Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Penelitian-penelitian Sejarah Terhadap Candi Muara Takus

Wisata Sejarah Penelitian-penelitian Sejarah Terhadap Candi Muara Takus

Kompleks Situs Cagar Budaya Candi Muara Takus telah banyak diteliti oleh berbagai orang dan pihak. Candi Muara Takus dan kawasannya merupakan sisa-sisa seni bangunan yang terpenting di Sumatra Bagian Tengah (sekarang Riau) dan sangat banyak hubungan-hubungannya dengan kawasan lain bahkan China.

Dari beberapa tulisan yang dapat kami telusuri, penelitian Kawasan Candi Muara Takus bermula dari De Groot yang kemudian diteruskan oleh banyak peneliti bahkan sampai sekarang umumnya dalam bentuk skripsi maupun thesis serta jurnal ilmiah dari berbagai peneliti perguruan tinggi maupun organisasi ilmiah lainnya. Permasalahan penelitian pun beragam, mulai dari penentuan lokasi (De Groot), penggambaran lokasi, pemetaan, naskah kuno, jenis bangunan, agama, dan seterusnya sampai ke bahasa dan kebudayaan serta adat istiadat yang dipergunakan masyarakat tempatan.

Hampir sama kejadian dengan beberapa kawasan lain dimana masih perlu penelitian lebih mendalam mengenai kondisi bawah tanah Kawasan Candi Muara Takus. Beberapa penelitian menyebutkan jumlah bangunan yang berbeda, tetapi hampir semua menyebutkan tentang kawasan ini sangatlah luas.

Candi Muara Takus tercantum dalam Peta Wisata Kabupaten Kampar - Tourism Map of Kampar - Riau - Indonesia

Wisata Sejarah Penelitian-penelitian Sejarah Terhadap Candi Muara Takus
Foto Candi Muara Takus
Dokumentasi Keluarga Farida Zam dan Eldy Ramli
Tahun sekitar 1980-an

Penelitian-penelitian (baik sebagian ataupun keseluruhan) telah banyak dilakukan dan ditulis serta diterbitkan dalam jurnal ilmiah ataupun majalah, skripsi maupun thesis seperti tertera di bawah ini. Kami berusaha melengkapi pengarang, judul, tahun terbit dan penerbit. Sedangkan isi tulisan hanya deskripsi singkat.

Tulisan ini kami buat berdasarkan rasa penasaran kami dari tulisan kami sebelumnya berjudul : Sejarah Candi Muara Takus The Forgotten Kingdoms in Sumatera yang berisi tulisan dari Dr. F.M. Schnitger yang menulis dalam jurnal ilmiah masyarakat Belanda yang kemudian dibukukan berjudul The Forgotten Kingdoms in Sumatera, Muara Takus Sebagai Kerajaan Yang Terlupakan di Pulau Sumatera.

Tulisan kami ini bersumber dari banyak pihak secara online baik dari Perpustakaan Digital Pemerintah India, Universitas Gadjah Mada, Universitas Islam Negeri Riau, Universitas Lancang Kuning, Universitas Riau, Institut Pertanian Bogor, dan berbagai website penyimpan arsip-arsip bersejarah dunia.

Harapan dengan dipublikasikannya Penelitian-penelitian Sejarah Candi Muara Takus ini dapat bermanfaat bagi masyarakat banyak baik mahasiswa, guru, dosen, peneliti, Dinas Pariwisata Provinsi Riau maupun Kota/Kabupaten, Dinas Kebudayaan Provinsi Riau maupun Kota Kabupaten, serta seluruh stakeholder yang peduli dengan keberadaan Candi Muara Takus ini.

Kami sangat yakin bahwa tulisan yang telah kami usahakan dan dikerjakan dalam beberapa bulan ini tidaklah lengkap. Selain itu, terjemahan bahasa Belanda ke bahasa Indonesia yang kami lakukan juga kurang tepat. Untuk itu kami mohon maaf dan jika ada beberapa hal penting yang belum masuk dalam tulisan ini dapat menghubungi kami di

Instagram : @Riaumagz
Fanpage Facebook : RiauMagz On Socmed
Twitter : @RiauMagz
Email : Riaumagz@gmail.com

1. Corn. De Groot 1860 Sang Penemu Candi Muara Takus 1858

Tulisannya berjudul “Koto Candi", De Groot membuat deskripsi singkat temuannya berupa reruntuhan candi dan perkampungan penduduk yang terbuat dari pondok-pondok bambu serta membuat gambaran sketsa atas kondisi tersebut. De Groot menjalankan ekspedisi ke Muara Takus tahun 1858. Secara ilmiah, Corn. de Groot dianggap sebagai penemu Candi Muara Takus tahun 1858.

Catatan tulisan kami tentang ragam nama Corn. de Groot dari berbagai sumber :
Cornelis de Groot
C. de Groot
Cornet de Groot
Cornets de Groot
J.P. Cornets de Groot
J.H. Cornets de Groot
Corn. de Groot
Kami menggunakan Cornets de Groot ataupun Corn. de Groot sesuai tulisan dalam jurnal dibawah ini.

