Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Calempong Oguong - Seni Memukul Gong dari Kampar - Warisan Budaya Tak Benda Riau


Calempong Oguong secara resmi pada tahun 2016 telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Provinsi Riau oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Calempong Oguong dari Kampar
Calempong nan menari
Gendang nan betingkah
Gong meng-iyakan

Yang jauh kami jemput
Yang dekat kami himbau
Babogai kato sumando,
diiyakan ninik mamak.


Ungkapan indah di atas merupakan cerminan yang menggambarkan fungsi dasar permainan calempong dalam kehidupan masyarakat Kampar. Ada banyak perbedaan dalam tabuhan nada yang dibuat, namun semuanya menghasilkan nada-nada yang harmoni. Demikianlah filosofi kehidupan yang ingin dibangkitkan dari tradisi bermusik tradisional calempong. Keragaman dalam kehidupan menghasilkan suatu bangunan kehidupan yang lebih indah tentunya.

Golong/melodi diibaratkan sebuah usul yang dijawab dengan tingkah, ibarat gayung bersambut dan kata berjawab, disambung dengan ketepak/gendang meningkah, namun serasi, lalu disudahi dengan bunyi gong, seolah mengiyakan dan memberikan kata putus. Calempong menjadi simbol masyarakat Kampar yang kreatif, saling membenarkan, jika ada silang sengketa maka dilakukan musyawarah, untuk hasil yang memuaskan semua pihak.

Asal Usul Calempong Oguong
Tradisi musik tradisional asal Kabupaten Kampar - Provinsi Riau yang cukup terkenal bernama Calempong Oguong. Merupakan seni budaya memukul gong secara tradisional yang menghasilkan bunyi-bunyian musik yang bervariasi. Calempong Oguong secara resmi pada tahun 2016 telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) nasional, dan mendapatkan sertifikat resmi yang telah diserahkan pada pemerintah daerah setempat.

Calempong Oguong (gong) mirip dengan talempong yang ada di daerah Sumatera Barat. Namun calempong Kampar memiliki kekhasan tradisi dan asal usul yang berbeda. Selain itu, improvisasi (nada hiasan/krenek melodi) serta peningkah yang digunakan juga tidak sama.


Pada mulanya, peralatan gong yang digunakan dibawa oleh para perantau asal Kampar yang merantau ke Singapura. Saat itu Singapura masih menjadi bagian dari Malaysia. Gong tersebut terbuat dari logam. Bukan hanya di Kampar saja, calempong pada masa dahulu juga dibawa hingga ke Pekanbaru (masih satu daerah), lalu dibunyikan dan ditabuh hingga ke Kampar. Dengan bunyi gong ini, menandakan para perantau asal Singapura telah kembali ke kampung halamannya di Kampar.

Perlengkapan Musik Calempong Oguong
Calempong Oguong dimainkan oleh 5 orang pemain, diantaranya adalah:
  1. Dua (2) orang masing-masing penggolong dan peningkah akan memainkan 6 buah alat calempong.
  2. Satu (1) orang gondang peningkah memainkan instrumen ketepak dasar.
  3. Satu (1) orang gondang peningkah memainkan ketepak bungo
  4. Satu (1) orang pemukul gong

Tradisi musik calempong pada dasarnya menggunakan 3 jenis alat musik yang dimainkan, diantaranya adalah:
  1. Calempong, merupakan alat musik perkusi berbahan dasar logam sebanyak 6 buah, disusun secara berderet dengan nada tinggi ke tengah, diletakkan pada sebuah kotak kayu panjang dengan ukiran di bagian luarnya. Kotak calempong ini berfungsi sebagai resonansi bunyi pada saat dipukul.
  2. Ketepak, merupakan sejenis alat musik perkusi dengan sumber bunyinya berasal dari selaput/kulit kambing. Bentuk alat ini bulat dan pada kedua permukaannya dan ditutup dengan kulit yang dirajut menggunakan rotan. Cara menggunakannya alat ini ditabuh menggunakan jari atau juga dengan rotan. Ketepak menjadi salah satu alat dari 3 jenis alat musik pelengkap pada grup calempong.
  3. Gung (gong), merupakan alat musik yang juga terbuat dari logam, memiliki rongga sehingga menimbulkan bunyi dengung yang nyaring. Dalam satu permainan calempong biasanya menggunakan dua buah gong.

Dalam menyusun alat calempong, yang memiliki nada tinggi biasanya diletakkan di bagian tengah, baik dari kiri atau kanan. Nada ini dikatakan sebagai nada inti yang sering dianggap memiliki kekuatan magis. Pada waktu-waktu tertentu, calempong inti ini biasanya dilumuri dengan air limau dan dibacakan mantera-mantera. Susunan enam calempong ini diibaratkan seperti makhluk yang memiliki hati dan jiwa. Dan calempong inti merupakan bagian dari jantung sebagai inti kehidupan.

Lagu-lagu yang dimainkan dalam pertunjukan calempong tersebut diantaranya yang cukup terkenal adalah:
  1. Senayung,
  2. Nak Pulang Nak Tido,
  3. Jopuik den Jopuik,
  4. Kakak Timbang Baju,
  5. Tak Tun Tun,
  6. Sikadidi,
  7. Ghatok Tonga,
  8. Puaghan,
  9. Muara Takui,
  10. Kutang Barendo.

Pertunjukan calempong tersebut saat ini telah menjadi pertunjukan khalayak yang bisa disaksikan pada acara-acara tempatan seperti perkawinan, khitan dan acara-acara daerah setempat. Penelitian juga telah banyak dilakukan terhadap tradisi bermusik calempong tersebut. Pada perkembangannya, tradisi ini juga mengalami perubahan pada penampilan. Dikenal sebuah istilah baru, yakni calempong komposisi atau klasik gong.

Sebuah calempong komposisi dihadirkan dengan memadukan beberapa alat musik tradisional Kampar lainnya, diantaranya adalah calempong, ketapak, oguong, gubano, robab, gambang, sunai tabuong dengan bentuk musik instrumental diantaranya golong celempong, dikir gubano, genggong juga memadukan musik vokal sastra lisan seperti nolam, pantun atui, sijobang, malalak, ghandu dan sejenisnya. Sebuah karya hasil calempong komposisi yang telah dihasilkan diberi judul “Buni Salapan Sajunjungan” dengan pemain mencapai 30 orang.



[RiauMagz | Wisata Riau | Warisan Budaya Tak Benda Riau ]