Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Sijobang "Buwuong Gasiong" - Warisan Budaya Tak Benda Riau


Sijobang Buwuong Gasiong telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Provinsi Riau diserahkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang sertifikatnya diserahkan kepada Gubernur Riau di Gedung Keseninan Jakarta pada tanggal 4 Oktober 2017

SIJOBANG adalah nama suatu bentuk seni pertunjukan tradisional Teater Tutur. Pelakonnya merangkap penutur dibawakan 1 (satu) orang. Pertunjukan Sijobang ini dahulunya diadakan pada malam-malam persiapan perhelatan perkawinan sengaja dijemput guna menghibur keluarga tuan rumah dan tetangga yang yang telah penat bekerja siang hari. Pertunjukan ini di mulai ditengah rumah pukul 22.00 hingga pukul 04.00 wib.

Penutur membawakan cerita dengan bertutur dan bersenandung dalam keadan berdiri dan duduk. Penutur menggunakan tubuh, kedua tangan dan wajah dan nada suaranya dalam mengeskspressikan karakter alur cerita yang dibawakan. Pada masa dahulu basijobang dibuka dengan upacara sakral selamatan dengan pemotongan ayam putih untuk meminta izin kepada yang gaib.


Cerita yang dibawakan dari legenda yang ada dalam masyarakat setempat. Judul yang dibawakan tergantung permintaan tuan rumah. Yang populer saat itu ialah Cerita Buwong Gasiong. Cerita Buwuong Gasiong penuh dengan teladan, pesan, nasihat, makna filosofi kehidupan. Menggunakan bahasa melayu dialeg Limo Koto Kampar dengan gaya bahasa, prosa liris, pantun, hirbola.

Buwuong Gasiong adalah nama seorantg gadis muda, cantik, cerdas dan cekatan. Dia adalah puteri bungsu dari 2 saudara kakaknya yang bernama Intan Towui dan Comin Talayang. Ayahnya seorang bangsawan kaya raya dari Kerajaan Macang Pandak, bernama Datuok Tuo Mongguong. Ibunya bernama Puti Lindung Bulan.

Buwuong Gasiong dipertunangkan oleh ayahnya dengan anak seorang raja dari Kerajaan Sengingiang bernama Rajo Mudo. Pertunangannya banyak mengalami kendala, tetapi Buwuong Gasiong adalah seorang gadis muda, keras hati dan memiliki keberanian dan kesaktian sebagai seorang kesatria, dengan menempuh berbagai rintangan maha berat, dengan ketabahan dan tekat yang kuat ia akhirnya dapat terbang bertemu tunangannya.

Pesta perkawinannya Buwuong Gasiong dengan Raja Mudo dilaksanakan selama 7 hari 7 malam dengan memotong 70 ekor kerbau untuk menjamu jemputan pembesar dan rakyat jelata.


Contoh Dialog Sijobang Buwuong Gasiong :
Ayanyo banamo Datuok Tuo Mongguong, Nan Gadi Buwuong Gasiong ado tigo badiok, nan patamo nan tuo banamo Gadi Toghui Mato, nan kaduo Gadi Comin Talayang, nan katigo Gadi Bughuong Gasiong. Onak nan batigo go, balain-lain ponqainyo, balain kondak atinyo. Tontang Gadi Buwuong Gasiong inyo suko baghang-baghang sesuok, baghang kuno. Patamo inyo mambiok sebua koghi. Koghi banamo Kelok Sambilan, disisik di pinggangnyo. Katigo Gadi ko panjang obuoknyo, pabilo tabukak sanggue Gadi Buwuong Gasiong, bajalan inyo agak duo tigo langkah, ghambuiknyo bejelo-jelo di balakang. Dekkan panjangnyo ghambuik Gadi Bughuong Gasiong. Katigo baghadiok condo itu. Katigo, untuk mamogang sanggue, pamogang obuok Gadi Bughuong Gasiong, diadokan dek gadi du sociek pisau, pisau Rencong Aceh. Ciek tasisik dipinggang Koghi Kelok Sambilan, cucuok sangguenyo pisau Rencong Aceh. Pisau Rencong Aceh du ado gunonyo. Kok koghi ado tembaknyo.
.................

Iyo-iyo si Bughung Gasiong, inyo bajalan ka surambi, inyo bajalan nan soghang dighi, bajalan tu mangopik tangan, tadongau amak oya bacughito, coghito tontang anak kamanakannyo,

“Ado pulo nan onak deyen, anak kokak deyen, iten di Koto Sungai Ngiang, inyo nan banamo Ghajo Mudo, soghang itu ajo nan onaknyo, dak managhuo nan kakaknyo, anak nan tunggal ajo soghang babeleng, itu nan anak kokak ambo, nan banamo Ghajo Mudo”

Tontang di Gadi Bughuong Gasiong, inyo mandongau ajo soghang dighi, mandongau itu dimasuokkan ka dalam ati, managhuo kosan deyen bako kontan, bako kontan dek badan deyen, soyang saketek nagoghinyo jawuoh. Iyo iyo Gadi Buwuong Gasiong, sughio-sughiokan dalam hati, ala masuok ka dalam ati, caghito gadi tinggalkan dolu.