Tulisan De Groot merupakan sebuah tulisan pada halaman 531 dalam Jurnal :
Tijdschrift voor Indische Taal, Land en Volkenkunde
uitgegeven door het
Bataviaasch Genootschap van Kunsten
en Wetenschappen
Onder Redaktie der Heeren
J. Munnich en E. Netscher

Deel IX
Derde serie
Deel III

Batavia
LANGE & Co
1860

Terjemahan :
Majalah untuk Bahasa, Negara dan Antropologi Indiische
diterbitkan oleh
Masyarakat Seni Batavia
dan Ilmu Pengetahuan
Di bawah editor para ahli
J. Munnich dan E. Netscher
Bagian IX
Seri Ketiga
Bagian III

Wisata Sejarah Penelitian-penelitian Sejarah Terhadap Candi Muara Takus

Hebatnya, tulisan De Groot telah disadur sebelumnya pada jurnal yang sama halaman 240 dalam Rapat Manajemen yang berjudul :
BESTUURSVERGADERING GEHOUDEN DEN 6Jen AUGUSTUS 1860
RAPAT MANAJEMEN TERBATAS PADA 6 AGUSTUS 1860
Tegenwoordig zijn de HH.
Pada hari ini (6Jen Augustus 1860 - red)
Zijne Exc. J. van Swieten, president.
Dr. G. Wassink, vice-president.
G. F. de Bruijn Kops.
J. Munnich, bibliothekaris.
Dr. P. Bleeker, sekretaris.

Hasil Rapat Manajemen tersebut menyatakan beberapa hal, salah satunya membahas tentang ekspedisi de Groot yaitu :
14. Brief van den eersten gouvernements sekretaris van Batavia tanggal 1 Augustus 1859 no. 1730, aanbiedende het door den mijningenieur C. de Groot, bij zijn rapport over den door hem in het vorig jaar ondernomen exploratie-togt in het gouvernement van Sumatra's westkust, aangeboden "Berigt betrekkelijk Kota Tjandi," alsmede een geheelen gebakken steen en vier stukken daarvan tot voorstelling van lijstwerk.

Is verstaan:
Bedoelde steenen te plaatsen in het museum des genootschaps en het berigt betrekkelijk Kota Tjandi te stellen in handen der kommissie van redaktie van het tijdschrift des genootschaps.


Kira-kira terjemahannya :
14. Surat dari Pemerintah Pertama Sekretaris Batavia tanggal 1 Agustus 1859, No. 1730, dipresentasikan oleh insinyur pertambangan C. de Groot, dalam laporannya mengenai upaya penjelajahan yang dilakukan tahun lalu (1858 - red) olehnya di pemerintahan pantai barat Sumatra, menghasilkan "Kekayaan relatif Kota Tjandi," serta keseluruhan batu bakar (bata batu - red) dan empat potong cetakan untuk mewakili.

Kebijakan yang harus dipahami (Is verstand - red) :
Ditujukan untuk menempatkan batu-batu (batu contoh yang dibawa de Groot - red) di Museum Masyarakat dan kekayaan relatif Kota Tjandi untuk berada di tangan (dibawah naungan - red) komisi editor jurnal/majalah masyarakat.

Corn. de Groot menemukan Candi Muara Takus pada tahun 1858, melaporkannya pada tahun 1859 dan menuliskannya dalam jurnal ilmiah pada tahun 1860.

Sebagai tambahan bahwa nama Kota Tjandi kemudian dipakai untuk nama sebuah kapal "SS. Kota Tjandi". Kapal ini adalah kapal dagang milik Belanda yang dibuat tahun 1930 oleh NV Wilton´s Maschinefabriek & Scheepswerf di Kota Rotterdam. Pemilik kapal ini adalah Koninklijke Rotterdamsche Lloyd NV (W. Ruys & Zonen) yang berkantor di Rotterdam. Kapal dengan tonase 7.295 ton dan dikomandani Kapten Karel Simon Joseph Tendijck ini telah diserang dan tenggelam tanggal 30 April 1943 dalam iring-iringan kapal TS-37 oleh beberapa torpedo dari kapal tempur jenis U-Boats milik Jerman dengan Kapten U-Boats Werner Henke. Iring-iringan kapal TS 37 terdiri dari 7 kapal dan tenggelam 5 kapal termasuk Kapal Kota Tjandi.

Wisata Sejarah Penelitian-penelitian Sejarah Terhadap Candi Muara Takus

Tulisan lengkap Corn. de Groot diterjemahkan dan dipublikasikan disini @RiauMagz berjudul :
Penelitian Muara Takus - Corn. de Groot - Kota Tjandi

2. G. du Rij van Beest Holle 1879

Tulisannya berjudul “Beschrijving van de Hindoe Oudheden te Moeara Takoes, XII Kotta Kampar" (penjelasan bangunan purbakala dan zaman Hindu di Muara Takus, XII Kota Kampar), penerbit Batavia - W. Bruining - 'sHage M. Nijhoff, 1879, dimuat dalam Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Tulisannya berisi tentang arsitektur Candi Muara Takus.

Van Beest Holle juga pernah menulis tentang Kampar dalam tulisannya berjudul "Aanteekeningen betreffende de landschappen VI Kotta Pangkallan en XII Kotta Kampar". penerbit Batavia-W. Bruining - 'sHage M. Nijhoff, 1877, yang masuk dalam jurnal Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde.

