Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Taman Kota Pekanbaru: dari Kecil hingga Tua

Taman Kota Pekanbaru: dari Kecil hingga Tua

Pertengahan minggu ini merupakan hari biru (blue day), hari yang sedih . Entah mengapa sebuah ketidaksengajaan yang aneh, saya menyebutnya takdir, membawa saya ke taman kota Pekanbaru. Jam 11 siang. Bukan weekend dan hari sibuk. Saya berpikir, jam segini siapa yang ada di taman? Jika bukan orang kurang kerjaan atau memang lagi tidak kerja pastilah orang yang sedang terdampar seperti saya. Atau yang lagi sial aja. Peace!

Taman Kota Pekanbaru

Singkat cerita, saya berusaha untuk menjadikan hari itu tidak benar-benar buruk. Setelah larak lirik kanan kiri, ternyata taman asri dibilangan Jalan Diponegoro itu tidak sesepi yang saya pikir. Taman yang berseberangan dengan Hutan Kota Pekanbaru ini memiliki banyak aktivitas yang terjadi sesiang itu. Pandangan pertama saya tertuju pada seseorang di tengah kolam. Kolam itu berbentuk elips dengan air yang nyaris tidak mengalir. Namun cukup bersih. Tidak ada sampah yang mengambang di atas permukaan air. Meski sekilas dari airnya yang keruh akan mudah tertebak bahwa kolam itu pernah atau sering mengalami sedimentasi.

Orang itu memakai seragam orange. Seragam Dinas Kebersihan dan Pertamanan. Naluri kepo memaksa kaki saya melangkah ke arahnya.

Setelah terjadi obrolan singkat, saya tahu dia bernama Juwanto (35 tahun). Bapak satu anak itu bekerja sebagai petugas kebersihan khusus untuk taman kota tersebut. Tugasnya adalah memastikan seluruh kawasan taman kota bersih. Sengatan matahari menjelang siang seolah bukan hal besar buat dia. Dengan tekun ia terus mengais sampah, setelah sampannya penuh ia menepi dan membuang isinya di pinggir kolam yang disemen.

"Saya mulai bekerja pagi sekitar jam 7 sampai selesai. Biasanya jam 12 sudah selesai pekerjaan saya," tutur pria yang mengaku mendapat gaji Rp 59.500 per hari tersebut.

Sayangnya Juwanto tidak bisa ngobrol berlama-lama karena ia harus bekerja. Setelah permisi ia dengan cekatan menaiki sampan kecilnya menuju tengah kolam. Tak lama ia pun mulai asyik mengais-ngais sampah dari dasar kolam, dan memasukkan ke dalam sampan yang separuhnya tergenang air.

Saya pun melanjutkan berkeliling Taman Kota Pekanbaru. Tak lama kemudian perhatian saya tertuju pada sekelompok anak-anak kecil. (Setelah sebelumnya mengabaikan sepasang sejoli yang sedang bercengkrama). Mereka berseragam sekolah dengan tulisan Rumah Dzakat di punggungnya. Saya mendekati kelompok tersebut. Dan bertanya pada seorang wanita muda berjilbab yang duduk tidak jauh dari mereka. Ternyata ia seorang guru. Dan anak-anak kecil itu adalah siswa-siswanya.

"Kami dari SD Juara," ucap wanita yang bernama Amelia Safitri tersebut. Kami sedang mengadakan outbond untuk siswa-siswa kelas enam. Ini dalam rangka refreshing di Taman Kota Pekanbaru karena mereka akan menghadapi Ujian Nasional alias UN, tambahnya.

SD Juara adalah SD binaan Rumah Dzakat. SD yang beralamat di Jalan Warta Sari No. 9 Pekanbaru itu memberikan pendidikan gratis untuk anak-anak dhuafa.

Siapa saja boleh mengenyam pendidikan di SD Juara asalkan ia menyatakan diri tidak mampu. Hal itu ditandai dengan surat keterangan dari Ketua RT tempat domisili, wawancara orang tua atau wali dan survey yang dilakukan oleh tim SD Juara ke rumah calon siswa. Saat ini SD Juara telah punya satu angkatan alumni. Sekolah ini juga telah punya SMP sendiri.

