Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Celana Tak Berpisak: Menjaga Marwah Negeri

Celana Tak Berpisak: Griven Menjaga Marwah Negeri

RiauMagz.com - Celana Tak Berpisak: Sebuah Amarah yang Estetis - Bagi orang Riau, nama Griven H. Putera bukan lagi nama yang asing. Sosok yang dikenal dengan karya-karya Melayu dan keislamannya ini baru-baru ini merilis buku terbarunya berjudul ‘Celana tak Berpisak'.

Sekilas orang mengira, judul ini merupakan judul sebuah karya fiksi, semacam cerpen atau puisi. Namun, faktanya pria yang setiap Jumat rutin mengisi kolom di Koran Riau ini mengumpulkan tulisan-tulisan opininya di media sejak tahun 2004 hingga 2018. Kumpulan esai tersebut ia sajikan dalam sebuah buku berjudul ‘Celana tak Berpisak'.

Judul ini diangkat dari salah satu judul esai yang ada di dalam buku. Tulisan esai berjudul ‘Celana tak Berpisak’ dianggap memiliki magnet kuat baik secara bahasa maupun pesan moral yang ingin disampaikan.

Griven dikenal sebagai sosok yang idealis dan mengusung nilai-nilai religi dalam karyanya. Tetapi kali ini, ia bahkan berbicara lebih luas di dalam buku tersebut. Bukan hanya tentang agama, ia juga menyoroti tentang Melayu, Islam dan kehidupan Indonesia dengan bahasa-bahasa metafora yang begitu kaya.

Isi Buku Celana Tak Berpisak Karya Griven H. Putra
Pertama kali melihat tampilan buku ini, kita bisa berdecak kagum, betapa tulisan yang dibuat setiap pekan oleh penulisnya, akhirnya kini menjadi sebuah buku setebal 589 halaman. Cukup tebal dengan berbagai tema di dalamnya. Tetapi secara umum, Griven membicarakan tentang Melayu, Islam, dan Indonesia. Apa saja isi yang terkandung dalam buku kumpulan esai Celana tak Berpisak? Berikut ini di antaranya:
  1. Marwah Melayu
    Griven dikenal kritis dan peduli dengan Melayu. Melayu bukan hanya berarti Riau, tetapi juga Indonesia. Dalam esai berjudul ‘Celana tak Berpisak’ penulis buku ini sebenarnya menyampaikan kritik keras kepada pemerintah Indonesia yang membiarkan kekayaan pulaunya diklaim sepihak oleh negara tetangga. Dan ini menjadikan kegeraman (bahkan marah) yang sangat bagi penulis. Marwah Melayu adalah tentang harga diri. Tegas dan dihormati negara lain sepertinya masih jauh di negara kita, menurut persepsi penulis.
  2. Indonesia dan Kita
    Orang Melayu adalah orang yang paling cinta dengan Indonesia. Bukan hanya bahasanya yang diberikan untuk Indonesia, bahkan harta dan tanah kerajaannya pun diberikan untuk bergabung dengan Indonesia (pada masa Sultan Syarif Kasim II). Ini pulalah yang ingin disampaikan penulis pada esai-esainya yang lain. Beragam hal-hal kontemporer yang terjadi dalam rentang tahun 2004 hingga 2018 disoroti penulis dalam tulisan-tulisannya.
  3. Islam dan Akhlak
    Dalam beberapa esai yang ia tulis dalam ‘Celana tak Berpisak’, Griven memberikan kritikan keras terhadap tradisi mengemis jabatan di beberapa birokrat yang ada. Budaya mengemis jabatan, berani membayar jabatan menjadi hal yang sangat membuat penulis resah dan menuangkannya dalam karya tulis dengan balutan diksi-diksi yang lebih halus.

Soal Istilah Celana tak Berpisak, Inilah Maknanya
Salah satu hal yang membuat orang penasaran pada buku terbitan Penerbit Meja Tamu, Sidoarjo ini adalah makna dari judul yang dipakai. Celana tak Berpisak merupakan istilah yang diangkat dari bahasa lokal Pelalawan, Riau. Celana yang tidak dijahit sehingga menyerupai rok kaum wanita. Maksunya, seseorang yang kehilangan marwah kejantanannya dan lebih mirip wanita.

Ungkapan sindiran ini dipilih Griven sebagai judul dari bukunya, yang juga merupakan judul dari salah satu esai dalam buku tersebut. Judul ini merupakan metafor yang sangat indah. Kemarahan pada perasaan seorang penulis bisa diwakilkan dengan istilah yang idiomatis. Dan inilah yang ditemukan pada buku Celana tak Berpisak.

Pemilihan diksi dan metafor yang indah untuk penggunaan judul tersebut dipengaruhi kondisi sosiologi penulis yang memang memiliki latar belakang Melayu yang kuat. Melayu memang kaya dengan simbol, sesuatu yang kasar bisa dibalut dengan diksi yang sopan dan lebih beradab.

Apa yang ditulis Griven dalam buku ini, adalah mewakili segala sikap dan pikirannya. Sehingga cukup bisa dinikmati oleh pembaca. Pembaca yang mungkin tidak tahu peristiwa-peristiwa actual di Riau dan Indonesia pada rentang tahun 2004 hingga 2018, buku ini cukup menjadi referensi dalam mencari informasi.

Buku kumpulan esai Celana tak Berpisak karya Griven H Putera pertama kali dicetak pada Desember 2018. Buat orang Riau sangat pantas membaca dan mengoleksi buku sastrawan asal Pelalawan tersebut.


RiauMagz, Wisata Riau, Budaya Riau