3. WP. Groeneveldt, pada tahun 1879-1880

Groeneveldt yang lahir tahun 1841 dan meninggal tahun 1915, juga meneliti tentang gugusan Candi Muara Takus yang dituangkan dalam tulisan pada jurnal Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen Volume 39 (Perkumpulan Masyarakat Seni dan Ilmu Batavia).

Wisata Sejarah Penelitian-penelitian Sejarah Terhadap Candi Muara Takus

4. R.D.M Verbeck dan E. TH. Van Delden, tahun 1881

Dengan tulisan “De Hindoe Ruinen bij Moeara Takoes ann de Kampar rivier". Yang dimuat dalam jurnal Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen tahun 1881 Vol. XLI Part 3. penerbit Batavia W. Bruining & Co serta Hage M. Nijhoff 1881. Versi digital dimiliki oleh Library of the University of Michigan.

Penelitian-penelitian Sejarah Terhadap Candi Muara Takus

Tulisan Verbeek dan Delden di tulis di Batavia pada tanggal 21 September 1880 ini, merupakan kelanjutan penelitian dari tulisan WP. Groeneveldt (1880) dan diberi beberapa catatan langsung (Met aanteekeningen) oleh W.P. Groeneveldt. Judul tulisan tersebut diterjemahkan dalam bahasa Inggris menjadi "Archerological survey of the hindu-ruins at Moeara-Takoes along the Kampar-river in West-Sumatra" menurut katalog buku pada https://www.antiqbook.com/. Kemudian jurnal ini dicetak ulang oleh penerbit Batavia-Albrecht & Co., bersama 'sHage M. Nijhoff pada tahun 1913.

Tulisan Verbeek dan Delden mengacu pada literatur yang telah ditulis oleh Corn. de Groot 1860 halaman 531-533 dan G. du Ry van Beest Holle 1879 halaman 217-220.

Mengenai satu paragraf dibawah ini masih harus diteliti ulang dan kami berusaha menulis dalam artikel tersendiri dengan judul Penelitian Candi Muara Takus - Verbeek dan Delden :
Tulisan Verbeck dan Van Delden juga dilengkapi lukisan atau sketsa Candi Muara Takus yang dikerjakan oleh seorang insinyur pertambangan TH. FA. Delprat dan opzichter (pengawas) A.L. Leijdie Melville. Dalam penelitian itu, Verbeck dan Van Delden menelusuri dengan membuat jalan dari Payakumbuh menuju Candi Muara Takus. Mereka juga menemukan tembok-tembok yang mengelilingi Candi Muara Takus. Verbeek dan Delden berkesimpulan bahwa Candi Muara Takus adalah bangunan beraliran Budha.

Tulisan Verbeek dan Delden ini cukup panjang terdiri dari 19 halaman, sangat detil dengan banyak catatan kaki sebagai penjelasan.
Cek di :
https://archive.org/stream/verhandelingen10wetegoog#page/n89/mode/2up/search/de+hindoe+ruinen

Dalam tulisan tersebut, Verbeck dan Delden menulis beberapa tempat :
Moeara Takoes aan de Kampar rivier (Muara Takus di Sungai Kampar),
Pangkalan Kotta Baroe on XII Kotta Kampar (Pangkalan Koto Baru di XII Koto Kampar),
van PajaKoemboe (Payakumbuh),
van Harau (Harau),
Loeboeq-Liempato (Lubuk Limpato),
Robo en Landei (Robo dan Landei ???)
Boekit Api (Bukit Api),
Ajer-Poeti (Air Putih),
Oeloe-Ajer (Hulu Air),
Boekit Betoeng (Bukit Betung),
Sinamar (Sinamar),
Mahi (Mahi atau Mahat),
Koeantan (Kuantan),
Kotta Toea (Koto Tua),
Kotta Ranah (Koto Ranah),
Kotta Alam (Koto Alam),
Moeara-Mahi (Muara Mahat),
Poeloe Gadang (Pulau Gadang),
Tandjoeng-Alei (Tanjung Alai),
Sialkoet (Silakut),
Batoe-Besoerat (Batu Bersurat),
Benamang (Benamang),
Pangkai (Pongkai),
Soengei Takoes in de Kampar Kanan (Sungai Takus di Kampar Kanan),
Kota-Tjandi (Kota Candi),
Menangsabar (???),
Kota-barat-padang-tjandi (Kota Barat Padang Candi),
Doerian Tinggi,
Kapoer nan Sembilan en Bangkinang,
Bangkinang,
Koeamang (Panti) - (Kumang / Panti),
Tepi Larangan,
Tjandi Bongsoe (Candi Bungsu),
Tjandi Toea (Candi Tua),
Twee Palangka,
De Stoepa (Maligeh) - Candi Stupa / Mahligai,
Se-li-chu-la-wu-ni-fu-tiau-kwa,
Cheng-tien-wan-shou -- Tjan-di-bong-soe (Candi Bungsu),


Verbeck dan Delden juga menulis lirik :
Tjandi di oeloe, tjandi di ilir
oeloe di Doerian-Tinggi, di ilir di Bangkinang
dan di tengah di Moeara Takoes

Terdapat juga beberapa nama seperti :
Radja Bitjau (Bi-thiau),
Bataks,
Maharadja Djohor,
Singa-Mendjadiien,
Singa-Mendedehen,
Goenoeng Malelo,
Palembangsche,
Rau-Mandhelingsche,
Radja Pandjang Djoengoer,

