Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Standar Penilaian Index Wisata Halal Secara Global

logo wisata halal

RiauMagz.com - Indonesia terus berbenah untuk meningkatkan kunjungan wisata halal di Indonesia. Tahun 2019, target yang ingin dicapai adalah meraih posisi pertama pada peringkat destinasi wisata halal paling ramah sedunia yang dirilis oleh Global Muslim Travel Index (GMTI). Untuk mewujudkan target tersebut, saat ini pemerintah melalui Kementrian Pariwisata bekerjasama dengan Crescent Rating Mastercard meluncurkan program yang disebut dengan Indonesia Muslim Travel Index (IMTI).

Penerapan Index Wisata Halal di Indonesia
Program IMTI ini bertujuan untuk menentukan peringkat destinasi wisata halal di Indonesia yang dianggap paling ramah dan paling layak untuk dunia. IMTI memiliki berbagai kriteria yang sudah ditetapkan untuk memberikan penilaian secara objektif terhadap setiap destinasi.

Untuk menjamin kualitas peringkat destinasi wisata halal di Indonesia, program IMTI ini digunakan dengan mengambil standar penilaian global yang umumnya diterapkan di dunia. Beberapa aspek penilaian yang dimasukkan dalam program ini di antaranya rumah makan yang memiliki sertifikasi halal, ketersediaan masjid dan mushala yang bersih dan memadai, toilet yang memiliki standar halal dan sebagainya.

Bila mengacu pada standar penilaian yang dilakukan oleh GMTI, setidaknya ada beberapa aspek penilaian yang penting untuk diperbaiki, di antaranya adalah:
  1. Jaminan Akses
    Jaminan akses yang ramah terhadap wisata muslim memiliki porsi penilaian sebanyak 10% dari GMTI. Lokasi wisata di Indonesia sudah banyak yang memiliki kriteria ini sehingga sangat mungkin Indonesia masuk dengan poin penilaian yang bagus pada aspek ini.
  2. Jaminan Komunikasi
    Selain akses yang nyaman dan aman, komunikasi juga harus diperhatikan ketersediaannya. Komunikasi yang lancar dan mudah terhubung akan memberikan porsi penilaian yang lebih baik. Skor dari GMTI untuk poin ini sebanyak 10%.
  3. Lingkungan
    Berwisata adalah menikmati lingkungan yang tersedia. Dengan kondisi lingkungan yang ramah bagi wisatawan muslim akan membuat orang betah dan memberi penilaian positif. Lingkungan tempat wisata yang banyak mengumbar aurat, banyak menyuguhkan kuliner tak halal, lingkungan dengan aktivitas kegiatan tak sesuai syariah para pengunjungnya jelas bukan hal yang baik untuk wisata halal.
    Oleh karena itulah, GMTI memberikan porsi penilaian yang tinggi untuk poin ini, yakni sebesar 40%. Ini menjadi hal yang penting diperhatikan oleh pemerintah bagaimana mengkondisikan lingkungan wisata halal yang benar-benar nyaman bagi wisatawan muslim.
  4. Jaminan Pelayanan
    Setelah lingkungan nyaman, hal yang juga sangat penting adalah soal pelayanan. Pelayanan yang nyaman, ramah dan sesuai syariah dengan tersedianya fasilitas akomodasi, transportasi yang nyaman bagi wisatawan muslim akan sangat berpengaruh bagi penilaian peringkat destinasi terkait.

Meskipun tempat wisatanya menarik tetapi pelayanan fasilitas dan akomodasinya tidak ramah secara syariah tentu akan membuat kesan yang tidak nyaman bagi pengunjung. GMTI memberikan porsi penilaian sebesar 40% untuk poin ini. Ini juga hal yang sangat penting harus diperbaiki oleh Kemenpar bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat.

Penerapan IMTI mengacu kepada poin-poin penilaian di atas sehingga secara nasional kita bisa melihat mana destinasi wisata dengan peringkat terbaik dan paling potensial untuk terus dikembangkan. Selain itu, penerapan program ini juga akan membantu kompetisi wisata halal di tanah air, sehingga bisa lebih berbenah untuk mengikuti standar global yang diterapkan.