"Kami memilih taman kota karena tempatnya yang asri, mudah dijangkau, bersih dan fasilitas umumnya lengkap," jelas Amelia ketika ditanya mengapa memilih outbond di taman kota. Fasilitas umum taman kota Pekanbaru memang tergolong lengkap, seperti toilet, mushola dan air bersih. Sehingga tidak aneh jika 15 orang siswa SD Juara yang mengikuti outbond kreasi sekolah mereka itu tampak enjoy dan ceria.

Perbincangan saya dengan Bu Guru Amelia Safitri pun harus berakhir, sebab mereka harus makan siang. Saya pun berpindah tempat menuju jogging track. Di sana ada ibu-ibu yang sedang sibuk membahas sesuatu. Ketertarikan saya pada kelompok tersebut karena sayup-sayup terdengar mereka mendendangkan lagu Indonesia Raya. Lengkap dengan dirigennya.

"Kami sedang latihan untuk paduan suara dalam rangka kegiatan tahunan pawai dan panggung gembira anak-anak RA," jawab Mulyar Sandra, ketua Kelompok Kerja Kepala Raudhatul Athfal (K3RA).

RA adalah akronim dari Raudhatul Athfal. Itu adalah jenis pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) dengan konsep islami. Di Pekanbaru RA telah ada sejak lima tahun lalu. Jika TK biasa punya kurikulum standart nasional, maka RA punya tambahan kurikulum yaitu Pendidikan Agama Islam.

"Jalur pendidikan untuk anak-anak RA adalah Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasyah Tsanawiyah (MTs), dan Madrasyah Aliyah (MA),". tambah Ibu yang juga kepala sekolah itu.

Jika TK berada di bawah payung Kementrian Pendidikan, maka RA berada di bawah wewenang Kementerian Keagamaan. Pada dasarnya konsep TK dan RA sama. Hanya saja, RA lebih lengkap dengan kurikulum agama islamnya. Saat ini ada 60 RA di seluruh Riau. 25-nya ada di Pekanbaru. Sisanya tersebar dibeberapa kecamatan.

Jadi TK yang berkonsep RA ini punya kegiata annual yang diberi nama Pawai dan Panggung Ceria Anak-Anak RA. Tahun ini diselenggarakan pada tanggal 30 April di Kementerian Agama Kota Pekanbaru. Pada hari itu kegiatan yang dilaksanakan antara lain, aneka lomba untuk anak-anak RA, guru dan wali siswa. Kemudian berlanjut 2 Mei diadakan seminar sehari di Aula Pusat Pengelolaan Eco Regional Sumatera (PPES). Dan, penutupan acara dilaksanakan tanggal 4 Mei di Lotte Mart Pekanbaru.

“Kami memilih tempat berkumpul di taman kota ini karena aksesnya yang mudah. Para panitia penyelenggara kegiatan yang akan kami adakan nanti, lokasi rumah mereka jauh-jauh. Ada yang dari rumbai, panam, pandau dan kulim. Saya sendiri berasal dari Rumbai. Jadi kita janjian di sini. Lebih hemat, praktis, dan bisa santai-santai,” ungkap Mulyar.

Begitulah petualangan singkat saya di Taman Kota Pekanbaru. Tempat yang kadang kita underestimate ternyata menyimpan berbagai kesibukan, informasi baru dan teman-teman baru. Hari saya yang biru mendadak menjadi merah, kuning, hijau, seperti pelangi. Karena Tuhan mempertemukan saya dengan Juwanto. Sosok ringkih dibalik kebersihan taman kota. Para pengunjung dengan beragam tujuan dan aktivitas. Jadi siapa bilang Tamkot alias Taman Kota Pekanbaru cuma tempat pacaran. Ketemuan di sana yuk! Oiya... di depannya ada juga Taman Kota Thamrin yang terletak di Jalan Thamrin.(IVIT IS)

Catatan Blogger Mei 2013
[RiauMagz Wisata Riau]