5. J.W. IJzerman 1889-1893

J.W. IJzerman sebagian menulisnya namanya sebagai Yzerman juga melakukan penelitian yang dituangkan dalam dalam tulisan : "Beschrijving Van die Boeddhistische Bouwwerken te Moeara Takoes Padang", Desember 1889. Yzerman dibantu oleh TH. FA. Delprat dan A.L. Leydie Melville serta Kontroler J. van Zon dari Payakumbuh untuk mengangkut barang-barang. Yzerman berangkat dari Payakumbuh menuju Muara Takus dengan jalan yang berbeda dengan jalan yang ditempuh Verbeck dan Delden sebelumnya. Perjalanan dari Kota Baru ke daerah Batu Bersurat menggunakan kuda beban. Yzerman menyusur bagian hilir Sungai Kampar dan menggambar kondisi-kondisi di Durian Tinggi, Muara Mahat sampai Bangkinang dan menemukan bangunan-bangunan tua yang diperkirakan di daerah Limo Koto.

IJzerman menggambarkan kondisi Desa Muara Takus dahulu yaitu bahwa Muara Takus terletak di belokan atau tikungan Sungai Kampar (sama seperti kondisi sekarang) dengan areal kawasan sekitar 1,25 kilometer persegi. Terdapat jalan utama di tengah kawasan yang sekarang menuju Desa Tanjung. Di tepi-tepi jalan terdapat puing-puing bangunan-bangunan lama. Candi Muara Takus dikelilingi oleh dinding tembok empat persegi dengan ukuran 74x74 meter terbuat dari batu dengan ketinggian 1 meter. Di bagian tengah lapangan terdapat tumpukan batu dengan kayu-kayu bekas bangunan Biksu dan sepertinya untuk keperluan lain. IJzerman juga menemukan pecahan patung Singa di dekat gerbang.

Yzerman dan tim menjelaskan secara rinci :
- Stupa dari Candi Mahligai.
- Teras tinggi di sebelah timur Stupa yang disebut Candi Palangka.
- Candi Mahligai Bungsu (Candi Bungsu) dengan lebih luas yang terdapat batas antara batu bata dan batu pasir.
- Candi Tua/Tuo.

Dijelaskan juga oleh Yzerman bahwa terdapat batu dengan ukiran daun oval dan relief-relief yang mengelilinginya dengan ukuran batu atau batu bata panjang 23-26 cm, lebar 14-15,5 cm, dan 3,5-4,5 cm.

Kami (Riaumagz) menemukan 2 penulisan nama yaitu IJerman dan Yzerman.

6. S. Kalff, Mei 1920

Kalf menulis sebuah jurnal berjudul "SUMATRAANSCHE OUDHEDEN" yang diterbitkan pada bulan Mei 1920 di Jurnal Nederlands-Indie Oud & Nieuw. 5e JAARG. AFL 1 pada halaman 5-15.

http://colonialarchitecture.eu/islandora/object/uuid%3Ab1a528f3-3104-42fb-a94c-987c2c12c04b/datastream/PDF/view

Kalff menulis bahwa banyak candi beraliran Hindu-Jawa termasuk juga yang ditemukan di Muara Takus di Sungai Kampar Kanan sebuah candi yang belum bisa ditentukan usianya dengan skrip prasasti Nagari dengan huruf Mahajan. Lebih lanjut Kalff menjelaskan bahwa Candi Muara Takus ini ditemukan tahun 1858 oleh seorang insiyur pertambangan bernama C. de Groot dalam penelitian eksplorasi geologi sepanjang Sungai Kampar Kanan. De Groot menamakan kawasan itu sebagai Kotta Tjandi (Kota Candi).

Dalam tulisan tersebut Kalff juga menerangkan tentang penelitian-penelitian sebelumnya baik ketika De Groot menemukan reruntuhan candi dengan pondok-pondok bambu yang bertingkat serta kemudian De Groot membuat gambar sketsa dan deskripsi singkat. Gambaran sketsa De Groot kemudian diperbaiki oleh G. du Ry v. Beest Holle sedangkan deskripsi ditambahkan oleh Verbeek dan Van Delden.

Diterangkan lebih lanjut oleh Kalff tentang J.W. IJzerman pada tahun 1889, menyelidiki ulang reruntuhan tersebut. IJzerman dibantu oleh Engineer Delprat dan J. van Zon (Controller di Fort de Kock / Bukittinggi). Menurutnya, IJzerman adalah yang pertama memberi penjelasan rinci secara terang, dengan dilengkapi peta situasi dan peta kawasan (situatie-kaartenen plattegrond-eekeningen).

Tulisan S. Kalff halaman 7
Wisata Sejarah Penelitian-penelitian Sejarah Terhadap Candi Muara Takus

7. N.J. Krom 1912, 1923

Nicolaas Johannes Krom lahir di Hertogenbosch 5 September 1883 dan menulis tentang Muara Takus pada tahun 1923 berjudul "Hindoe-Javaansche Kunst", terbitan Gravenhage : M. Nijhoff. Kemudian N.J. Krom juga menulis tentang Hindu dalam buku yang telah direvisi berjudul "Hindoe-Javaansche Geschiedenis" (2nd revised Ed.), terbitan Gravenhage : M. Nijhoff.