Posisi Peringkat Indonesia di GMTI Tahun 2018
Di tahun 2018, Indonesia berada di posisi kedua peringkat GMTI. Sementara di posisi puncak adalah negara jiran Malaysia. Berikut ini daftar lengkap negara-negara yang masuk peringkat GMTI tersebut:
  1. Malaysia
  2. Indonesia dan Uni Emirat Arab
  3. Turki
  4. Arab Saudi
  5. Singapura
  6. Qatar
  7. Bahrain
  8. Oman
  9. Maroko

Tantangan Pengelolaan Wisata Halal di Indonesia
Menteri Pariwisata Arief Yahya menyebutkan, ada beberapa hal yang menjadi kendala pengembangan wisata halal di Indonesia, di antaranya adalah:
  1. Anggapan Indonesia Sudah Menjadi Negara Muslim Terbesar
    Masyarakat kita sering berpikir jika Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia sudah pasti akan dikunjungi wisatawan untuk destinasi wisata halal, padahal hal tersebut salah besar. Turis akan berkunjung ke suatu negara jika pelayanan dan lingkungan bagus, bukan semata-mata karena image yang sudah terbangun.
  2. Tidak Bersedia Disertifikasi Halal
    Banyak pemilik hotel, restoran dan wisata yang tidak bersedia disertifikasi halal, dengan alasan merasa sudah halal. Padahal sertifikasi ini penting untuk jaminan fisik kepada dunia. Bukti fisik harus dalam bentuk sertifikasi bukan hanya keyakinan-keyakinan yang diungkapkan secara lisan.
  3. Merasa Sudah Halal
    Sebagian besar warga negara Indonesia di beberapa daerah memang memproduksi kuliner dengan cara yang halal, baik di tingkat industri maupun rumah tangga. Tetapi kehalalan ini dalam penerapan destinasi wisata halal harus dibuktikan dengan sebuah sertifikat yang berstandar internasional. Kehalalan tidak bisa dibuat standar sendiri tetapi harus mengacu pada standar internasional jika ingin dipandang dalam kelas internasional.

Target Indonesia meraih posisi puncak akan terkendala dengan pola pikir dan sertifikasi yang cukup sulit di masyarakat. Salah satu upaya yang harus dilakukan pemerintah untuk mengatasi hal tersebut adalah memberi kemudahan terhadap layanan sertifikasi yang ada. Aplikasi berbagai teknologi bisa dikembangkan untuk penerapan sertifikasi halal tersebut.

Selain itu, berkampanye secara bertahap terhadap masyarakat, memberikan pemahaman tentang pentingnya pengembangan wisata halal ini juga cukup penting. Pendekatan budaya bisa dilakukan untuk memberikan pemahaman. Daerah-daerah seperti Aceh misalanya, dengan tardisi keislaman yang cukup kental sedikit sulit untuk penerapan sertifikasi halal. Hal ini disebabkan karena masyarakat sudah memiliki jaminan kehalalan sendiri terhadap setiap kuliner, fasilitas hotel dan sejenisnya yang ada di tempat tersebut.

Indonesia saat ini mulai banyak dikunjungi oleh wisatawa Timur Tengah yang tertarik dengan tujuan wisata di Indonesia. Hal ini ditandai dengan banyaknya maskapai penerbangan Timur Tengah yang berkunjung ke Indonesia. Di antaranya Emirates, Qatar, dan Etihad. Wisatawan Timur Tengah menyukai beberapa jenis tempat wisata di Indonesia, di antaranya adalah wisata alam dan taman hiburan. Selain Indonesia, negara tujuan favorit wisatawan Timur Tengah adalah Malaysia, Singapura, dan Thailand. Dengan semakin baiknya pelayanan dan lingkungan yang ada di Indonesia, harapan kita Indonesia mampu mengambil posisi Malaysia di peringkat pertama GMTI.


Musik Zapin sebagai salah satu pendukung wisata halal Riau

RiauMagz, Wisata Riau, Wisata Halal Riau.