gurunya, M. Kasim, yang sering menceritakan pengalamannya menulis. Tulisan-tulisan Soeman Hs telah dimuat dalam majalah ibukota maupun di beberapa harian lainnya. Di harian Indonesia Raya ia tercatat sebagai penulis tetap, dan di majalah Harmonis, Jakarta (1977-1978) ia khusus mengisi kolom Menyelami Bahasa Indonesia. Di antara tulisannya yang pernah dimuat dalam kolom tersebut, yaitu: Senyum dan Tawa, Kalau Hari Panas Lupa Kacang Akan Kulitnya, Marilah Kita Bersikap Hidup Sederhana, dan lain-lain. Selain itu, ia juga pernah menjadi pengasuh ruang siaran Pembinaan Bahasa Indonesia di Stasiun RRI Pekanbaru yang ditayangkan dua kali seminggu. Pada tahun 1972, ia sempat menerbitkan sebuah majalah anak-anak bernama Nenek Moyang, meskipun hanya beberapa kali terbitan karena kesulitan dana.

Soeman Hs meninggal dunia pada hari Sabtu 8 Mei 1999 di rumahnya, Jl. Tangkubanperahu, Pekanbaru dalam usia 95 tahun. Ia meninggalkan seorang istri bernama Siti Hasnah dan 9 orang anak yakni Syamsul Bahri (sulung), Sawitri, Syamsiar, Faharuddin, Mansyurdin, Burhanuddin, Najemah Hanum, dan Rosman (bungsu), serta sejumlah cucu dan cicit.

Pemikiran Soeman HS
Berkaitan dengan dunia kesusastraan, Soeman Hs memiliki pandangan tersendiri, yaitu:

Hakekat kesusastraan adalah untuk masyarakat. Karena bagaimanapun baiknya sebuah karya puisi, kalau sukar dimengerti akan menjadikan karya tersebut tidak dekat dengan masyarakat.

Dalam menulis sebuah novel, ia selalu memakai nama-nama asing dalam setiap novelnya, karena ia ingin mendobrak adat yang kaku. Untuk menggambarkan hal ini, sengaja ia pilih tokoh orang asing agar lebih mudah diterima jika melawan adat. Ini adalah salah satu strategi kepengarangan, agar cerita dalam roman tersebut bisa diterima. Selain itu, judul pada setiap karya juga harus menarik. Sebagai contoh, Percobaan Setia. Menurutnya, judul ini menarik, karena seseorang yang sudah setia masih terus dicoba.
Dalam karya Kasih Tak Terlerai, ia tampak lebih banyak berbicara langsung dari pada memberi hidup pada tokoh-tokohnya. Dengan gaya tersebut, terasa kepada kita suatu pemaksaan kepada tokoh-tokohnya untuk hidup. Dengan demikian memaksa pula terhadap pembaca untuk mempercayai segala gerak mereka.

Profil Soeman HS (Hasibuan) Kaih tak terlarai

Kasih ta' terlarai
Terkarang oleh
Soeman Hs
Poestaka Weltevreden
Tjetakan ke II
Balai Poestaka
1931
Batavia Centrum

Hak pengarang ditoentoet menoeroet pasal 11 dari Oendang-oendang jang termaktoeb dalam Staadsblad 1912 No. 600

Koleksi awal milik
Afdeeling Volkenkunde van Het Koloniaal Instituut
Koleksi milik
Perpustakaan Cabang IBKMM
Universiti Kebangsaan Malaysia
Perpustakaan UKM Kode 00001543469

I. BEROEBAH KASIH, TERASING SAJANG
Soenggoehpoen badannja ketjil, dan tingginja hanja satoe setengah meter, tetapi oesianja telah lebih dari 18 tahoen. Selama hajatnja itoe, hanja doea kalilah baroe ia mendapat poedjian dari orang toeanja. Iang pertama kali, ketika bapanja pada soeatoe hari membawa seboeah katja mata keroemahnja; hanja dihidoengnjalah katja mata itoe jang boleh melekat, karena ditakdirkan Toehan hidoengnja mantjoeng, sedang katja mata itoe katja mata jang bersepitkan poela. Waktoe itoe bapanja berkata: "Ambillah katja mata itoe oentoekmoe Taram! Dalam antara anakkoe jang tiga orang ini, engkaulah jang terlebih tjakap."

Kedoea kalinja, ketika pada soeatoe ketika seisi roemahnja pergi berdjalan-djalan: pada waktoe magrib mereka melintas dihadapan aeboeah mesdjid. Tiba-tiba kedengaran boenji bilal bang dimesdjid itoe, berdengoeng-dengoeng soearanja. Dengan tidak disengadjanja, diikoet si Taram soeara hilal itoe perlahan-lahan. Kedoea adiknja ta' poela maoe ketinggalan meniroekan soeara hilal itoe. Ketika itoe bapanja berkata: "Si Taram pandai benar meniroe-niroe bang bilal jang dimesdjid itoe." Roepanja kalimah-kalimah jang dioetjapkan oleh si Taram, lebih menarik hati bapanja dari pada jang...

Karya-karya Soeman HS
Sebagai sastrawan, Soeman Hs telah melahirkan beberapa karya berupa roman dan cerpen, yaitu:
Kasih Tak Terlarai, Jakarta: Balai Pustaka, 1930.
Percobaan Setia, Jakarta: Balai Pustaka, 1931.
Mencari Pencuri Anak Perawan, Jakarta: Balai Pustaka, 1932.
Kasih Tersesat, Jakarta: Balai Pustaka, 1932.
Kawan Bergelut (kumpulan cerpen), Jakarta: Balai Pustaka, 1938.
Tebusan Darah, Medan: Dunia Pengalaman, 1939.


Profil Soeman HS (Hasibuan) Kawan Bergelut

Penghargaan untuk Soeman HS

Atas jasa-jasanya sebagai pahlawan pembela tanah air, Soeman Hs telah dianugerahi sebuah Penghargaan Tertinggi dari Komandan Daerah Militer Riau Utara (KDMRU) pada tahun 1949. Nama beliau juga dijadikan nama bagi Gedung Perpustakaan Wilayah Propinsi Riau.

Sumber : http://melayuonline.com
Artikel ini republished dari RiauMagz Versi 1.0 tahun 2012

[RiauMagz | Budaya Riau | Sejarah Riau | Profil Soeman Hs]