Tulisan lainnya di awal adalah "Oudheidkundig Verslag" (Archaeological Report) pada tahun 1912 yang dibantu oleh Louis C. Westenenk seorang Assistent Resident di Fort de Kock (sekarang Bukittinggi). Krom telah banyak meneliti dan menulis tentang arkeologi dan dari berbagai tulisan-tulisannya tersebut, Kromm menyimpulkan bahwa Candi Muara Takus dibangun pada jaman Kerajaan Sriwijaya. Tercatat bahwa Krom telah meneliti 24 prasasti/naskah kuno dan 31 situs tua mulai dari Padang Roco sampai ke Muara Takus. Krom berpendapat bahwa menurut huruf dari tulisan di Muara Takus berasal abad VIII, yang hampir sama dengan tulisan di Candi Kalasan dan Ligor. Krom juga menyampaikan dari berita China bahwa Candi Bungsu disebut sebagai Chang T’ien Wan Shou.

8. J.L. Moens 1924

J.L. Moens, di tahun 1924 dalam tulisannya "Het Buddhisme op Java en Sumatra in zijn laatste bloeiperiode", (Buddhisme di Jawa dan Sumatra dalam Masa Kejayaannya Terakhir - Terjemahan Karangan-karangan Belanda #37), Penerbit Bhratara. Jakarta, 1974. Koleksi Perpustakaan Museum Pusat, BT- 3401 no. 37. Selain itu, J.L. Moens pada tahun 1937 juga membuat tulisan yang berjudul "Crivijaya, Java en Kataha" (Srīvijaya, Yāva en Katāha), terbitan TBG, LXXVII.

TBG = Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen

Moens berpendapat bahwa Muara Takus adalah pusat Kerajaan Sriwijaya pada abad ke VII. Kawasan ini memiliki 7 bangunan yang dibuat tidak serentak. Langgam Candi Muara Takus ini memiliki kemiripan dengan candi-candi dari Dinasti Caelendra (Syailendra) di Jawa Tengah yang saat itu memerintah Sriwijaya.

9. F.D.K. Bosch 1925, 1930, 1946

Sangat banyak tulisan Bosch, tetapi yang khusus berhubungan dengan Muara Takus adalah tentang masuknya agama Hindu ke Indonesia, termasuk di Sumatera. Bosch dalam tulisannya tahun 1925 berjudul "Een Oorkonde vann het Groot Kloster van Nalanda", terbitan TBG Vol. 65 menyatakan bahwa keberadaan arca-arca berlanggam Sailendra dapat dimungkinkan karena pada sekitar abad ke 8-9 Masehi, keluarga Sailendra yang berkuasa di Tanah Jawa juga berkuasa di Sumatera. Menurut beberapa sarjana, salah seorang keluarga Sailendra yaitu Balaputra menyingkir ke Swarnnadwipa karena berselisih dengan saudara iparnya Rakai Pikatan yang kawin dengan Pramodawardhani yang menduduki tahta Mataram. Balaputra meninggalkan Tanah Jawa tidak sendirian, tetapi membawa pengikut yang sebagiannya mungkin adalah pemahat arca dan pandai logam. Di Sumatera mereka membuat arca sesuai dengan kebiasaannya ketika masih di Tanah Jawa.

Pada tahun 1930, Bosch berpendapat bahwa Candi Muara Takus dibangun pada abad XII dalam tulisannya "Criwijaya, Cailendra dan Sanjayawamsa". Tulisan ini diterbitkan ulang pada tahun 1975 oleh Penerbit Bharata. Jakarta. Sebelumnya Bosch membuat tulisan berjudul "Verslag van een Reis door Sumatra" dalam Oudheidkundig Verslag 1930, OV 1931 Bijlage C.

Selain itu, Bosch juga menulis "Het vraagstuk van de Hindo-ekolonisatie van der archipel" yang diterbitkan di Leiden tahun 1946. Tulisan Bosch ini kemudian diterjemahkan menjadi "Masalah Penyebaran Kebudayaan Hindu di Kepulauan Indonesia" yang diterbitkan di Jakarta tahun 1974.

10. F.M. Schnitger April 1935

Schnitger menulis "Oudheidkundige Vondsten in Palembaug (Palembang)" (Penemuan Arkeologi di Palembang) terbitan Ford de Kock tahun 1935 yang didalamnya terdapat tulisan "Vondsten te Moeara Takoes" (Penemuan Muara Takus) di halaman 7 dan 8. Kemudian ditemukan nama pengarang yang sama dengan judul buku "Vondsten te Moeara Takoes" terbitan TBG, LXXVI, 1936.

Kemudian tulisan Schnitger telah juga disadur dalam bahasa Perancis dan dimuat dalam Bulletin de l'Ecole française d'Extrême-Orient Année 1935 Volume 35 Numéro 1 pp. 378-38. Berbagai tulisan lain menyatakan bahwa Schnitger datang ke Muara Takus beberapa kali sebelum 1935, lalu 1937 dan 1939.