Jopuik cughito nan aya gadi, nan banamo Datuok Tuo Mongguong. Datuok bamimpikan malam tadi, mimpi dikobek badan dek nan limo, mimpi dighimbo tanah ghato.


La ghisau Datuok Tuo Mongguong, lalu diimbau nan bininyo. Bininyo banamo Linduong Bulan, “Adiok gadi deyen si Linduong Bulan, kau kamaghi yo daulu, ado sabua kan deyen sobuik”


Terjemahan :
Ayahnya bernama Datuk Tumenggung. Anak dara Burung Gasing ada tiga bersaudara, yang tua bernama Gadis Intan Permata, yang kedua bernama Gadis Cermin Telayang, yang ketiga bernama Gadis Burng Gasing. Ketiga bersaudara ini bewrbeda-beda pembawaan dan keinginnnya. Akan Gadis Buruong Gasing sujka sekalai kepada barang-barang antik, barang-barang kuno. Pertma ia memiliki sebuah keris. Keris bernama “Kelok Sembilan”. Selalu tersisip dipinggannya. Rambutnya sangat panjang, apa bila sanggulnya terurai, maka bila ia berjalan dua tiga langkah rambutnya masih terjela-jela di belakang. Ketiga bersaudara rambutnya panjang seperti itu. Sebagai ‘tusuk konde’ sanggulnya digunakannya ‘rencong Aceh’. Rencong Acek terselip disanggulnya dan Keris Kelok Sembuilan tersisip di pinggangnya. Masing-masing ada kegunaannya.
...............

Akan sigadis Burung Gasing dia berjalan arah serambi rumahnya, berpangku tangan seorang diri, terdengar sayup-sayup . akan cerita ayah kepada ibunya. Cerita tentang ada anak kemenakan (jejaka) ayahnya. :

”Adinda Putri Lindung Bulan, ada anak saudara hamba, anak dari kakak hamba, sekarang tentu ia telah dewasa, mereka tinggal di Koto Sungai Ngiang yang bernama Raja Muda, ia tak mempunyai saudara, ia adalah anak tunggal”

Mendengar cerita itu berbicaralah Burung Gasing di dfalam hati :”Rupanya hamba memiliki saudara dekat (bako), sayangnya ia tinggal di negeri yang jauh. Cerita ini sangat berkesan di hatinya. Cerita gadis Burung Gasing kita tinggalkan dahulu.

Kita jemput cerita tentang Sang Ayah yang bernama Datuk Tumenggung. Datuk telah bermimpi, mimpi yang menakutkan yakni mimpi diikat kaki dan tangannya di sebuah hutan bernama hutan Tanah Rata.

Betapalah rusuhnya hati Datuk Tumenggung: ”Wahai adinda Puteri Lindung Bulan, kemarilah segera. Ada yang hendak hamba sampaikan“

-----------------------------------

Kondisi Seni Tutur Sijobang saat ini adalah semakin berkurang sehingga perlu dilestarikan berupa pendokumentasian dan pelatihan bagi penerus. Selain itu Sijobang juga telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Provinsi Riau diserahkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang sertifikatnya diserahkan kepada Gubernur Riau di Gedung Keseninan Jakarta pada tanggal 4 Oktober 2017. Penetapan Sijobang sebagai WBTB Riau ini masuk dalam kelompok Seni Pertunjukan, termasuk seni visual, seni teater, seni suara, seni tari, seni musik, film. Lokasi persebaran seni tutur tradisi Sijobang adalah di daerah Kampar - Riau.

Salah satu grup yang masih menjalankan tradisi ini adalah Teater Tutur Tradisional Sijobang Bughuong Gasiong di Desa Sawah, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Seni Tutur Sijobang memiliki beberapa guru/maestro Sijobang yaitu :
  1. SALMAN AZIZ (Usia 45 tahun) beralamat : Desa Pasir Sialang, Kecamatan angkinang, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau
  2. AGUSTIAR (Usia 74 tahun) beralamat : Desa Sawah, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau
  3. SUDIRMAN AGUS ( 68 tahun) beralamat : Jalan Dt. Tabano Gg. Rakhmat 09, RT 2 RK 3 Bangkinang Kota, Kampar - Riau

Salah satu kajian ilmiah yang telah dibuat untuk membahas seni tutur tradisi masyarakat Kampar ini adalah ditulis oleh Sudirman Agus, S.Pd. dkk. pada tahun 2006 dengan judul Buku Antropologi Budaya Kampar, Bangkinang Kampar. Buku ini diterbitkan oleh Program Pelestarian dan Pengembangan Budaya Daerah, Dinas Perhubungan, Pariwisata dan Seni Budaya, Kabupaten Kampar - Riau.



[ RiauMagz | Wisata Riau | Warisan Budaya Tak Benda Riau ]