Tulisan Schnitger juga ditemukan dalam koleksi naskah yang telah didigitalkan pada perpustakaan Central Archaeological Library, dibawah naungan Department of Archaeology milik Government of India dengan nomor panggil perpustakaan 901.05 Tij 32006 pada halaman 331-333 dalam buku yang berjudul :
TIJDSCHRIFT VOOR INDISCHE TAAL-, LAND-EN VOLKENKUNDE
UITGEGEVEN DOOR HET
KONINKLIJK BATAVIAASCH GENOOTSCHAP VAN KUNSTEN
= EN WETENSCHAPPEN =
DEEL LXXVI
1936

Sketsa Candi Muara Takus oleh F.M. Schnitger April 1935.
Wisata Sejarah Penelitian-penelitian Sejarah Terhadap Candi Muara Takus
https://ia601900.us.archive.org/0/items/in.ernet.dli.2015.56461/2015.56461.Indische-Taal-Land-en-Volkenkunde-Deel76_text.pdf

Dituliskan bahwa Pada bulan April 1935, penulis (F.M. Schnitger) membongkar dasar alun-alun stoepa di Moeara Takoes dan ditemukan :
  1. Poort in den noordelijken ringmuur, recht tegenover den torentempel, zijnde een 16-hoek van ongeveer 8.80 X 16.00 M., met den langsten kant Noord-Zuid ; niet geheel symmetrisch ; baksteen.
  2. Tjandi IJzerman, ten Oosten van tjandi Toea, 10 meter van de trap af ; ongeveer 13.20 X 13.60 M., langste kant Noord-Zuid ; op het Oosten een uitsprong van 3.13 x 4.00 M.; zandsteen.
  3. Tjandi van Erp, onmiddellijk ten Zuiden van de voorafgaande, 5.75 M. in het vierkant ; zandsteen.

Terjemahan bebas :
  1. Gerbang di dinding ring/tembok utara, tepat di seberang candi menara, berada di sudut 16 kira-kira 8,80 X 16.00 M., dengan arah utara-selatan terpanjang; tidak sepenuhnya simetris; batu bata
  2. Tjandi IJzerman, sebelah timur Tjandi Toea, 10 meter menuruni tangga; sekitar 13,20 X 13,60 M., terpanjang di utara-selatan; di timur lompatan 3,13 x 4,00 M; batu pasir
  3. Tjandi van Erp, segera ke selatan dari hal di atas, 5,75 M. dalam bentuk persegi; batu pasir

Schnitger berpendapat bahwa Candi Muara Takus dibangun abad ke XI.

Tulisan lengkap F.M. Schnitger dapat dibaca disini : Sejarah Candi Muara Takus The Forgotten Kingdoms in Sumatera. Terjemahan tulisan Schnitger ini berjudul Forgotten Kingdom in Sumatra diterbitkan tahun 1964 di Leiden oleh E.J. Brill.

Tulisan Schnitger lainnya yang patut dibaca adalah Oudheidkundige Vondsten in Padang Lawas oleh F.M. Schnitger, Conservator van het Museum te Palembang yang diterbitkan di Leiden oleh E.J. Brill 1936. Khususnya pada bagian Opmerkingen halaman 39 dan 40.

Selain itu patut dibaca tulisan FM. Schnitger berjudul :
  1. Hindoe-Oudheden aan de Batang Hari, Leiden, EJ. Brill, 1936.
  2. Oudheidkundige Vondsten in Padang Lawas, Leiden, EJ. Brill, 1936.
  3. The Archaelogy of Hindoo Sumatra, Leiden, EJ. Brill, 1937.

11. Bernard H.M. Vlekke, 1943

Tulisannya diterjemahkan menjadi "Nusantara, Sejarah Indonesia" yang edisi pertamanya terbit tahun 1943. Dia mulai ditulis sejak 1941 beberapa bulan sebelum penyerangan Pearl Harbour. Penulis tinggal di Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat dimana pada saat itu Amerika telah menyadari bahwa kawasan Asia Tenggara merupakan wilayah strategis dan ekonomis bagi kepentingan pertahanan Amerika Serikat. Bahan tulisan Bernard banyak didapat dari buku dan majalah koleksi dari Harvard University.

Pada edisi revisi buku Bernard ini mendapat bahan tulisan lain berupa buku, majalah artikel yang beredar tahun 1945 sampai 1958 dan bantuan dari Prof. C.C. Berg dari Universitas Leiden yang sangat mengerti dan memiliki pengetahuan mendalam tentang berbagai bahasa dan budaya di Indonesia. Buku edisi revisi ini berisi sejarah Indonesia secara umum dengan perspektif komprehensif. Walaupun ada buku tentang sejarah Nusantara yang lebih lengkap lagi karangan Eduard Servaas de Klerek berjudul History of Netherlands East Indies
https://books.google.co.id/books?id=aY-ohLcYdhQC&pg=PA453&lpg=PA453&dq=Crivijaya,+Java+en+Kataha&source=bl&ots=D1TQnxE1S-&sig=RldUKTdinkEkrklNDBkG_3DDZt4&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=onepage&q=Crivijaya%2C%20Java%20en%20Kataha&f=false

12. A.J. Bernett Kempers 1959

Dalam bukunya "Ancient Indonesian Art", terbitan Harvard University Press, Cambridge, Massachusetts, 1959. Dr. August Johan Bernet Kempers lahir di Holland tahun 1906 dan menghabiskan waktunya selama 50 tahun di Indonesia, dari 1906 sampai 1956. Selama di Indonesia, dia bekerja sebagai pustakawan di Royal Batavian Society (Jakarta Museum), kemudian sebagai professor di Cultural History and Archaeology di Jakarta dan Yogyakarta. Selain itu, Kempers juga bertugas sebagai Director of the Archaeological Service of Indonesia.

Pada 1956, Dr. Bernet Kempers dan istrinya kembali ke Netherlands (Belanda) dan bekerja di Indonesian and European Studies. Antara tahun 1958 sampai 1971, Dr. Bernet Kempers bertugas sebagai Director of the Netherlands Open Air Museum di Arnhem, dan sekaligus sebagai Professor of European Ethnology at the University of Amsterdam. Antara tahun 1970 dan 1984 dia kembali mengunjungi Indonesia (termasuk Bali) sehubungan dengan penelitiannya tentang bangunan kuno dan penyelamatan arkeologi.

Dr. Bernet Kempers banyak mempublikasikan berbagai buku dan tulisan tentang arkeologi Indonesia termasuk buku : Ancient Indonesian Art (1959), Ageless Borobudur (1976), Herstel in Eigen Waarde (on the preservation of Indonesian antiquities, 1978), The Kettledrums of Southeast Asia (1988), dan Monumental Bali (Holland, 1978, buku ini direvisi dan diperluas serta dicetak berwarna pada tahun 1991).

13. Dr. Bennet Bronson 1973

Dr Bennet, sependapat dengan Schnitger bahwa situs purbakala Candi Muara Takus dibangun sekitar abad XI atau XII hal ini karena berdasarkan pada penelitiannya terhadap struktur batu bahan utama candi di tahun 1973. Pendapat ini disampaikan Bennet dalam "Laporan Penelitian Arkeologi di Sumatera", yang dibuat 20 Mei-8 Juli 1973. Penelitian dilakukan oleh Lembaga Purbakala Dan Peninggalan Nasional Indonesia bekerjasama dengan The University of Pennsylvania Museum, Philadelphia - Amerika.

Dalam penelitian tersebut, Bennet bekerjasama dengan Basoeki, Machi Suhadi, dan Jan Wisseman. Mereka melakukan penelitian dan penggalian pada pagar keliling kawasan Candi Muara Takus dan kawasan sekitarnya. Dari hasil penggalian Bennet tersebut ditemukan keramik yang umurnya lebih tua dari masa Dinasty Yuan Ming dan Ching yaitu antara abad XIII dan XIX.

Hasil penggalian Bennet dan kawan-kawan selanjutnya ditemukan pula sisa-sisa bangunan dari bata yang yang terdapat diluar komplek. Kemudian ditemukan juga Pragmen yang terbuat dari perunggu dengan tulisan Nagari yang berasal dari abad XII yang dapat dihubungkan dengan masa Pemerintahan Raja Karta Negara dengan ekspedisi Pamaiayunya.

Bennet dkk., melaporkan juga tentang kondisi Candi Muara Takus sebagai berikut : "Sangat disayangkan, sesudah kunjungan Schnitger tahun 1930, penduduk mengambil batu bata dan batu-batu candi untuk membangun rumah mereka sebagai umpak, tangga pintu, serta tungku perapian perusahaan minyak nilam." Pernyataan ini juga disadur oleh Sukawati Susetyo dalam tulisan "Periodisasi Candi Simangambat : Tinjauan Terhadap Beberapa Temuan Ragam Hias Candi". Sukawati adalah seorang peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional. Tulisannya ini berada dalam AMERTA : Jurnal Peneliti dan Pengembangan Arkeologi (Journal of Archaeological Research and Development) Vol. 29 No. 2 pada Desember 2011 ISSN 0125-1324 yang diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional dibawah naungan Badan Pengembangan Sumberdaya Kebudayaan dan Pariwisata pada Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

Selain itu, tulisan Bennet Bronson yang patut juga dibaca "A lost kingdom mislaid : a short report on the search for Srivijaya.", Bulletin, terbitan Field Museum of Natural History, 1975.

14. W.J.D.v Meulen

Perkataan Kalanka sama dengan kalanka, yaitu kala = waktu, lanka = liku, ukiran, tanda dsb. Jadi mungkin Katangka sebagai Kerajaan yang masa Sriwijaya sebagai wilayahnya dan setrusnya sebagai ibu Kota.

Cek disini :
http://pandangdunialebihbijak.blogspot.co.id/2010/05/kompleks-candi-muara-takus.html

https://fib.unilak.ac.id/web/detailberita/306
Alamat diatas ditulis oleh Prof. Suwardi Ms tentang BERBAGAI JULUKAN KOMPLEKS STUPA MUARA TAKUS yang berisi tentang Pandangan/Kajian Para Pakar Tentang Muara Takus, baik dari Drs. Soekmono, Prof.Purbatjaraka dalam bukunya Riwayat Indonesia, tulisan dari Bambang Budi Utomo, dkk, dalam buku: Riau Pada Masa Klasik Indonesia, 2012:6-32, maupun beberapa peneliti Belanda yang kami sebutkan dalam tulisan ini.

15. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1977-1978, 1983-1984, 1988-1990, 1996

Riwayat pemugaran yang dilakukan oleh Pemerintah Republik Indonesia berdasarkan Laporan Hasil Pemugaran dan Temuan Benda Cagar Budaya PJP I (Pembangunan Jangka Panjang Pertama) dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1996 :
  • Candi Mahligai dipugar 3 kali yaitu tahun 1977-1978 dan 1983-1984 serta 1988-1990 melalui Proyek Pembinaan dan Pemeliharaan Sejarah dan Purbakala Riau dan Proyek Pemugaran dan Pemeliharaan Peninggalan Sejarah Riau dan Purbakala.
  • Candi Bungsu tahun 1988-1990 melalui Proyek Pelestarian/Pemanfaatan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Riau.
  • Candi Tua tahun 1990-1991 dan 1993-1994 melalui Proyek Pelestarian/Pemanfaatan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Riau.

Pusat Penelitian dan Peninggalan Purbakala Nasional, I-Tsing (671 M), Chia-Tan, Abu laid dan Abu Fida, Tim Peneliti dan Penulisan Sejarah Riau (1975), Pendapat yang dikemukakan oleh Utusan Budha manca negara antara lain: Roseemary Paton (Canada), Mrs. Lan Tjoa (Nederland), Dagpo Rinpoche (Perancis), Dagpo Tulko Jhampa Gyamtshog (Perancis), Bagoes Atmajaya (Indonesia),Endrou Hartanto ( Malaysia), Seorang lagi dari negeri Tibet.

16. Timbul Haryono 1986

Menuliskan dengan judul "Relief dan Patung Singa Pada Candi-Candi Periode Jawa Tengah : Penelitian Atas Fungsi dan Pengertiannya" pada Laporan Penelitian yang telah dilakukannya dan dipublikasikan di Yogyakarta pada tahun 1986.

17. Suaka PSP Prov. Sumbar dan Riau. 1995

Menuliskan artikel ilmiah dalam Buletin Arkeologi AMOGHAPASA yang dipublikasikan di Batusangkar, Sumatera Barat.

18. Balai Arkeologi Medan 1998

Memuat artikel ilmiah yang termaktub dalam Berkala Arkeologi SANGKHAKALA di tahun 1998.

19. Sutopo, Marsis 2001

Menulis Thesis S2 jurusan Lingkungan UGM di tahun 2001 berjudul "Pengembangan ekowisata di sekitar kompleks percandian Muaratakus :: Studi kasus di desa Muaratakus, Kecamatan XII Koto Kampar Kabupaten Kampar Propinsi Riau" atas bimbingan Prof.Dr. Sutikno

20. Febrianti, Harlia 2008

Menulis Thesis di tahun 2008 berjudul "Persepsi dan respon pemerintah dan pelaku pariwisata terhadap keberadaan candi Muara Takus sebagai sumber daya wisata di Riau" atas bimbingan Ir. Sudaryono, M.Eng., Ph.D.
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=37303&obyek_id=4

21. Wiwik Dwi Serlan H. 2011

Menulis Skripsi berjudul "PERENCANAAN LANSKAP CANDI MUARA TAKUS SEBAGAI OBJEK WISATA BUDAYA DALAM UPAYA PELESTARIAN KAWASAN" yang diterbitkan oleh Departemen Arsitektur Lanskap pada Institut Pertanian Bogor di tahun 2011

Cek di
http://www.attayaya.net/2012/04/candi-muara-takus-wisata-riau.html
http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/64288/1/A11wds.pdf

22. Sujaryanto 2014

Menulis skripsi pada tahun 1435 H/2014 M dengan judul "ANALISIS PERAN PEMERINTAH DALAM MENGEMBANGKAN CANDI MUARATAKUS SEBAGAI OBJEK PARIWISATA DI KABUPATEN KAMPAR". Sujaryanto adalah mahasiswa S1 pada JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA, FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU - PEKANBARU
repository.uin-suska.ac.id/4186/1/fm.pdf

23. Sri Rahayu 2015

Menulis skripsi di tahun 2015 berjudul "KEANEKARAGAMAN LUMUT DI CANDI MUARA TAKUS, RIAU" dengan bimbingan Drs. Heri Sujadmiko, M. Si. pada Fakultas Biologi UGM. Tulisan skripsi ini dimuat dalam Electronis Theses and Dissertations - Universitas Gadjah Mada 2015.
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=91242&obyek_id=4

24. Eka Anggia Anglan 2017

Menulis sebuah jurnal ilmiah di tahun 2017 berjudul "PENGEMBANGAN OBJEK WISATA CANDI MUARA TAKUS DI KABUPATEN KAMPAR" atas bimbingan Rosyetti dan Mardiana. Tulisan ini dimuat di Jurnal Online Mahasiswa - Fakultas Ekonomi - Universitas Riau.
http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFEKON/article/view/12174

=====

Begitu banyak penelitian-penelitian Candi Muara Takus yang telah dilakukan dan dituang dan dipublikasikan dalam bentuk skripsi, jurnal ilmiah, makalah, bahan seminar sampai thesis yang semua sangat bermanfaat dan digunakan dalam penelusuran Sejarah Candi Muara Takus di Kabupaten Kampar - Riau. Semuanya dapat menjadi bukti dan dokumen/arsip sejarah dari masa ke masa tentang keadaan Candi Muara Takus.

[RiauMagz | Wisata Riau | Wisata Sejarah | Sejarah Candi Muara Takus | Wisata Kampar]